Kalau kalian pikir hantu itu selalu seram, kalian salah. Nggak semua hantu tahu cara kerja dunia per-hororan. Dan aku, Nadifa. Anak rantau semester lima yang baru pindah ke Kost Putri Blok A Kamar 13, menjadi saksi kejadian yang cukup aneh dan nyeleneh di sepanjang hidupku.
Awalnya sih, aku nggak tahu apa-apa. Kamar 13 itu justru kelihatan kamar yang paling bersih. Lantainya mengkilap, temboknya terlihat seperti baru dicat, kasurnya empuk seperti baru diganti. Bahkan, ada wangi-wangi lavender waktu aku pertama kali masuk kesana.
"Wih, tumben wangi banget," gumamku sambil narik koper ke dalam. Biasanya kost-kostan itu aromanya ya... kalian tahu sendiri lah.
Campuran keringat, mie instan, dan mimpi-mimpi anak rantau yang belum tercapai.
"Tapi ya sudahlah, siapa juga yang mau nolak kamar secakep ini? Yeaaa kan..."
Tiga hari pertama aman. Tapi masuk malam keempat, mulai tuh ada yang aneh.
Tepat pukul jam dua pagi, waktu aku lagi cari posisi enak buat tidur, tiba-tiba lampu mulai kedap-kedip kayak lampu diskotek ngajakin buat dugem. Aku kira listrik mau mati, tapi pas keluar kamar, lampu koridor nyala normal. Pas masuk kamar, kedap-kedip lagi, wah... ini sudah pasti lampunya mau putus, pikirku masih positif.
Tapi semakin lama, kok semakin aneh, bulu kudukku sampe merinding dibuatnya. Kata orang semakin kita takut hantu itu semakin seneng, biar dia gak goyang-goyang diatas penderitaanku, aku menggerutu, "Yaelah... bisa nggak sih, hantu tuh kasih sinyal lain? Ini mah klise banget."
“Masa udah jadi arwah tahun 2025 masih pake trik sinetron tahun 2000-an?” lanjutku mencibir.
Karena tersinggung aku katain kali ya, dia mulai beraksi, kulkas kecil di pojok mengeluarkan bunyi.
Krakkkk... krakkkk...
Suaranya seperti orang buka pintu kulkas sambil nyeret sendal swallow bukan yang baru, tapi sudah tipis bekas digigiti tikus, dan bunyinya kayak backing sound film horor low budget.
Aku pun diam, nahan napas, untung anginnya gak keluar dari belakang, coba kalau keluar, bisa saiangan, sama-sama busuknya sama itu hantu. Antara takut dan penasaran aku pun mencoba untuk mendekat. Tahu gak? Kakiku itu udah kayak nyeret masa lalu dengan mantan, berat gues.
Pas udah mendekat, kulkasnya... ngebuka sendiri. Isinya? Cuma tahu isi yang udah aku beli kemarin sore.
Tapi di atas tahu itu... ada sesosok bayangan hitam. Nggak tinggi, cuma sepundak. Rambutnya acak-acakan kayak habis nyangkut di jemuran. Mukanya? Nggak kelihatan. Tapi dia... senyum.
Dia senyum ke aku. Senyumnya bukan menyeramkan. Tapi kayak tante-tante yang udah nunggu promo belanja dari jam lima pagi. Deg-degan tapi nggak tahu kenapa.
"Aku lapar hehehehe..." Suaranya serak. Giginya item kayak ketempelan karet ban. Beda jauh sama iklan pepsodent.
"Oke... itu tahu buat kamu aja. Tapi tolong, jangan jam dua pagi dong!" ucapku terlihat santai padahal sedang menahan takut.
Tak lama dia ngilang kayak si dia! Kalau ada undang-undang perhantuan udah aku tuntut, itu setan.
Besoknya, aku tanya ke Mbak penjaga kost, Mbak Lulu.
"Mbak, kamar 13 ini... dulu sering ada kejadian yang aneh, ya?" tanyaku pada Mbak Lulu.
Mbak Lulu langsung terdiam. Pelan-pelan beliau tarik napas, terus bilang, "Dulu pernah ada anak kos di kamar itu. Namanya Ajeng. Dia suka banget tahu isi. Suatu malam, dia kepedesan makan tahu, batuk-batuk... eh, keselek."
"Mbak Ajeng meninggal?" tebakku penasaran.
"Enggak. Cuma besoknya dia pindah kost karena katanya kamarnya kerasa 'nggak nyaman'," jelas Mbak Lulu.
Aku mengelus dada ketika mendengar penjelasan dari Mbak Lulu yang menurutku terdengar absurd. Karena tak ingin menyimpan rahasia sendiri yang akhirnya bakal jadi bisul aku tanya sama Mbak Lulu, "Mbak, kira-kira... saya ngobrol sama siapa ya semalam?"
"La kok tanya saya, terus saya tanya siapa?" jawabnya yang bikin aku pengen kirim paku santet beserta jajarannya.
Malamnya, si bayangan muncul lagi. Tapi kali ini nggak keluar dari kulkas. Dia nongol pas aku lagi video call sama temenku, Galih.
"Nadifa... dia siapa? Pacar kamu ya?"
Aku melotot. "Hah?! Kamu bisa ngomong?"
Dia nyengir. “Aku bukan hantu jahat kok. Aku cuma... hantu ketinggalan zaman.”
Aku speechless. Ini hantu apa anak stand-up comedy?
Namanya Mbak Ajeng. Katanya dia udah 'tersedot ke dimensi lain', tapi nggak sengaja nyangkut lagi di kamar 13 karena... rindu tahu isi.
"Terus kenapa gangguin aku?"
"Karena kamu bawa tahu isi dari warung favorit aku."
"Serius?"
"Iya. Warung Bu Inem depan kampus. Level sambalnya pas. Kulitnya krispi."
"Habis itu... nyeseknya kayak mantan nikah duluan."
Akhirnya, kami berdua buat kesepakatan. Setiap malam Jumat, aku harus naro satu tahu isi di depan kulkas. Tapi sebagai gantinya, dia nggak akan gangguin aku lagi.
Barternya adil sih. Aku kasih tahu isi, dia kasih rasa aman dan... sinyal stabil. Namanya hidup sama hantu kalau sajennya gak cukup dia bakal jadi tantrum.
Pernah suatu malam aku lupa naro tahu isi, eh besok paginya temenku WA:
“Nadifa, lo kenapa sih kirim voice note tengah malem suara ngik-ngik terus? Kayak ketawa nahan-nahan gitu... serem tau!”
Aku panik. Pas cek HP, eh beneran ada voice note 16 detik.
Isinya suara Mbak Ajeng...
Ketawanya mirip gabungan antara kuntilanak masuk angin sama cewek nonton stand up tapi nahan kencing, tahu artis Nunung kan? Nah, mirip tuh, untung hp aku gak basah, coba kalau basah kasian keyboardnya udah mah sering error, kalau ditambah kena kencing Mbak Ajeng, mau ketik kontrol jadi ...? Dah jangan dilanjut nanti pada mimpi basah.
Karena tidak mau kejadian serupa kadang aku beliin dua. Sekalian minta dia bantuin nahan sinyal WiFi biar nggak putus.
Iya, Mbak Ajeng sekarang kerja sambilan. Hantu freelance, ngisi perut dan ngejaga koneksi.
Jadi, kalau kamu anak kos dan tiba-tiba merasa kamar kamu terlalu bersih, terlalu wangi, dan tahu isi atau makanan lain sering hilang misterius, coba cek! Jangan-jangan ada hantu foodie juga di sana. Atau... food reviewer dari alam barzah.
Dan ingat satu hal:
Kalau kamu nggak mau tidurmu diganggu sama suara ngunyah tengah malam, jangan pelit tahu isi! Apalagi kalau tahunya itu enak banget!
GENRE CERPEN
Horor Komedi
CERPEN INI SAYA BUAT UNTUK EVENT GC OPEN HEART