Momen Manis di Kantin
Jam istirahat tiba, dan kantin sekolah kembali ramai. Di salah satu sudut, Aya Parker dan George Weasley duduk berdua, jauh dari keramaian teman-teman mereka. Aya sedang asyik membaca buku tentang strategi Quidditch—ia ingin menganalisis pertandingan kemarin—sementara George asyik memilin rambutnya.
"Serius, Ay. Kamu baca buku tebel gitu pas lagi makan?" tanya George sambil menunjuk buku di tangan Aya. "Udah kayak Hermione aja."
Aya tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari buku. "Aku kan harus tahu kenapa tim kamu kalah, George. Kemarin kamu terlalu fokus sama bludger padahal Harry lagi ngejar snitch."
George tertawa pelan. Ia lalu menyingkirkan buku dari tangan Aya, membuat Aya mendongak menatapnya.
"Lagi di kantin, momennya bukan buat baca buku," kata George sambil tersenyum manis. "Momennya buat... ngobrol sama pacar."
Aya menatap mata George yang penuh kehangatan, dan ia merasa jantungnya berdebar kencang. Meskipun kadang George bertingkah konyol, Aya tahu George adalah sosok yang paling bisa membuatnya merasa nyaman.
"Kamu... kenapa sih?" tanya Aya, pipinya sedikit memerah.
"Enggak kenapa-kenapa. Cuma mau lihatin kamu aja," jawab George, nadanya terdengar lembut. "Seneng banget, deh, kalau lihat kamu serius sama sesuatu."
Tiba-tiba, Fred Weasley dan Ron Weasley lewat. Fred melihat George dan Aya berduaan, dan ia langsung nyeletuk.
"Woi, pacaran terus! Nanti kena tagih uang kas lho, sama Ibu Cho!" goda Fred.
"Sana, gangguin Hermione aja!" balas George, lalu ia kembali fokus pada Aya.
Ron hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia tahu, di antara semua temannya, George dan Aya adalah pasangan yang paling romantis.
"Ay," panggil George pelan. "Aku mau kasih kamu sesuatu."
George mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Kotak itu dihiasi pita merah. Aya terkejut, matanya membulat.
"Apa ini?" tanya Aya, suaranya bergetar.
"Hadiah. Karena kamu pacar yang paling keren," jawab George. "Kamu atlet, cerdas, dan kamu selalu jadi dirimu sendiri. Aku suka semua hal tentang kamu."
Aya membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya, ada sebuah kalung dengan liontin berbentuk bludger kecil. Diukir di atasnya, ada inisial nama mereka, "G + A".
"George..." Aya tidak bisa berkata-kata.
"Ini biar kamu tahu, mau sejauh apa pun aku terbang di lapangan Quidditch, aku pasti bakal balik ke kamu," kata George. "Dan liontin ini, biar kamu tahu kalau bludger itu enggak seberbahaya cintaku ke kamu."
Aya tidak bisa menahan senyumnya. Ia lalu memeluk George dengan erat.
"Terima kasih," bisik Aya. "Ini... ini hadiah terbaik yang pernah aku terima."
George hanya membalas pelukan Aya. Momen romantis itu membuat hari itu terasa begitu spesial bagi mereka berdua. Tanpa disadari, di seberang kantin, Draco Malfoy melihat mereka dan tersenyum tipis. Ia merasa iri, namun juga ikut bahagia.
Latihan Basket dengan Penonton Spesial
Bel pulang sekolah berbunyi, dan semua siswa Thousands of Memories bergegas keluar kelas. Mereka semua tampak lelah, namun semangat untuk kegiatan di luar kelas masih membara.
Saat Aya Parker sedang merapikan buku-bukunya, George Weasley menghampirinya.
"Ay, kamu ada acara?" tanya George, senyumnya ceria seperti biasa.
Aya menggeleng. "Enggak ada. Aku mau ke perpustakaan sebentar, baca-baca buku tentang olahraga."
"Jangan ke perpustakaan, dong," kata George. "Ikut aku, yuk?"
"Kemana?"
"Latihan basket! Aku sama Fred ada latihan bareng anak-anak Klub Basket. Aku mau kamu nonton," ajak George.
Aya menatap George, pipinya sedikit memerah. "Aku... aku takut ganggu."
"Enggak ganggu, kok!" kata George. "Justru aku butuh penonton spesial. Aku mau pamer keahlian, biar kamu makin bangga sama pacarmu ini."
Aya tertawa. "Oke, oke. Kalau gitu, aku ikut."
Mereka berdua berjalan menuju lapangan basket. Di sana, sudah ada Fred Weasley dan beberapa anggota Klub Basket lainnya.
"Wih, ada Aya! Tumben nonton?" sapa Fred sambil melempar bola ke arah George.
"Ini dia penonton spesial kita!" jawab George sambil melirik Aya.
Aya hanya tersenyum canggung. Ia duduk di pinggir lapangan, menonton George dan teman-temannya yang sedang latihan. Sebagai seorang atlet, Aya dapat melihat dengan jelas keahlian George. Gerakannya lincah, dribbling-nya cepat, dan setiap tembakan yang ia lakukan sangat akurat.
Tiba-tiba, George mendatangi Aya. "Gimana? Keren, kan?" tanyanya.
"Keren banget," jawab Aya dengan tulus. "Aku enggak nyangka, kamu sehebat ini."
"Aku kan juga atlet, Ay. Tapi kalau soal Quidditch, aku masih kalah jauh sama Harry," kata George sambil tertawa.
Tiba-tiba, Fred datang dan menantang George. "Woi, George! Kita tanding satu lawan satu, gimana? Siapa yang menang, dia yang paling keren!"
George menyeringai. "Boleh! Tapi taruhannya, yang kalah harus traktir Aya makan malam!"
"Deal!" seru Fred.
Pertandingan dimulai. George dan Fred bertanding dengan sangat serius. George berhasil memasukkan bola dengan layup yang indah, sementara Fred membalasnya dengan jump shot yang akurat. Aya yang menonton dari pinggir lapangan merasa sangat kagum. Ia tak menyangka, latihan basket bisa seseru ini.
Di akhir pertandingan, George berhasil mencetak poin terakhir dan memenangkan pertandingan. Fred pun harus menerima kekalahannya.
"Yah, kalah. Selamat, George! Kamu memang yang paling keren!" ucap Fred sambil menepuk pundak adiknya. "Dan selamat, Aya! Malam ini kamu makan gratis!"
George menghampiri Aya dan merangkulnya. "Gimana? Keren, kan?"
"Keren banget," jawab Aya. "Aku bangga banget sama kamu, George."
Malam itu, George dan Aya pergi makan malam bersama, sementara Fred harus merogoh koceknya untuk menraktir mereka. Di kelas Thousands of Memories, setiap momen, bahkan saat latihan basket, selalu diwarnai dengan tawa dan kebersamaan.
Bagaimana menurutmu, apa lagi keseruan yang akan terjadi di kelas Thousands of Memories?