Malam itu, angin dingin merayap masuk lewat jendela rumah tua yang sudah lama ditinggalkan. Dira menggenggam senter kecil di tangannya, melangkah hati-hati di lorong berdebu yang dipenuhi bayangan gelap. Rumah itu terkenal angker, tapi ia tak punya pilihan. Adiknya hilang di sini, dan ia harus menemukannya.
Setiap langkahnya membuat lantai kayu berderit, seolah-olah ada yang mengikuti. Suara bisikan samar terdengar di antara gemerisik daun kering di luar, membuat bulu kuduknya meremang. Dira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
Tiba-tiba, dari balik pintu yang setengah terbuka, muncul sosok pria dengan mata yang teduh namun penuh misteri. "Kamu tidak seharusnya di sini sendirian," katanya dengan suara rendah.
Dira terkejut, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang membuatnya merasa aman. "Aku harus mencari adikku," jawab Dira tegas.
"Baiklah aku akan membantumu mencari adikmu, tapi kita jangan sampai terpisah." ujar pria itu.
Dira hanya membalas mengangguk mengiyakan saja, demi mencari adiknya yang menghilang di rumah tua angker.
"Ingat, jika kamu mendengar sesuatu kamu abaikan saja." ujar pria itu lagi, Dira pun hanya membalas mengangguk mengiyakan.
Pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Arga, penjaga rumah yang telah lama tinggal di sana. Ia tahu banyak tentang rahasia gelap yang menyelimuti tempat itu. Bersama, mereka menyusuri lorong-lorong yang penuh teror, menghadapi bayangan yang bergerak dan suara-suara yang tak bisa dijelaskan.
Ketika mereka semakin dekat ke kamar terakhir, aroma harum yang aneh menyelimuti udara. Dira merasakan kehadiran adiknya, tapi juga sesuatu yang lain—sebuah entitas gelap yang mengintai.
Arga menggenggam tangan Dira erat, "Kita harus tetap bersama, apapun yang terjadi."
Dira pun hanya mengangguk mengiyakan saja dan Arga pun membuka pinti kamar tersebut. Dira yang melihat dalam kamar yang sangat gelap, dia pun kembali memegang erat tangan Arga.
Dalam kegelapan, mereka berdua merasakan getaran yang tak hanya ketakutan, tapi juga kehangatan. Di tengah teror yang mengerikan, benih cinta mulai tumbuh, menguatkan mereka untuk melawan kegelapan.
Dengan keberanian yang terpupuk dari perasaan yang mulai tumbuh, Dira dan Arga melangkah lebih dalam ke kamar terakhir. Suasana di sana begitu dingin, udara seolah membeku dan bayangan-bayangan menari di dinding dengan gerakan yang tak wajar.
Tiba-tiba, suara tangisan lirih terdengar, memenuhi ruangan dengan kesedihan yang menusuk hati. Dira mengenali suara itu—adiknya. Ia merasakan getaran haru dan takut sekaligus.
Namun, bayangan gelap mulai muncul dari sudut ruangan, sosok yang menakutkan dan penuh dendam. Arga berdiri di depan Dira, melindungi dengan tubuhnya. "Jangan takut, aku di sini," bisiknya.
Dalam kegelapan itu, tangan mereka bertemu, saling menggenggam erat. Perasaan hangat mengalir di antara mereka, seperti cahaya yang menembus kegelapan. Dengan kekuatan cinta dan keberanian, mereka melawan bayangan itu bersama.
Seketika, bayangan itu menghilang, dan ruangan dipenuhi cahaya lembut. Adik Dira muncul dari balik tirai cahaya, tersenyum lega dan memeluk kakaknya.
Dira menatap Arga dengan mata penuh terima kasih dan cinta yang baru tumbuh. "Terima kasih sudah ada untukku."
Arga membalas senyum itu, "Kita akan selalu bersama, melawan kegelapan apapun yang menghadang."
Di rumah tua yang penuh misteri itu, cinta dan keberanian menjadi cahaya yang mengalahkan kegelapan, membawa harapan baru untuk masa depan.
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
GENRE CERPEN = Horor + Romance
CERPEN INI SAYA BUAT UNTUK EVENT GC OPEN HEAR