Latihan Penuh Kesalahan
Latihan tim voli putri sudah berjalan beberapa hari. Semangat mereka memang tinggi, tapi kesalahan demi kesalahan tak terhindarkan. Lapangan voli yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh suara bola, teriakan, dan tawa.
"Aya! Lari ke arah bola! Jangan nunggu bola datang!" teriak Coach Arken.
Aya Parker yang sedang melatih smash, melompat terlalu cepat, membuat pukulannya meleset dari bola. Ia terjatuh di pasir dan merasa malu.
Di sisi lain, Hermione Granger sebagai tosser kesulitan mengumpan bola ke Cho Chang yang bertugas sebagai blocker.
"Hermione, bolanya terlalu tinggi!" teriak Cho.
"Maaf, Cho! Aku masih belum bisa mengukur jarak yang tepat!" balas Hermione, frustrasi.
Coach Arken meniup peluitnya. "Berhenti! Kalian semua, dengarkan saya!"
Semua anggota tim berkumpul dengan napas terengah-engah.
"Hermione, kamu terlalu banyak berpikir," kata Coach Arken. "Voli itu butuh insting, bukan teori. Coba lagi!"
"Aya, kamu terlalu mengandalkan kekuatan. Pukulanmu meleset karena fokusmu hanya pada kekuatan, bukan pada teknik!" lanjut Coach Arken.
Aya menunduk, merasa kesal pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, Ginny Weasley datang menghampiri Aya dan menepuk pundaknya. "Santai, Ay. Semua butuh proses. Kita kan baru mulai."
Pansy Parkinson juga ikut berkomentar. "Bener kata Ginny. Lagian, Coach Arken itu emang galak banget. Tapi, aku yakin kita bisa kok."
Saat latihan dimulai kembali, Hermione mencoba mengumpan bola ke Aya. Namun, bola yang diumpan Hermione terlalu rendah. Aya yang sudah siap melompat, tidak bisa memukul bola.
"Aduh, maaf banget, Ay!" kata Hermione, merasa bersalah.
"Enggak apa-apa, Hermione," jawab Aya. "Kita coba lagi. Pelan-pelan aja."
Latihan terus berlanjut. Meskipun kesalahan masih terjadi, semangat mereka tidak pernah pudar. Mereka semua tahu, setiap kesalahan adalah pelajaran berharga.
Tekad Aya dan Kerja Sama dengan Mantan Pesaing
Minggu demi minggu berlalu. Tim voli putri yang dipimpin Aya Parker terus berlatih dengan keras. Kesalahan-kesalahan saat latihan kini mulai berkurang, digantikan oleh koordinasi dan smash yang semakin akurat. Coach Arken dan Coach Sam pun terlihat puas dengan perkembangan mereka.
Di tengah latihan, Aya terlihat sangat serius. Ia berlatih smash berkali-kali, melompat lebih tinggi dari hari sebelumnya. Ginny Weasley, yang bertugas sebagai libero, mengumpan bola dengan lincah.
"Aya, kamu terlalu memaksakan diri!" teriak Ginny. "Nanti cedera!"
"Aku harus bisa lebih baik lagi, Gin!" balas Aya. "Aku enggak mau kalah!"
Tekad Aya sangat kuat. Ia berlatih sendiri setiap hari setelah latihan, di lapangan yang sepi, di bawah sinar rembulan. Ia ingin membuktikan bahwa tinggi badan bukanlah segalanya.
Beberapa hari kemudian, Cho Chang datang membawa kabar gembira. "Guys! Kita lolos ke babak semifinal! Kita akan melawan tim dari SMA unggulan, namanya 'The Dragons'!"
Semua anggota tim bersorak gembira. Namun, wajah mereka langsung berubah tegang. Tim 'The Dragons' dikenal sebagai tim terkuat di tingkat nasional.
"Aku tahu, mereka kuat," kata Aya, mencoba menenangkan teman-temannya. "Tapi kita bisa! Kita punya strategi. Hermione, bagaimana menurutmu?"
Hermione Granger, sang tosser, terlihat berpikir keras. "Kalau kita pakai strategi yang biasa, kita pasti kalah. Mereka punya spiker yang sangat kuat dan blocker yang tinggi."
"Kalau begitu, kita harus cari cara lain," ucap Aya. "Kita harus berani ambil risiko."
Tiba-tiba, Fred Weasley dan George Weasley masuk ke dalam lapangan, diikuti oleh Draco Malfoy dan Pansy Parkinson.
"Ada apa nih? Kok pada tegang?" tanya Fred. "Udah kayak lagi nunggu hasil ujian aja."
"Kita lolos ke semifinal, Fred!" seru Cho. "Tapi lawan kita kuat banget."
"Santai aja," kata George. "Kita kan ada Draco dan Pansy. Mereka bisa bantu kita."
"Bantu apa?" tanya Hermione, bingung.
"Draco dan Pansy kan dari klub debat. Mereka tahu cara menganalisis lawan dan mencari celah," jelas George. "Mungkin mereka bisa bantu kita bikin strategi."
Draco menyeringai. "Tentu saja. Gue enggak akan biarkan tim dari sekolah ini kalah."
Pansy mengangguk. "Kita akan analisis cara mereka bermain, dan kita akan cari kelemahan mereka."
Aya menatap Draco dan Pansy. Ia tahu, Draco dan Pansy adalah mantan pesaingnya. Namun, kali ini, mereka semua adalah satu tim.
Rencana Rahasia Kelas Thousands of Memories
Di sisi lain, di dalam kelas Thousands of Memories, Harry Potter sedang berbicara dengan Ron Weasley dan Seamus Finnigan. Topik pembicaraan mereka adalah tim voli yang dibentuk oleh Aya Parker dan teman-temannya.
"Guys, kalian tahu kan? Tim voli cewek-cewek kita berhasil masuk semifinal," kata Harry dengan nada bangga.
"Serius?! Hebat banget mereka!" seru Ron, matanya berbinar. "Pasti gara-gara si Aya yang atletis itu."
Seamus mengangguk. "Tentu saja. Dan jangan lupakan Cho, Hermione, Ginny, Astoria, dan Pansy. Mereka semua hebat."
Tiba-tiba, Hermione Granger dan Ginny Weasley masuk ke dalam kelas, wajah mereka terlihat lelah tapi bersemangat.
"Gimana latihannya, Mione? Seru, ya?" tanya Harry.
Hermione tersenyum. "Seru banget, Harry! Meskipun capek, tapi kami yakin bisa memenangkan pertandingan."
"Kita akan melawan tim terkuat, 'The Dragons'," tambah Ginny. "Mereka tim yang sangat disiplin dan kuat."
Harry menatap Hermione dan Ginny dengan tatapan penuh kebanggaan. "Tenang aja, guys. Kalian gak sendirian. Kalian punya kita."
Fred Weasley dan George Weasley, yang kebetulan lewat, langsung menimpali.
"Tenang aja, girls! Kalian punya kami!" kata Fred. "Kita akan datang dan jadi supporter kalian!"
"Iya, kan? Kita harus tunjukkan kalau Thousands of Memories itu solid!" timpal George.
Harry mengangguk setuju. "Ide bagus, George! Kita akan datang dan jadi supporter mereka. Kita harus bikin yel-yel yang keren, biar mereka makin semangat."
Semua anak-anak kelas Thousands of Memories mulai berkumpul. Draco Malfoy, yang awalnya hanya diam, tiba-tiba angkat bicara.
"Yel-yel? Kedengarannya kekanakan," ucap Draco, namun senyum tipisnya tidak bisa disembunyikan. "Tapi, gue setuju. Kita harus bikin yel-yel yang kreatif dan bikin mental lawan ciut."
Pansy Parkinson mengangguk setuju. "Kita bisa bikin spanduk dan bawa bendera. Biar kelihatan keren!"
"Aku bisa bantu bikin spanduknya!" seru Luna Lovegood dengan mata berbinar. "Aku bisa gambar niffler dan nargles yang sedang menyemangati."
Cho Chang dan Hermione Granger hanya bisa tersenyum. Mereka terharu melihat kekompakan teman-temannya. Mereka tidak menyangka, seluruh kelas akan mendukung mereka.
"Makasih banyak ya, teman-teman," kata Cho. "Kami jadi makin semangat."
"Iya, makasih banyak!" tambah Hermione. "Kami janji, kami akan berjuang sekuat tenaga!"
Seluruh kelas Thousands of Memories pun mulai merencanakan kejutan untuk tim voli. Mereka bertekad, pertandingan semifinal itu akan menjadi momen tak terlupakan, bukan hanya untuk tim voli, tetapi juga untuk seluruh kelas.
Yel-yel Paling Kreatif dan Latihan Terakhir
Di lapangan voli, tim putri Thousands of Memories sedang menjalani latihan terakhir mereka sebelum pertandingan semifinal. Di pinggir lapangan, seluruh anggota kelas berkumpul, membawa spanduk dan bendera yang baru mereka buat.
"Oke, guys! Kita coba yel-yel yang baru!" seru Fred Weasley dengan lantang.
George Weasley mengacungkan tangannya. "Yel-yel pertama, buat nyemangatin Aya saat mau smash!"
Semua anggota kelas mulai berteriak serempak:
"A-Y-A! A-Y-A!
Lompat tinggi, smash keras!
Bola lawan hancur lebur!
Aya, Aya, pasti juara!"
Aya yang sedang melompat, terlihat kaget dan tersenyum malu-malu. Ia tidak menyangka, teman-temannya akan membuat yel-yel seunik ini.
"Gila, itu yel-yel paling aneh yang pernah aku dengar!" bisik Cho Chang kepada Hermione Granger.
Hermione hanya tertawa. "Tapi itu bikin semangat, kan?"
Draco Malfoy, yang biasanya dingin, kini terlihat sangat bersemangat. Ia memegang spanduk bertuliskan "Hancurkan The Dragons!" dengan bangga.
"Yel-yel selanjutnya!" teriak Pansy Parkinson. "Ini buat Cho kalau lagi mau nge-blok!"
"Cho! Cho! Cho!
Benteng terkuat, tembok tertebal!
Bola lawan mental lagi!
Cho, Cho, Cho, pasti menang!"
Lagi-lagi, tawa riuh memenuhi lapangan. Cho yang sedang melompat, tidak bisa menahan senyumnya. Ia merasa sangat terharu.
Setelah yel-yel selesai, Harry Potter maju ke depan dan memberikan semangat. "Guys, kalian semua hebat! Kalian sudah berlatih keras. Kami semua bangga sama kalian."
Cedric Diggory juga ikut menimpali. "Aku yakin, kalian pasti bisa menang. Kami semua akan datang dan mendukung kalian."
Di tengah suasana yang penuh semangat, Aya berbicara kepada Draco dan Pansy.
"Makasih banyak ya, kalian udah mau bantu kita bikin strategi," kata Aya tulus. "Aku tahu, ini bukan hal yang biasa kalian lakuin."
Draco menyeringai. "Ya, gimana lagi. Gue kan seksi humas. Masa iya gue biarin nama kelas Thousands of Memories tercoreng."
Pansy mengangguk setuju. "Lagian, kita kan satu tim. Menang ya bareng-bareng, kalah ya bareng-bareng."
Latihan pun dilanjutkan. Tim voli berlatih dengan lebih bersemangat, karena mereka tahu, di belakang mereka ada teman-teman yang selalu mendukung. Mereka bertekad, pertandingan semifinal ini akan menjadi bukti bahwa Thousands of Memories adalah kelas yang solid dan tak terkalahkan.
Bagaimana menurutmu, apakah yel-yel dan dukungan dari teman-teman akan membantu tim voli memenangkan pertandingan?
Semifinal: Kemenangan Pahit
Hari pertandingan semifinal tiba. Seluruh siswa Thousands of Memories memadati tribun, membawa spanduk dan bendera buatan mereka. Sorak-sorai mereka membahana, membuat suasana lapangan voli terasa sangat meriah. Tim voli putri yang dipimpin Aya Parker terlihat tegang namun siap.
"Ayo, guys! Kita bisa!" seru Hermione Granger, mencoba menenangkan timnya.
Pertandingan dimulai. Tim 'The Dragons' tidak main-main. Spiker mereka sangat kuat, membuat tim voli Thousands of Memories kesulitan. Namun, berkat strategi yang disusun oleh Draco Malfoy dan Pansy Parkinson, mereka berhasil mengimbangi permainan.
"Cho! Blocker!" teriak Ginny Weasley, sang libero. Cho Chang segera melompat, berhasil menangkis bola.
"Aya! Smash!" teriak Hermione yang sudah mengumpan bola.
Aya melompat, memukul bola dengan sekuat tenaga, dan... smash! Poin pertama untuk tim Thousands of Memories! Seluruh tribun bersorak, meneriakkan yel-yel yang sudah mereka siapkan.
Pertandingan berjalan sangat sengit, hingga skor 24-24. Satu poin lagi, dan tim Thousands of Memories akan memenangkan pertandingan. Bola berada di tangan tim lawan.
Server lawan melakukan servis dengan sangat kuat. Ginny berhasil menahan bola, mengumpannya pada Hermione. Hermione lalu mengumpan bola ke Aya yang sudah siap melompat.
Namun, saat Aya melompat, dua blocker lawan juga melompat. Aya memukul bola, tetapi ia tidak melihat kaki lawannya yang berada di bawahnya. Aya terjatuh, kakinya terkilir dengan sangat parah.
Seluruh tribun hening. Aya mengerang kesakitan.
"AYA!" teriak George Weasley dari tribun, wajahnya panik.
"Time out!" seru Coach Arken.
Cho, Ginny, dan Hermione segera menghampiri Aya.
"Ay, kamu gak apa-apa?" tanya Cho dengan nada khawatir.
"Kakiku..." bisik Aya, air matanya menetes.
"Kamu harus ke UKS, Ay!" kata Hermione. "Jangan dipaksakan!"
Namun, Aya menggeleng. "Enggak! Aku enggak mau. Aku harus... menyelesaikan pertandingan ini."
Coach Arken menghampiri mereka. "Aya, kamu cedera. Kamu harus berhenti. Kita masih bisa menang di pertandingan berikutnya."
"Enggak, Coach! Ini poin penentu!" bantah Aya. "Aku harus menang!"
Aya melihat ke arah tribun. Ia melihat teman-temannya yang masih bersemangat, membawa spanduk dan bendera. Ia melihat George yang khawatir, dan Draco yang menatapnya dengan serius. Ia tahu, ia harus berjuang untuk mereka.
Aya berdiri dengan susah payah. Ia kembali ke lapangan, dengan kaki yang pincang.
Pertandingan dilanjutkan. Aya tidak bisa melompat seperti sebelumnya. Namun, ia tidak menyerah. Hermione mengumpan bola ke Aya lagi. Aya mengambil ancang-ancang, dan dengan satu lompatan terakhir, ia memukul bola dengan sekuat tenaga.
Bola melewati tangan blocker lawan, dan... smash! Bola jatuh di area lawan. Poin terakhir!
"YEEEEES!" teriak seluruh tribun. Mereka semua bertepuk tangan, bersorak, dan berpelukan.
Aya ambruk di lapangan. Timnya segera menghampirinya, memeluknya dengan bangga.
Di pinggir lapangan, George berlari menghampiri Aya. Ia langsung menggendong Aya, membawanya ke UKS.
Di UKS, Aya didampingi oleh George, Cho, Ginny, dan Hermione.
"Kamu gila, Ay!" bisik George sambil mengusap kepala Aya. "Kenapa kamu paksain diri kamu?!"
"Aku... aku enggak mau nyerah, George," jawab Aya, air matanya menetes. "Aku mau menang buat kalian semua."
Cho memeluk Aya. "Kamu pahlawan, Ay. Kamu berhasil."
Draco Malfoy, yang juga datang ke UKS, hanya menatap Aya. "Lo emang gila," katanya, tapi senyum tipisnya tidak bisa disembunyikan. "Tapi... gue bangga sama lo."
Aya hanya bisa tersenyum. Ia tahu, kemenangan ini adalah kemenangan pahit. Tapi ia tidak menyesalinya. Ia membuktikan, bahwa tekad dan semangat jauh lebih kuat daripada cedera. Ia membuktikan, bahwa ia adalah pahlawan bagi teman-temannya.