Setelah bertahun-tahun, akhirnya Gunda kembali ke apartement ini. Apartement yang pernah menjadi saksi tumbuh kembang Gunda.
Sebuah Apartement yang sempit, tua, dan sunyi. Gunda tidak punya pilihan lain setelah Mira– istrinya yang terkena penyakit Alzheimer dipulangkan paksa dari rumah sakit jiwa karena alasan biaya.
Gunda yang hanya bekerja serabutan harus menerima dengan penuh ketegaran, hidup di kota tak seindah yang dibayangkan. Apalagi biaya rumah sakit Mira yang begitu besar.
Bersama dengan Alea–anak semata wayang Gunda dan Mira yang masih berusia tujuh tahun, ia kembali membuka apartement tua itu setelah sekian lama.
Satu hal yang selalu di ingat Gunda tentang apartement ini:
'Jangan buka kamar sebelah,'
Gunda menatap pintu kamar yang tak boleh ia buka dengan serius, pintu itu masih sama. Digembok dan diberi beberapa jimat di pintu.
Kamar itu merupakan kamar Lea, adiknya yang meninggal gantung diri belasan tahun lalu. Entah apa penyebabnya, kedua orang tua Gunda tak pernah ingin bercerita dan memilih mengunci kamar itu rapat-rapat.
Namun satu hal yang dapat Gunda ingat, sebelum meninggal adiknya, dengan wajah lebam dan mata memerah berpesan untuk jangan kembali setelah pergi.
.......
"Ayah, tadi Alea main petak umpet sama kakak di kamar sebelah,"
Gunda yang mendengar penuturan Alea langsung terpaku. Ia menoleh dari dapur, memandangi sang putri yang tengah asyik memainkan boneka tua di ruang keluarga.
"Kakak? "
"Heem.. Kakak yang tidur di kamar sebelah Alea, namanya 'Lea' yah. Hehehe... Lucu ya, namanya sama Ale mirip. "
Gunda langsung membeku, nama itu tidak pernah diucapkan oleh Gunda pada Alea sang anak. Biasanya dia hanya memanggil Alea dengan sebutan 'Ale', namun bagaimana bisa?
.....
Setelah mempersiapkan makan malam, Gunda yang tidak menemukan Mira dimeja makan langsung mencarinya.
"Mir, ayo makan, "
ucap Gunda pada Mira yang termenung menatap pintu kamar yang tergembok.
Gunda yang tak kunjung mendapat jawaban langsung mendekati? Mira, "Mir, "
"Jangan bawa Alea, dia tidak bersalah. Bawa saja aku, aku yang salah. Jangan diulangi lagi... Kau mau kubunuh ya? Jangan bawa Alea, bawa aku saja, aku yang salah."
Ucap Mira, berbisik pelan. Seperti mengancam, kemudian memohon dan diakhiri tangisan pilu.
Gunda tidak mengerti, ia memandang pintu itu lalu menatap Mira dan tanpa kata langsung menggendongnya pergi dari pintu kamar dengan gembok kusam.
Gunda hanya mengambil kesimpulan, pasti penyakit istrinya kambuh. Namun malamnya, saat Gunda tertidur ia mendengar bisikan yang mengerikan disertai ketukan dari kamar sebelah, sebanyak 3 kali.
Lalu setelahnya hening.
Keesokan paginya, saat Gunda sedang menyiapkan perbekalan Alea yang hendak sekolah, ia menemukan goresan kecil didinding tepat di samping pintu kamar sebelah.
Tulisan kecil, samar seperti cakaran,
'Hy, apa kabar Gunda?'
.......
Keesokan harinya, Gunda sengaja memasang CCTV yang mengarah langsung ke kamar sebelah, ia ingin membuktikan bahwa ini semua hanyalah perbuatan iseng dari Alea anaknya.
Setelah 7 hari meletakkan kamera CCTV didepan kamar itu. Gunda akhirnya memantapkan diri untuk membuka laptop dan langsung mengecek hasil rekamannya di kamar, setelah memastikan Alea dan Mira tidur dengan lelap.
Didalam rekaman,Sesosok anak kecil bergaun putih nan kusam. Rambutnya panjang menutupi wajah. Keluar dari kamar itu pukul 01.45, berjalan dengan menggenggam boneka kusam yang sempat di mainkan Alea beberapa minggu lalu.
Dengan gerakan patah-patah ia memandang kamera dan terdengar suara dari earphone yang di kenakan Gunda, pelan, lembut, dan sedikit tinggi di akhir kalimat.
"Alea lucu, Mira penjahat. Gunda milikku. Mereka milikku, kamu ingat aku–"
"GUNDA!!!!"
Gunda terperanjat, tiba-tiba Mira terbangun dan memanggil namanya dengan histeris.
Dengan cepat, Gunda menenangkan Mira. Namun yang ia tak sadari adalah, sosok direkaman tengah tersenyum dengan lebar.
.......
Malam berikutnya, Mira menghilang. Tanpa jejak, awalnya Gunda berpikir Mira hanya ingin mengambil makanan didapur dan mengabaikannya.
Namun hingga pagi datang, Mira malah menghilang dari apartement, membuat Gunda cemas dan menghubungi satpam.
Mendapat kabar baik, sontak membuat Gunda dan Alea langsung berlari ke tempat Mira di temukan satpam.
Mira ditemukan oleh satpam duduk termenung ditangga darurat apartement yang sudah lama tidak terpakai.
Jari-jarinya berdarah, kakinya lebam tanpa sandal, pakaiannya robek seperti di cakar sesosok yang ganas. Dan didinding terdapat sebuah tulisan yang di tulis dengan tinta darah milik Mira.
'Aku hanya bilang padanya, Alea mirip dengan Lea. Namun aku tidak tau bahwa Lea masih disana.'
. ......
Kali ini Gunda benar-benar frustasi, ia mengambil bolt cutter dan membuka gembok yang mengunci pintu kamar Lea.
Kali ini ia tidak bisa hanya berdiam diri, teror ini harus diselesaikan.
Namun saat Gunda masuk ke dalam kamar, semuanya kosong. Kamar itu pengap namun ada bau aneh disana, seperti bau darah.
Dipojok kamar, Gunda melihat boneka tua, persis seperti boneka yang pernah dimainkan Alea tempo hari. Di lantai, ia melihat begitu banyak kertas berisi gambar anak-anak, semuanya menggambarkan ia, Mira, dan Alea.
Namun ada hal ganjil, dibeberapa gambar pasti terselip satu gambar tambahan. Sesosok anak perempuan dengan rambut panjang menutupi wajah, memegang boneka lusuh yang kini dipegang Gunda.
Sosok itu selalu menatap lurus ke arah mereka. Namun seperti terhipnotis. Gambar terakhir menatapnya, dengan mata yang menangis, bukan mengeluarkan air mata melainkan darah.
Gunda langsung membakar semua gambar dan boneka tua malam itu juga. Setelahnya Gunda kembali mengunci kamar itu, kini dengan rantai besi hingga menyentuh lantai.
Satu minggu kemudian mereka pindah.
. ........
Di rumah baru mereka, disuatu malam disertai hujan badai dan petir. Gunda yang tak sengaja terbangun mendapati Alea yang berjalan.
Kesudut dapur, dan berhenti tepat di depan pintu yang mengarah langsung ke halaman belakang.
"Ale, kamu mimpi berjalan lagi ya," ucap Gunda menyentuh pundak sang putri.
Saat ia membalikkan badan Alea, rupanya sosok anak kecil di gambar yang ia temui, berteriak melengking ke arahnya dengan mata merah membelalak.
Tiba-tiba Gunda terbangun, "cuma mimpi," ucapnya termenung. Sosok itu kembali datang mengahantui keluarga kecil Gunda.
........
"Saya tidak tau, yang jelas, di forum diskusi ini, saya hanya ingin membagikan pengalaman hidup saya." Gunda tersenyum mengusap wajah.
Live streaming menampilkan wajahnya dan kolom chat live dari orang-orang yang menonton.
Banyak chat masuk, ada yang menyemangati, memberikan petuah, saran dan pertanyaan.
Gunda tersenyum dengan sedih saat satu pertanyaan dari live chat berhasil menarik perhatian.
"Maaf jika ceritaku membingungkan, aku hanya ingin tau. Kenapa putriku bisa punya dua bayangan di cermin? padahal ia cuma satu orang? "