Selamat Membaca⭐️
■ ■ ■
Di sore hari yang tampak terlihat suram, dan suara petir mulai bergemuruh hebat balik lawan mendung, menandakan akan adanya hujan badai yang segera turun untuk melanda.
Alexsa kini hanya bisa terduduk lemas, menyesali keputusannya karena telah menghadiri undangan reuni yang ia dapatkan sebelumnya.
Membuatnya kini hanya bisa terjebak dalam ketidakepastian yang terus menghantuinya, seakan-akan jurang kematian telah menantinya di depan mata.
"Tidak... Aku tak mau mati, aku tidak mau mati!" ujar seorang wanita muda berambut panjang sambil terus menggelengkan kepala, dengan tubuh yang bergetar hebat.
Sementara Alexsa yang melihat teman lamanya hampir kehilangan akal sehat, hanya menggigit bibir bawahnya frustrasi, merasakan ketakutan yang sama terus menyelimuti.
Dan Alexsa masih ingat dengan jelas, bahwa dua hari yang lalu ketika mereka sampai di vila ini, semuanya tampak normal dan dalam keadaan baik-baik saja.
Namun lihat sekarang!
Satu per satu teman lamanya menghilang tanpa jejak, dan selalu ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Menyisakan beberapa orang yang masih hidup, dalam kondisi terpencar.
"AAAAAHHHH!"
Tiba-tiba, sebuah teriakan melengking memecah udara sore dari arah lorong vila.
Membuat Alexsa yang kini berada di ruang tengah sontak menoleh panik ke arah suara, sebelum kembali melihat temannya yang kini sedang berjongkok memeluk dirinya sendiri.
"Sialan! Sekarang kegilaan apa lagi yang akan terjadi?!" seru Alexsa mengepalkan tangan, menahan gemetar ketakutan di hatinya.
Sebelum akhirnya menghela napas kasar, memejamkan mata mencoba menentang rasa takut yang menyelimuti.
"Yaya... kau tunggu aku di sini, aku akan pergi untuk mengecek..."
Yaya yang mendengar perkataan itu sontak mendongakkan kepalanya, menatap Alexsa tak percaya.
Namun sebelum sempat untuk mencegah, Alexsa telah berjalan ke arah lorong vila, meninggalkan dirinya seorang diri dengan wajah yang telah berubah pucat.
■■■
Tak tak tak tak.
Alexsa terus berjalan menyusuri lorong demi lorong, hingga terdengar suara gema dari setiap langkahnya yang terasa lambat, berada di bawah cahaya lampu redup dan berkedip-kedip.
"Ck! Kenapa di saat situasi seperti ini semuanya terasa begitu lambat!?" gumamnya pelan, merasakan jantung berdetak lebih kencang dari sebelumnya.
Hingga langkah Alexsa harus terhenti, matanya terpaku pada sesosok yang tergeletak di lantai dari kejauhan.
Tubuhnya seketika langsung membeku, seakan-akan darah di dalam tubuhnya telah berhenti mengalir.
Trekkkk!
Di saat yang bersamaan, seluruh lampu yang berada di vila tiba-tiba padam begitu saja.
Alexsa bisa merasakan napasnya mulai tercekat, bola matanya membulat sempurna, ketika rasa takut kembali merayapi dirinya.
Dan belum sempat berpaling...
"Kau benar-benar menyebalkan!"
Buggg!
Sebuah benda tumpul menghantam bagian belakang kepalanya dengan keras.
Alexsa sontak langsung terhuyung, kemudian jatuh terduduk lemas. Pandangannya mulai kabur, napasnya tersengal.
"Hh... sial..." gumamnya sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
■■■
Stett srett srett.
Alexsa perlahan membuka matanya. Meskipun pandangannya masih terasa begitu kabur, ia masih bisa merasakan dengan jelas bahwa kini tubuhnya sedang diseret oleh seseorang yang sedang mengenakan sebuah topeng.
"Sial... kepalaku pusing sekali..." desisnya lirih.
"Dan kenapa... kenapa tubuhku tak bisa digerakkan sama sekali?"
"Apakah ini... adalah akhir dari hidupku?" gumamnya dalam hati, sebelum akhirnya kesadaranya hilang sepenuhnya di telan oleh kegelapan.
Tamat...
■ ■ ■
GENDRE CERPEN = Horor + Thriller Psikologis.
CERPEN INI SAYA BUAT UNTUK EVENT GC OPEN HART.
Terimakasih telah membaca⭐️