Pernah ada sebuah ramalan yang tersebar luas di antara tiga belas kota Agung yang ada di Tanah ini.
"Sepuluh orang Pahlawan akan muncul ke Dunia ini, merebut Tahta para Dewa yang arogan, dan akan membawa Harapan baru untuk Era selanjutnya."
Sebuah ramalan yang pada awalnya di tertawakan, di anggap sebagai omongan seorang bidah oleh para Pendeta, dan lelucon di antara orang-orang awam.
Namun...
...
Jauh di masa lalu, sang Dewa pertama lahir dari api yang jatuh.
Itulah bagaimana sang Bapak Inspirasi, Dewa yang membawa cahaya ke seluruh Tanah ini, terlahir ke Dunia.
Dari balik bayangannya, di bawah sinar sang Dewa Cahaya tersebut, munculah bayangan dari "Akhir" itu sendiri. Perjalanan dalam sebuah awal, yang akan menjadi pertanda akhir yang tak terelakan.
Membawa Kematian di tangan kirinya, tapi juga menopang kehidupan di tangannya yang lain. Di kenal luas sebagai Hakim bagi para orang mati, sekaligus pencipta kehidupan pertama di Dunia ini.
Dikatakan, setelah kemunculan dari sang Dewi, Dunia akhirnya terpisah menjadi dua bagian; Satu sisi di isi oleh cahaya milik sang Dewa, sementara sang Dewi hidup dalam kegelapan dan kesendirian.
...
Tiga Dewa mengukir langit dan Bumi, tiga lainnya menenun untaian takdir. Tiga lagi membentuk kehidupan dengan tangan mereka, sementara tiga yang tersisa menjaga gerbang malapetaka.
Nyala api para Dewa menerangi peradaban, dan orang-orang di seluruh Dunia hidup dalam kemakmuran.
Namun, zaman keemasan begitu cepat berlalu, dan dari luar angkasa yang jauh, datang gelombang hitam yang sangat keji...
Kegelapannya lebih kelam dari kematian itu sendiri, membuat para Dewa jatuh ke dalam kegilaan, dan para manusia saling mengangkat senjata satu sama lain.
Pertikaian menyebar di segala penjuru, dan noda darah menelan cahaya fajar.
Ketika para Dewa saling berperang, Matahari pun terdiam.
Satu milenium yang penuh dengan konflik...
... hanya meninggalkan sebuah Dunia yang hancur, dan sebuah Era Kegelapan.
Benih-benih api berkedip lalu padam, dan era para Dewa pun perlahan berakhir.
Darah emas mengalir jatuh ke Tanah, dan ramalan lama pun kembali bergema di kejauhan...
"Mengalirlah, darah emas, mengalirlah."
"Bentuklah sungai mendidih yang mengalir melalui nadi para Pahlawan Dunia ini..."
...
Sampai saat ini, Libertas masih memikul fajar di pundaknya.
Pada mulanya hanya ada cahaya, kemudian para Dewa menciptakan langit dan tanah pertama.
Lalu, Zhenlong memahat manusia dan membuat kalender untuk menandai berlalunya waktu, menciptakan sejarah...
Umat manusia berkembang pesat pada Zaman Keemasan...
Kota-kota mereka yang tak terhitung jumlahnya memenuhi Dunia, terkadang hidup dalam harmoni, terkadang hidup dalam pertikaian...
Sampai gelombang hitam datang dari luar angkasa, dan menelan Thiravelon sepenuhnya.
Libertas yang Agung, memikul fajar di pundaknya. Dan berkat perlindungannya, tembok Kota Suci berdiri dengan kokoh.
Akan tetapi, tidur abadi sang Dewa... adalah harga yang harus dibayarkan.
Kini, kegelapan menyelimuti Thiravelon, dan suara perang berkumandang dari dalam reruntuhan Imperialis.
Gelombang hitam melahap Dominatus, sang Dewa Perang dan Kekuasaan, yang membuatnya jatuh ke dalam kegilaan.
Para tentaranya kini mengangkat tombak mereka, bersumpah untuk membuat Dunia yang hancur ini...
... terbakar.
Para utusan memohon, bergegas ke kota-kota lain untuk meminta bantuan, tetapi hanya menerima keheningan sebagai balasannya.
Kuil Agung Takdir, Qasra Al-Sahra.
Apa Imam di sana ingin membagikan ramalan dari Dewa mereka?
Tidak, cerminnya sudah lama rusak, dan Zehram sang Penenun Takdir bersembunyi di balik kabut, ramalannya pun hening.
Tempat lahirnya ilmu pengetahuan, Crownreach.
Apa para orang bijak di sana mau memberikan Ilmu Pengetahuan mereka?
Tidak. Api peperangan membakar semua dedaunan, dan bahkan Virelia sang Dewi Pengetahuan pun jatuh ke dalam peulakkan kematian.
Ah, benar juga. Kematian...
Serketra sang Dewi Kematian pernah berjanji, untuk menuntun yang telah tiada untuk kembali ke Sungai Jiwa.
Tapi bahkan saat ombak lautan terdiam, kemanakah sang Dewi Kematian itu pergi?
Dan Tsukihana, Dewa yang memegang seluruh langit Thiravelon...
Kenapa kamu memejamkan matamu, meninggalkan umat manusia di dalam malam abadi?
Oh, para Dewa!! Apa yang terjadi pada kalian semua?
Sampai saat ini, Libertas masih memikul fajar di pundaknya. Tapi, tembok Kota Suci tidak akan berdiri selamanya...
Era para Dewa sudah berakhir, dan hanya para Pahlawan yang bisa membawa harapan.
Suatu hari nanti, penyelamat tanpa nama akan mewarisi Benih Api para Dewa...
... dan membangun kembali Dunia yang hancur ini.
Sama seperti Libertas yang menopang Dunia ini.
...
"Thalios sang Ksatria Suci, bentangkanlah benteng keyakinanmu di seluruh Kota Suci, dan dengarkanlah bisikan takdir."
"Akan ada utusan tanpa wajah yang melintasi ribuan gerbang, membawa kabar untukmu dari ratusan Dunia."
"Democritus yang bodoh, cukup berpengetahuan untuk menyangkal Iman, dan membangkitkan gelombang dahsyat yang mampu menumpas para Dewa."
"Carilah Pemburu yang memisahkan fajar dari senja, dan biarkan langit menjadi tempat dia terbangun."
"Buatlah Serakosia yang abadi mengaum. Tikam Raja musuh dengan darah Imperialisnya."
"Biarlah Citlali yang lincah berlari. Perintahkan waktu yang berhenti untuk mengalir sekali lagi."
"Dan pelayan dari Tangan Kelabu itu, Putra Sungai Styx..."
"Kalau kamu memberinya hak untuk merangkul, maka bahkan kematian yang membekukan pun... akan terlelap dengan tenang di ujung jari-jarinya."
"Kamu akan mendengar suara kedalaman samudra yang bergema melalui badai."
"Kamu akan menyaksikan orang asing dari alam jauh datang berkunjung di balik tirai kegelapan."
"Hingga akhir perjalanan, ketika semua Dewa terdahulu telah jatuh..."
"Dan Raja baru tanpa Nama naik Takhta, bersama Pahlawan yang tak terhitung jumlahnya..."
"Untuk memulai misi Agung penyelamatan."
Aku memandang ke masa depan yang jauh, di mana matahari akan mengukir setiap jejak kaki umat manusia...
Anak-anak umat manusia yang di kenal sebagai "Krontrager" akan merebut Benih Api para Dewa, dan sekali lagi menopang Dunia.
"Pengejaran Api adalah perjalanan yang penuh kehilangan, di mana nyawa itu sendiri hampir tidak bernilai."
Karena itu, kami melemparkan bahkan diri kami sendiri ke tengah nyala api...
... Hanya demi membuat goresan pertama dalam epos penciptaan.
...
...
...
Berdiri menghadap sebuah lukisan yang menampilkan cahaya yang membentuk simbol "Infinity", seorang wanita muda cantik terlihat menyilangkan tangannya sambil memegangi dagunya.
"Kebanyakan 'Perjalanan seorang Pahlawan' yang ada di Alam Semesta hanyalah dadu yang mereka lempar sembarangan..."
Tempat itu tampak misterius, seolah terpisah dengan realitas itu sendiri. Dengan wanita yang ada di sana sebagai satu-satunya makhluk hidup, menampilkan sosok dengan aura yang sulit untuk di dekati.
"Apa jawabanmu akan berbeda, Thiravelon?"
Akhirnya, wajahnya yang tertutup syal pun terlihat, menampilkan sedikit mata ungunya yang indah dan memikat, tapi juga menyimpan kegelapan aneh darinya.