Kisah Rumit Blaise dan Luka di Balik Senyum
Di balik keriuhan kelas Thousands of Memories, Blaise Zabini sering terlihat termenung. Senyumnya yang menawan seolah menyembunyikan beban yang berat. Ia sedang menjalani hubungan yang rumit dengan seorang siswi dari kelas X, seorang gadis bernama Maya. Hubungan mereka, layaknya roller coaster, dipenuhi dengan tawa dan air mata.
Suatu sore, saat semua siswa sudah pulang, Blaise masih duduk sendirian di kelas. Draco Malfoy, yang kebetulan lewat, melihatnya dan menghampirinya.
"Woi, Blaise! Belum pulang?" tanya Draco. "Kenapa lo masih di sini?"
Blaise hanya menghela napas. "Gue... gue habis berantem lagi sama Maya."
Draco duduk di bangku di samping Blaise. "Lagi-lagi? Kenapa lagi, Bro? Kayaknya lo berdua berantem terus, deh."
"Gak tahu, Draco," jawab Blaise. "Dia cemburu karena gue sering main bareng sama Lavender Brown buat acara kelas. Padahal gue cuma kerja kelompok. Dia gak percaya sama gue."
Draco mengangguk. "Itu mah masalah klasik, Blaise. Tapi, kenapa lo masih pertahanin dia? Lo berdua kan sering banget berantem."
"Gue juga gak tahu, Draco," kata Blaise, suaranya pelan. "Gue sayang banget sama dia. Meskipun dia sering bikin gue sakit hati, tapi kalau gue enggak sama dia, rasanya kosong banget. Ada ikatan yang kuat di antara kita."
Di sisi lain, Aya Parker dan George Weasley yang baru saja selesai latihan basket, berjalan melewati kelas mereka. Mereka mendengar percakapan Blaise dan Draco.
"Kasihan banget Blaise, ya?" bisik Aya. "Hubungannya rumit banget."
"Iya," jawab George. "Kadang cinta itu memang gitu, Ay. Penuh luka dan kebingungan. Tapi yang namanya sayang, mau gimana lagi."
Malam itu, Blaise mengirim pesan kepada Maya. Ia meminta maaf, meskipun ia tidak merasa bersalah. Ia melakukannya hanya karena ia tidak ingin kehilangan Maya.
Maya membalas pesannya dengan dingin. "Aku cuma butuh waktu sendiri, Blaise."
Blaise hanya bisa pasrah. Ia tahu, hubungan ini akan terus seperti ini. Namun, ia tidak akan menyerah. Ia akan terus berjuang, karena ia yakin, di balik semua luka dan kebingungan ini, ada cinta yang tulus.
Pesta di Rumah Neville Longbottom
Setelah jam pelajaran usai, Neville Longbottom mengumumkan sesuatu yang mengejutkan. Wajahnya yang biasanya pemalu, kini terlihat bersemangat. "Guys! Malam ini, kita adain pesta di rumah gue! Gimana?"
Semua siswa Thousands of Memories langsung bersorak. Pesta di rumah Neville? Ini pasti seru!
"Gila, Neville! Tumben banget lo!" seru Ron Weasley. "Gue kira lo cuma mau main tebak-tebakan sama Luna Lovegood."
Luna hanya tertawa. "Enggak kok, Ron. Aku juga suka pesta. Apalagi kalau ada camilan enak."
Fred Weasley dan George Weasley saling menatap. "Pesta di rumah Neville... ini bakal jadi momen yang tak terlupakan!" bisik Fred. "Kita harus siapkan banyak kejutan!"
Aya Parker dan Cho Chang terlihat antusias. "Kita bantu siapin camilannya, ya!" kata Aya. "Nanti kita bikin salad buah sama roti bakar!"
Draco Malfoy yang biasanya dingin, kini terlihat penasaran. "Pesta? Gue ikut, deh. Tapi jangan ada yang bikin onar, ya!"
"Tenang aja, Draco," balas Astoria Greengrass. "Kita cuma mau bersenang-senang, kok."
Pesta pun dimulai. Rumah Neville, yang biasanya tenang, kini dipenuhi tawa dan musik. Semua siswa Thousands of Memories berkumpul. Ada yang bermain game, ada yang mengobrol, dan ada yang menari.
Blaise Zabini yang terlihat murung, dihampiri oleh George.
"Woi, Blaise! Jangan murung gitu dong!" kata George. "Lo harus move on! Pesta ini kan buat bersenang-senang!"
Blaise tersenyum. "Iya, George. Lo benar. Makasih, ya."
Di sisi lain, Y/N Yvette, si murid baru, terlihat canggung. Ia duduk sendirian, memakan camilan. Melihat Y/N sendirian, Fred menghampirinya.
"Y/N, kamu kok sendirian? Sini gabung sama kita!" ajak Fred.
"Aku... aku malu," balas Y/N.
"Enggak apa-apa, Y/N," kata Fred. "Di sini, kita semua teman. Kamu harus bersenang-senang!"
Fred lalu mengajak Y/N untuk menari. Awalnya, Y/N malu. Tapi lama-kelamaan, ia mulai menari dan tertawa. Ia merasa bahagia.
Di tengah pesta, Neville tiba-tiba berbicara dengan lantang. "Makasih, teman-teman! Makasih sudah mau datang. Gue senang banget, bisa pesta sama kalian semua!"
Semua siswa bertepuk tangan. Pesta di rumah Neville adalah pesta paling seru yang pernah mereka adakan. Mereka semua tahu, di kelas Thousands of Memories, setiap momen akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Bagaimana menurutmu, apa lagi kejutan yang akan terjadi di pesta ini?
Cemburu Pansy dan Momen Romantis Draco
Pesta di rumah Neville Longbottom semakin meriah. Di tengah alunan musik dan tawa, Draco Malfoy melihat Astoria Greengrass sedang duduk sendirian, tersenyum sambil melihat foto-foto di ponselnya. Draco berjalan menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Lagi lihat apa, Astoria?" tanya Draco dengan suara lembut.
"Ini... aku lagi lihat foto-foto kita di buku tahunan," jawab Astoria, pipinya sedikit merona. "Aku... aku suka banget, Draco."
Draco tersenyum. Ia mengambil ponsel Astoria dan melihat foto mereka berdua. "Astoria, lo tahu enggak?"
"Tahu apa?"
"Gue... gue senang, lo ada di hidup gue."
Astoria menatap Draco, matanya berkaca-kaca. "Draco..."
Draco lalu mengambil tangan Astoria, dan mencium punggung tangannya. "Lo itu, satu-satunya yang bisa bikin gue senyum tulus."
Momen romantis itu membuat Astoria sangat terharu. Ia merasa, Draco yang dulu dingin kini sudah berubah. Draco yang dulu angkuh, kini menjadi sosok yang romantis.
Di sisi lain, Pansy Parkinson yang kebetulan lewat, melihat kejadian itu. Wajahnya langsung berubah cemburu. Ia merasa sakit hati. Ia tahu, ia suka pada Draco, tapi Draco hanya melihatnya sebagai teman.
"Draco," panggil Pansy dengan nada datar. "Bisa kita ngobrol sebentar?"
Draco menoleh, lalu mengangguk. Ia berjalan bersama Pansy ke sudut ruangan, menjauh dari Astoria.
"Ada apa, Pansy?"
"Lo... lo beneran suka sama Astoria?" tanya Pansy, suaranya bergetar.
Draco mengangguk. "Iya, Pansy. Gue suka banget sama dia."
"Tapi... tapi kenapa?" kata Pansy, air matanya menetes. "Kenapa enggak sama gue? Gue kan udah kenal lo lama banget."
Draco menghela napas. "Pansy, gue sayang sama lo. Lo itu teman terbaik gue. Tapi, perasaan gue ke lo cuma sebatas teman."
Pansy hanya bisa menangis. Ia tahu, perasaannya tidak akan pernah terbalas. Ia tahu, Draco dan Astoria adalah pasangan yang ditakdirkan.
Melihat Pansy menangis, Draco merasa bersalah. Ia memeluk Pansy, mencoba menenangkannya. "Maafin gue, Pansy. Gue enggak mau lo sedih."
"Enggak apa-apa, Draco," bisik Pansy. "Gue... gue cuma butuh waktu. Gue cuma butuh waktu buat terbiasa."
Draco lalu melepaskan pelukannya, dan tersenyum. "Makasih, Pansy. Lo emang teman terbaik gue."
Momen itu menjadi momen yang sulit bagi Pansy. Namun, ia tahu, ia harus belajar melepaskan. Ia tahu, ia harus belajar menerima kenyataan. Ia tahu, ia akan menemukan kebahagiaannya sendiri.