Perayaan Sederhana Setelah Prakarya
Setelah jam pelajaran prakarya selesai, kelas Thousands of Memories terlihat berantakan. Namun, suasana di kelas penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Sesuai kesepakatan, mereka semua akan makan bersama di kelas. Mereka mengeluarkan semua makanan yang mereka bawa dari rumah, dan menyatukan semua makanan itu di satu meja panjang.
"Gila! Karya seni kita keren-keren, ya?" kata Ron Weasley sambil menunjuk ke patung tanah liat buatannya yang agak miring. "Ini namanya patung 'Pahlawan Tidur'."
Hermione Granger hanya tertawa. "Pahlawan tidur apa? Itu kayak tikus yang lagi pingsan, Ron."
Di sisi lain, Aya Parker dan George Weasley duduk berdua. Aya sedang membantu George merapikan alat prakaryanya, sementara George asyik memilin rambutnya.
"Ay, kamu jago banget bikin kerajinan," kata George. "Lukisan kamu bagus, patung kamu juga lucu."
Aya tersenyum malu. "Enggak kok, George. Aku kan cuma iseng."
"Iseng tapi hasilnya bagus banget. Aku jadi makin cinta," bisik George, membuat pipi Aya merona.
Y/N Yvette, si murid baru, terlihat canggung. Ia duduk sendirian, memakan bekalnya. Melihat Y/N sendirian, Harry Potter dan Cho Chang menghampirinya.
"Y/N, sini gabung sama kita!" ajak Harry ramah. "Makan bareng-bareng."
Y/N tersenyum. "Terima kasih, Harry. Tapi, aku sudah bawa bekal."
"Enggak apa-apa! Justru lebih seru kalau kita makan bareng-bareng," timpal Cho.
Y/N pun bergabung, dan ia merasa lebih nyaman. Mereka semua mulai mengobrol, bercanda, dan tertawa bersama.
Tiba-tiba, Fred Weasley berseru, "Woi! Kita bikin foto bareng yuk! Buat kenang-kenangan!"
Semua siswa langsung berkumpul. Mereka berpose dengan karya seni masing-masing. Draco Malfoy yang awalnya cuek, juga ikut berfoto. Ia memegang patung buatannya yang berbentuk burung elang.
"Kenapa elang, Draco?" tanya Luna Lovegood.
Draco hanya menyeringai. "Gak ada. Gue cuma suka elang."
Di foto itu, terlihat senyuman tulus dari Draco, Hermione, Ron, Harry, Aya, George, Y/N, dan semua anggota kelas Thousands of Memories. Mereka semua terlihat bahagia.
Momen makan bersama itu menjadi akhir yang manis setelah pelajaran yang melelahkan. Mereka menyadari, setiap momen, bahkan di saat-saat sederhana, akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Makan Bareng Sambil Main Truth or Dare
Suasana kelas yang tadinya tenang kini berubah menjadi riuh. Setelah selesai makan bersama, George Weasley mengeluarkan botol bekas minuman dan meletakkannya di tengah meja.
"Guys! Kita main Truth or Dare!" seru George dengan semangat.
"Wah, ide bagus!" timpal Fred Weasley. "Yang kena harus jujur atau berani, enggak boleh curang!"
Semua siswa duduk melingkar. Ron Weasley tampak gugup, sementara Draco Malfoy menyeringai, terlihat penasaran. Y/N Yvette, si murid baru, tersenyum malu-malu, tapi ia tetap ikut bergabung.
Botol diputar. Perlahan, botol itu berhenti dan menunjuk ke arah Draco Malfoy.
"Draco, Truth or Dare?" tanya George dengan tatapan jail.
Draco menyeringai. "Gue pilih Truth."
"Oke," kata George, "Jujur, kenapa lo suka senyum-senyum sendiri kalau lihat Hermione lagi serius baca buku?"
Seketika, wajah Hermione memerah. Draco terdiam, matanya menatap Hermione.
"Enggak ada," jawab Draco singkat.
"Jujur, Draco!" seriak Pansy Parkinson. "Kami tahu kamu suka sama dia!"
Draco menghela napas. "Gue... gue cuma penasaran. Dia selalu serius, jadi gue penasaran, apa yang ada di pikirannya."
Hermione hanya bisa tersenyum. Ia tidak menyangka, Draco akan berkata jujur.
Botol diputar kembali, dan kali ini berhenti di Y/N Yvette.
"Y/N, Truth or Dare?" tanya Aya Parker dengan ramah.
Y/N tersenyum lembut. "Aku pilih Dare."
"Oke," kata Aya. "Dare-nya gampang, deh. Kamu harus nyanyi lagu Jepang di depan kita semua!"
Y/N terkejut. "Aku... aku malu."
"Enggak apa-apa, Y/N," kata Luna Lovegood. "Kami semua akan dengerin dengan senang."
Dengan suara yang lembut dan merdu, Y/N menyanyikan sebuah lagu Jepang. Suaranya sangat indah, membuat semua siswa terdiam. Mereka terpukau.
"Gila! Suara lo bagus banget, Y/N!" seru Fred.
Y/N hanya tersenyum malu. Ia tidak menyangka, teman-teman barunya akan menyukai suaranya.
Permainan berlanjut. Botol berputar dan berhenti di Ron Weasley.
"Ron, Truth or Dare?" tanya Cho Chang.
Ron terlihat sangat gugup. "Aku... aku pilih Dare."
"Oke," kata Cho. "Dare-nya... kamu harus peluk Hermione!"
Wajah Ron langsung memerah. Hermione juga terlihat kaget. Namun, Ron tetap maju dan memeluk Hermione dengan canggung.
"Gila! Romantis banget!" teriak Ginny Weasley.
Momen-momen itu membuat mereka semakin akrab. Mereka saling mengenal satu sama lain, dari hal-hal yang lucu sampai rahasia-rahasia kecil. Mereka tahu, kebersamaan di kelas Thousands of Memories adalah hal yang paling berharga.
Pernyataan Cinta Draco dan Hari-hari di Kelas
Setelah makan siang dan sesi Truth or Dare yang penuh tawa, suasana kelas Thousands of Memories perlahan kembali tenang. Para siswa mulai membereskan bekas makan mereka, sementara yang lain kembali ke aktivitas masing-masing.
Draco Malfoy dengan langkah mantap menghampiri Astoria Greengrass yang sedang membereskan barangnya. "Astoria, ikut gue sebentar," ajak Draco, suaranya sedikit lebih pelan dari biasanya.
Astoria mengangguk bingung. Mereka berdua berjalan ke sudut kelas, menjauh dari keramaian.
"Ada apa, Draco?" tanya Astoria. "Kamu mau bicara apa?"
Draco mengambil napas dalam-dalam. "Astoria, gue... gue suka sama lo. Bukan cuma sebagai teman, tapi lebih dari itu. Gue suka cara lo mikir, gue suka cara lo ketawa, dan gue suka cara lo selalu ada buat gue."
Wajah Astoria memerah. Ia tidak menyangka, Draco akan menyatakan perasaannya.
"Draco... aku..." kata Astoria, suaranya bergetar.
"Lo gak perlu jawab sekarang, kok," potong Draco. "Gue cuma mau lo tahu, kalau ada yang sayang sama lo."
Astoria tersenyum, senyumnya sangat manis. "Aku... aku juga suka sama kamu, Draco."
Draco terkejut. Ia tidak menyangka, perasaannya akan terbalas. Ia tersenyum, senyumnya sangat tulus. Momen itu menjadi momen paling manis bagi mereka berdua.
Di sisi lain, George Weasley dan Fred Weasley terlihat panik. Mereka buru-buru menyalin pekerjaan rumah IPA dari Hermione Granger sebelum pelajaran dimulai.
"Aduh, Mione! Cepat dikit dong!" bisik Fred. "Guru IPA udah mau masuk!"
"Ini, nih! Makanya, jangan suka nunda-nunda pekerjaan!" balas Hermione, wajahnya kesal. "Untung kalian teman gue!"
George hanya tertawa sambil menyalin PR-nya. "Yaelah, Mione. Kan kita satu tim, harus saling bantu!"
Di meja lain, Luna Lovegood dan Neville Longbottom asyik bermain tebak-tebakan.
"Aku punya pertanyaan, Neville," kata Luna dengan senyum khasnya. "Apa bedanya jam sama kamu?"
Neville berpikir keras. "Apa ya? Aku gak tahu, Luna."
"Kalau jam, bisa berdetak. Kalau kamu, bikin jantungku berdetak," jawab Luna, membuat wajah Neville memerah.
Di belakang mereka, Aya Parker dan Cho Chang asyik menonton drama Korea dari ponsel Aya. Mereka berdua heboh sendiri, berteriak-teriak setiap kali adegan romantis muncul.
"Gila! Cowoknya romantis banget!" seru Cho.
"Iya, kan?! Jadi pengen kayak gitu!" timpal Aya.
Saat adegan ciuman muncul, George yang sedang menyalin PR, tiba-tiba menoleh ke arah Aya. "Nonton apa sih, Ay?"
Aya dan Cho langsung kaget. "Enggak ada! Ini film horor!" balas Aya, mencoba menyembunyikan ponselnya.
George hanya tertawa. Ia tahu, mereka tidak sedang menonton film horor. Ia juga tahu, momen-momen kecil seperti ini adalah bagian dari kebersamaan di kelas Thousands of Memories.
Semua siswa di kelas itu memiliki cerita mereka masing-masing. Ada yang sedang jatuh cinta, ada yang sedang panik karena PR, ada yang sedang bermain tebak-tebakan, dan ada yang sedang asyik menonton drama. Mereka semua adalah bagian dari sebuah keluarga yang bernama Thousands of Memories.
Bagaimana menurutmu, apakah setelah ini, Draco dan Astoria akan menjadi pasangan yang romantis?
Gosip Cedric dan Kelas Sebelah yang Heboh
Jam istirahat hari itu terasa sangat ramai. Di tengah obrolan dan tawa, Cedric Diggory datang dengan wajah yang serius, membuat semua siswa Thousands of Memories penasaran.
"Guys, kalian harus dengar ini," kata Cedric. "Ada gosip heboh!"
Semua siswa langsung berkumpul. Draco Malfoy, Aya Parker, dan bahkan George Weasley yang sedang asyik menggoda Aya, ikut mendengarkan.
"Gosip apa, Ced?" tanya Harry Potter.
"Katanya, kelas sebelah dihukum semua," jawab Cedric. "Soalnya mereka ketahuan ngambil barang-barang sekolah. Mereka nyuri bola basket, jaring voli, sampai alat-alat IPA."
Seketika, kelas Thousands of Memories hening. Mereka semua kaget.
"Serius?! Kok bisa?!" seru Ron Weasley.
"Iya, serius!" timpal Cedric. "Guru-guru di sana sampai marah banget. Padahal kita kan mau pakai lapangan basket buat latihan, masa enggak bisa?"
Hermione Granger mengerutkan keningnya. "Mereka kenapa, sih? Kan kita bisa pinjam kalau butuh. Kenapa harus mencuri?"
Fred Weasley dan George Weasley saling menatap, wajah mereka terlihat bingung.
"Wah, ini enggak seru," kata Fred. "Kita kan mau tanding basket, masa enggak bisa?"
"Tenang, Fred," balas George. "Kita cari tahu dulu masalahnya. Siapa tahu ada yang bisa kita bantu."
Draco Malfoy menyeringai. "Hukum aja semuanya! Biar mereka kapok!"
"Draco, jangan gitu dong!" kata Astoria Greengrass. "Kita kan harus saling bantu."
"Astoria benar," kata Cho Chang. "Lagian, kita kan harusnya satu sekolah. Kalau ada yang punya masalah, kita harus bantu."
Di sisi lain, Aya Parker terlihat serius. "Kita harus cari tahu kenapa mereka melakukan itu. Mungkin ada alasannya."
Tiba-tiba, Y/N Yvette, si murid baru, angkat bicara. "Mungkin mereka butuh sesuatu, tapi tidak berani minta. Jadi mereka mencuri."
Luna Lovegood mengangguk. "Itu bisa saja. Mungkin mereka tidak punya uang untuk membeli alat-alat itu."
Mendengar pendapat teman-temannya, Harry Potter merasa ada yang tidak beres. "Mungkin kita harus bantu mereka. Gimana kalau kita kumpulkan uang, dan kita belikan alat-alat itu untuk mereka?"
Ide Harry disambut baik oleh semua siswa Thousands of Memories. Mereka semua setuju, mereka akan membantu kelas sebelah.
"Oke! Kalau gitu, kita mulai kumpulin uang, ya!" seru Ginny Weasley. "Kita tunjukkan kalau kita adalah kelas yang solid!"