Judul: "Hari-Hari Pertama di Kelas Itu"
Hari pertama MPLS. Pagi itu, ruang kelas VII-A masih bau cat baru, bercampur bau sepatu plastik yang baru dibuka dari kardus. Kursi-kursi kayu sudah berjejer rapi, dan papan tulis putih mengkilap seperti belum pernah disentuh spidol.
Tapi ketenangan itu hanya bertahan lima menit.
“WOI BRO! LIAT TUH, NAMA AKU DI NOMOR DUA!” teriak Rama sambil menepuk-nepuk bahu Aldi.
Beberapa anak laki-laki sudah mulai ribut seperti balapan motor di lapangan sekolah. Meja didorong-dorong, suara tawa pecah seperti pasar malam. Ibu guru hanya bisa geleng-geleng sambil merapikan jilbabnya yang agak miring.
Sementara itu, di sudut kanan belakang kelas, ada tiga anak perempuan yang menunduk diam. Wulan, Lila, dan Ajeng. Wulan menggigit bibirnya, matanya merah. Lila sudah sesenggukan pelan. Dan Ajeng? Ia berusaha terlihat kuat, tapi tisu di tangannya sudah basah kuyup.
“Mau pulang...” bisik Lila di antara isaknya.
Ajeng menepuk punggungnya pelan. “Kita kuat kok. Nanti juga biasa.”
Mereka bukan menangis karena ditakut-takuti kakak kelas. Tapi karena mereka kaget. Ini bukan lagi sekolah dasar. Guru-guru baru, lingkungan asing, dan suara anak laki-laki yang ributnya minta ampun.
Hari kedua tak jauh berbeda. Rama kembali menyusun botol minum jadi menara. Aldi sibuk main jentik karet gelang, dan satu anak bahkan pura-pura jadi presenter TV.
Tapi ada satu yang berubah: Ajeng mulai tersenyum. Saat istirahat, seorang kakak OSIS bernama Kak Maya datang dan duduk di sebelah mereka. Suaranya lembut, penuh perhatian.
“Kalian hebat ya, bisa sampai sini. Nggak semua orang punya keberanian itu,” katanya sambil membagikan permen.
Hari ketiga, Lila mulai berani angkat tangan saat guru bertanya. Hari keempat, Wulan tersenyum kecil saat Rama menyodorkan penghapus dengan cara konyol. Hari kelima, semua anak sudah mulai saling sapa, meskipun beberapa masih malu-malu.
MPLS berakhir. Ruang kelas itu tidak lagi sesepi dulu. Tidak juga seribut pasar. Tapi hangat. Seperti rumah baru yang mulai diisi kenangan.
Dan entah sejak kapan, tisu Ajeng sudah tak basah lagi.
16.50
Jumaat 25 Juli 2025