Ruangan dipenuhi oleh hening yang berdengung di telinga. Yang biasanya ceria, Rose dan Stella hanya menunduk. Mereka tahu kapan harus bercanda dan kapan harus serius. Lily duduk di belakang mereka, sendirian. Memang dia yang meminta untuk duduk sendirian karena dia tidak ingin ada yang melihatnya menangis. Hades sudah siap dengan pianonya. Dia harus merasakan tamparan yang tiga kali lebih keras daripada biasanya oleh Stella, agar memainkan musik yang benar. Silver duduk di seberang Lily. Tidak bereaksi sama sekali. Diam seperti batu. Brittany juga duduk di sebelah Silver sambil tersenyum dengan kipas yang menutupi mulutnya. Elegan adalah ciri khasnya.
Sementara Lucien berdiri di sisi altar dengan ekspresi gugup, namun tenang. Jas biru navy yang dia kenakan membalut tubuh berbentuknya. Rambutnya ditata serapi mungkin. Dia merasa sangat senang karena akhirnya bisa menikahi orang yang dia cintai selama bertahun-tahun mengenalnya. Tangannya tidak sabar untuk memasangkan cincin pernikahan yang dia ukir, khusus untuknya. Dia bisa melihat dua anak buahnya-Charlotte dan Zack-duduk di bangku paling depan. Charlotte terlihat bersemangat seperti biasa, sementara Zack hanya memejamkan matanya sambil menunggu acara mulai.
Pintu terbuka dan musik dimainkan. Tampaklah dua orang berdiri di balik ruangan. Yang satu mengenakan jas hitam dan berambut panjang, dan yang satunya lagi menggunakan jas putih dengan sebuah tudung menutupi wajahnya dan sebuket bunga mawar putih digenggamnya. Semua tatapan tertuju padanya, terpesona oleh kecantikan pengantin pria tersebut. Dengan langkah pelan, mereka akhirnya berjalan menuju altar. Lucien tidak bisa menahan senyumannya. Dia akhirnya bisa menggapai mimpinya, yaitu menjadikan Aiden miliknya sepenuhnya.
Akhirnya Kai dan Aiden sudah sampai di altar. Aiden melirik ke semua penonton sampai akhirnya tatapannya tertuju pada Lily yang menunduk. Putri tersebut terlihat sangat sedih, tapi tatapannya langsung ia alihkan ke arah calon suaminya. Tatapannya yang sempat was-was berubah menjadi lembut. Dia bisa merasakan rangkulan Kai yang sedikit erat, tetapi akhirnya dia lepaskan sebelum duduk di salah satu kursi penonton.
Setelah Lucien mengangguk, pendeta mulai berbicara. Hampir dari setiap katanya tidak Lucien dengarkan, terlalu terlena dengan visual Aiden. “Kita berkumpul di sini, di hari yang indah ini, untuk menyatukan kedua mempelai dalam ikatan suci pernikahan, berbagi kebahagiaan mereka, dan menjadi saksi perayaan ini. Pernikahan adalah sebuah institusi, ikatan istimewa antara pasangan dan Tuhan. Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, karena mereka yang berjanji untuk berbagi hidup dalam ikatan suci pernikahan berjanji untuk saling mencintai, menghibur, dan mendukung, dalam sakit maupun sehat, dalam suka maupun duka, dan apa pun yang terjadi.”
Setelah beberapa saat, pendeta tersebut mengalihkan wajahnya ke arah Lucien. “...Yang Mulia Raja Lucien, bersediakah kau menerima pria ini, Aiden, sebagai suami sahmu, untuk hidup dalam ikatan pernikahan, untuk mencintai, menghibur, menghormati, dan menjaganya dalam suka maupun duka, dalam suka maupun duka, untuk meninggalkan semuanya, dan hanya bergantung padanya, mulai hari ini dan seterusnya?” Dengan senyuman lebar, Lucien mengangguk tenang.
“Aku bersedia.”
Pendeta tersebut mengulas senyum kecil lalu berbalik menghadap Aiden. “Dan bersediakah kau, Aiden , menerima pria ini, Lucien , sebagai suamimu yang sah, untuk hidup dalam ikatan pernikahan, untuk mencintai, menghibur, menghormati, dan menjaganya dalam suka maupun duka, dalam suka maupun duka, untuk meninggalkan semua yang lain, dan hanya bergantung padanya, mulai hari ini dan seterusnya?” Aiden belum langsung menjawab. Tatapannya sempat berkelana ke mana-mana sampai akhirnya dia memiliki jawaban, “A-aku...”
Lucien mulai merasa sedikit bersemangat. Tidak sabar mendengar jawaban calon suaminya. Tapi dia dibuat terkejut saat Aiden membuka matanya untuk pertama kalinya dan memperlihatkan lensa nya yang berwarna merah muda. Bukan biru langit dan putih tulang. “...tidak bersedia.” Aiden mengeluarkan sebuah pisau dari balik buket bunga tersebut dan menusuk bahu Lucien. Pria tersebut berteriak kesakitan. Semua orang panik dan mulai berlari meninggalkan ruangan. Kai berdiri dan berlari menghampiri Aiden. “Aiden, kenapa kau?” Tapi respon yang dia dapatkan hanya tepisan tangan. Pria berambut pirang tersebut dengan cepat menghampiri Lily dan membawa putri tersebut ke pelukannya. Orang-orang di sana begitu terkejut dengan apa yang mereka lihat.
“A-Aiden...?”
Lily sangat syok ketika Aiden tiba-tiba menghampirinya. Lucien berusaha bangkit dengan luka yang ada di bahunya. “Aiden...kenapa...?” Yang dipanggil hanya menolehkan wajahnya dan kembali menghadap Lily. “Aku tidak pernah mengatakan bahwa aku mencintaimu, Lucien. Maaf, tapi aku hanya akan memandang Lily, pujaan hatiku.” Semua orang menganga mendengarnya. Apalagi Lucien yang sudah menunggu momen ini. Ia raih pisau tadi dan menariknya keluar dari bahunya. Menyadari hal itu, Kai langsung menahan Lucien yang ingin menyerbu Aiden. “Jangan berharap kau bisa memaksa temanku untuk mencintai mu, meskipun dia tidak akan pernah merasakan hal itu padamu,” lirih Kai. Lucien tidak terima dan malah meninju perut Kai sampai terpental ke langit-langit istana.
“KAI!” teriak para Hero kecuali Aiden.
Kai yang baru saja terlempar begitu kencang, mulai terbatuk darah. Tapi dia tidak diam begitu saja. Dia keluarkan pedangnya dan mulai menebas Lucien, meski meleset. Dengan cepat, Lucien menendang punggung Kai sampai terbanting ke lantai. Bahkan menembus ke lantai bawahnya. Jari jemari Lucien mengeluarkan benang yang sangat tipis dan mengarahkan benang-benang tersebut ke orang-orang yang tidak sempat melarikan diri. “Serang yang lainnya,” suruh Lucien ke orang-orang tidak bersalah tersebut. Stella dan Rose sudah bersiap dengan serangan mereka. Tapi dihalangi oleh Brittany dan Hades. Brittany dengan mudahnya menyanyi dengan suara lembutnya sampai perisai milik Rose hancur. Tangannya terulur untuk mencekik leher Rose dan membantingnya ke tanah.
“Sayang, kamu cantik banget kalau luka-luka begini.” Rose tidak peduli dan langsung melempar Brittany ke arah pintu dan sayapnya patah. Sebelum wanita itu bangkit, Rose mencari sesuatu yang tajam. Dan akhirnya menggunakan serpihan logam dari perisainya yang hancur tadi. Ia raih logam tersebut dan menggores leher Brittany. Pita suaranya rusak dan Brittany tidak bisa menyanyi lagi. Rose sudah memasukkan tangannya ke mulut Brittany agar dia tidak bisa protes.
Sementara itu, Stella sibuk bertarung dengan Hades. Sayap Stella patah untuk kedua kalinya. Tangan Hades mengeluarkan banyak sekali bola api dan melemparkannya ke arah Stella. Putri hutan tersebut melindungi dirinya sendiri dengan sebuah perisai batu lahar yang membeku. Tanpa diduga, Hades sudah berada di belakang Stella dan mematahkan sayap kedua Stella. Wanita tersebut berteriak keras dan menusuk wajah pria di belakangnya menggunakan tombak yang dia keluarkan dari tangannya. Meleset. Hades malah sempat melempar Stella sampai menabrak altar. Seringai Hades mengembang penuh dengan kemenangan. Kepala Stella sampai bocor. Tetapi dia tidak akan jatuh begitu saja. Dia bersiul untuk memanggil serigala bawahannya untuk membantu menangani Hades. Tanpa perlu dipanggil dia kali, anjing-anjing tersebut menyerang Hades dan menggigit lengan dan kakinya.
Silver menonton pertarungan tersebut lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Charlotte dan Zack. “Serang saja wanita yang dipeluk Aiden. Aku akan sangat berterima kasih jika kalian melakukan itu.” Charlotte dan Zack mengangguk dan menyerbu ke arah Lily. Aiden yang menyadari itu, membawa Lily ke pelukannya dan melompat ke arah pita yang menggantung di stalagmit ruangan. Charlotte membidik Lily dengan anak panahnya, tapi sayang. Serangannya dicegah oleh tanaman rambat Lily. Zack dengan cepat membakar tanaman rambat itu menggunakan sihirnya. “Makasih, Zack.” Charlotte kembali membidik Lily dan langsung menembaknya. Aiden dengan mudah menepis anak panah tersebut hanya menggunakan tangannya yang kosong. Zack bantu dengan menyambar sebuah petir menggunakan kekuatannya. Lily dengan cepat melindungi mereka berdua dari petir tersebut. Ia ciptakan sebuah bunga raksasa agar menjadi perisai untuk mereka. Dia sangat senang saat mengetahui Aiden lebih memilihnya daripada Lucien. Tapi ada yang aneh...
Sementara Lucien sedang sibuk melawan Kai di lantai bawah. Pedang Kai terus berayun dan hanya melukai sebagian kecil dari wajah Lucien. Dia tetap saja menyuruh orang tidak bersalah untuk menyerang Kai dan akhirnya mereka mati karena pertarungan mereka berdua. Dengan benang-benang yang dihasilkan oleh Lucien, banyak benda yang terbelah. Bahkan tembok juga sampai tergores. Pergerakan Lucien terlalu cepat, mata Kai sampai tidak bisa mencari keberadaannya yang terus menerus menghindar. “Sial,” umpatnya. Tanpa ia sadari, Lucien menggerakkan jari jemarinya yang membuat pedang Kai patah. Matanya terbelalak karena kecepatannya yang tidak bisa dilihat.
Terpaksa, Kai harus menggunakan tangan kosong untuk melawan Lucien. Yang tadi selalu menghindar, akhirnya tertangkap oleh tangan kekarnya. Mulut Lucien terbuka untuk protes. Tapi mulut itu tidak ditutup, tapi justru semakin dipaksa untuk terbuka oleh Kai. Mulut Lucien sampai terluka dan kulitnya mulai sobek. Kai tahu bahwa menutup mulutnya akan berujung sia-sia. Jadi dia sobek saja mulutnya. Kali Lucien menendang leher Kai. Tulang-tulang yang ada di sana mulai retak. Tapi bisa Kai tahan. Lucien memanggil para pengikutnya untuk menyerang Kai sementara dia berusaha untuk mengobati luka yang ada di mulutnya.
Dengan mudah, Kai memanggil kedua naga yang selalu ada bersamanya dan menyuruh mereka untuk menghancurkan semua pengikut Lucien. Raja tersebut mulai kewalahan. Tapi dia terkejut ketika empat kawannya tiba-tiba nimbrung untuk melawan Kai. Brittany mencakar wajah Kai dengan bulu sayapnya yang tajam. Wajahnya meneteskan darah, tetapi itu tidak membuatnya goyah. Dia juga berhasil menahan serangan Hades dari belakang dan melemparnya keluar dari jendela istana. Silver mengeluarkan pedangnya dan berlari menyerang Kai. Dia sempat menghindar beberapa kali meski tubuhnya juga terkena banyak sekali goresan. Kai buka paksa helm baja yang Silver kenakan dan langsung meninju wajahnya sampai berdarah. Sebelum ia melawn, Kau cekik lehernya tapi dia masih sempat mengatakan sesuatu, “S-seharusnya kalian biarkan saja Aiden menikahi Lucien...”
“Siapa?”
Itu suara Aiden. Semua orang menoleh dan terkejut dengan apa yang dilihatnya. Lucien mati tertusuk dan malah diseret oleh Aiden. Dia menusuk dada Lucien menggunakan pisau yang tadi dia gunakan. Tatapannya kosong, tidak merasa bersalah sama sekali. Lucien membelalakkan matanya seolah tidak percaya bahwa dia akan terbunuh. Semua orang terdiam melihat pemandangan di depannya. Kecuali Charlotte yang berteriak histeris karena sosok idolanya sudah tiada. Tetapi Zack hanya diam, tidak bisa menerima kematian masternya. Tiba-tiba Lily berlari memasuki ruangan. “Aiden! Hentikan! Jangan terpengaruh oleh ramuan itu!” Alis Kai terangkat. Ramuan? Ramuan apa yang Lily bicarakan? Saat Kai menolehkan kepalanya, dia bisa melihat bahwa Aiden mengalami semacam glitch. Samar-samar terdengar kata permintaan tolong dari Aiden.
Tiba-tiba Rose dan Stella menyerbu Aiden lalu mengikatnya dengan rantai. Aiden bukan hanya membunuh Lucien, tapi dia hampir membunuh semua orang, kecuali Lily. Tangannya selalu saja bergerak untuk mencari benda yang bisa dijadikan senjata. Untung saja mereka tepat waktu. Mulut Aiden juga dilakban agar tidak mengeluarkan kata-kata aneh. Kai ingin memastikan kondisi sahabatnya. Tetapi dia malah terkena hantaman kaki milik Hades. Dia kembali. Tapi Stella sudah mempersiapkan itu dan mulai menusuk perut Hades dengan tombak emasnya. “Kai! Urus Aiden!” perintah Rose. Kali ini Lily juga ikut berkontribusi dalam mengalahkan para makhluk biadab di depan mereka.
Kai dengan cepat berlari dan mencoba untuk mencari tahu apa yang bisa mengembalikan Aiden menjadi semula. Ia tahan darah yang mengalir dari pinggangnya. Aiden tetap saja menatap ke arah depan dengan tatapan kosong. Dia masih di bawah alam sadarnya. Kai menggoyangkan tubuh temannya, tetapi tidak ada respon sama sekali. Putus asa mulai menghantuinya. Yang dia lihat sekarang adalah orang yang sangat berbeda. Bisa dia rasakan sebuah tepukan di bahunya. Dan dia lihat pendeta yang sempat menemani Lucien dan Aiden di acara akad mereka. “M-Mary...?” Mary, adalah rival Kai saat mereka masih muda dulu. Mereka berpisah karena keputusan masing-masing. Pendeta tersebut tersenyum lemah, meskipun matanya tertutup karena alasan tersendiri. “Biar aku bantu dengan urusan ini. Dan para kawanku di sana...” Setelah mengucapkan itu, Mary mulai merapalkan sebuah mantra yang tidak diketahui makna aslinya di dalamnya.
.
.
.
Langit menampakkan awan mendung. Kuburan tersebut benar-benar sepi. Aiden duduk di salah satu makam yang ada di sana. Makam tersebut terlihat sangat megah. Tangannya menggenggam sebuah buket bunga mawar biru kesukaan Lucien. Dia merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi lima tahun yang lalu. Dia juga sudah berkali-kali meminta maaf pada semua orang, tak terkecuali Lily yang menjadi targetnya saat itu. Untung saja Lily adalah wanita pemaaf. Jadi dia tidak perlu melakukan hal lain. Para Beast juga sudah disegel oleh Mary yang juga ikut serta mengorbankan nyawanya agar menghilangkan pengaruh buruk yang ada di dalam tubuh Aiden. Sekarang, dialah yang memegang kunci segel tersebut.
Dia sendirian hari ini. Semua temannya enggan untuk mengunjungi suaminya. Mereka semua masih merasa sedikit trauma dengan peristiwa tersebut. Air mata Aiden tidak bisa berhenti menetes. Setiap perkataan maaf keluar dari mulutnya. Berkali-kali ia kecup nisan suaminya. Dia tidak ingin cintanya meninggalkannya begitu saja. Cincin pernikahan yang diukir oleh Lucien tidak pernah ia lepas sebelumnya. Tidak ada yang bisa menggantikan cintanya.
Saat dia hendak pergi, dia mendengar suara langkah kaki menapaki rumput basah akibat hujan. Dia tidak peduli. Dia masih saja menatap batu nisan yang ada di bawahnya. Tapi lamunan itu hilang ketika ada yang memanggilnya. “Sayang...?” Ia kenal suara itu. Suara yang dia rindukan selama ini. Ia berbalik dan mendapati suaminya berdiri di sana. Dengan senyuman lembut sambil membawa sebuah buket mawar berwarna putih. Belum Lucien lanjutkan, Aiden sudah berlari ke dalam pelukannya, menangis. Lucien juga ikut meneteskan air matanya, tanpa kekasihnya sadari. Dia kecup pucuk kepala Aiden. Mereka berpelukan selama beberapa menit dan akhirnya mereka lepaskan.
“Cieee, kangen, ya?”
“Ish! Diamlah!” Tangan Aiden terkepal dan mulai meninju kepala Lucien. Yang ditinjau malah mengeluarkan cengiran khasnya. “Tapi kok bisa...?” Aiden bertanya, mengingat bahwa dialah yang membunuh suaminya. Dengan iseng, Lucien mencubit kedua pipi Aiden sebelum menjawab, “Itu ilusi, sayang. Aku tahu kamu bakal...kayak gitu. Makanya aku bikin ilusi sehari sebelum akad kita.” Aiden merasa kesakitan saat pipinya dicubit dan dia mulai memasang ekspresi cemberut.
“Tapi kenapa sekarang sih ngomongnya? Bikin panik tau!” Kali ini raut muka Lucien berubah menjadi serius sekaligus bersalah. Dia ada keperluan beberapa tahun belakangan. Tapi sekarang sudah selesai. “Sudah, jangan dipikirin. Yang penting sekarang kita bareng lagi. Nih, aku beliin bunga kesukaan mu.” Tangannya terulur untuk memberikan buket mawar tersebut. Aiden dengan senang hati menerimanya. Dia merindukan masa ketika Lucien sering memberinya hadiah. “By the way, kamu sendirian?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatiannya dari mawar tersebut. Aiden menggeleng pelan. “Aku berdua ke sini.” Genggaman Lucien pada pinggang Aiden mengerat. Tatapannya menunjukkan bahwa dia sedang cemburu dengan siapapun yang menemani suami tercintanya. “Siapa?” Aiden menoleh ke sebelah kirinya, dan mulai memanggil. “Bryan! Sini!”
Bryan? Siapa Bryan? Lucien mengikuti arah pandang Aiden. Dari yang awalnya cemburu berubah menjadi terkejut dan haru. Dia tidak percaya bahwa yang dia lihat sekarang adalah dirinya sendiri yang berlari menghampiri mereka. Tatapannya polos, tidak memiliki dosa sama sekali. Suaranya yang lembut dan penasaran benar-benar merdu di telinganya. Satu kata keluar dari mulutnya yang membuatnya berada di surga.
“Papa...?”
.
TAMAT