Terakhir yang Ela ingat hanyalah rasa sakit yang begitu nyata...panas, perih, dan menusuk hingga ke tulangnya. Makhluk itu berada di atasnya, mencabik lengannya tanpa ampun, lalu merobek wajahnya dengan kuku-kuku tajam seperti sabit. Darah mengucur membasahi kasur, dan teriakan Ela nyaris tak terdengar, tenggelam dalam deru napas mahluk itu yang mendesis seperti ular.
Tiba-tiba, Ela terbangun dengan terengah, keringat membanjiri tubuhnya. Matanya langsung menatap ke arah jam weker di samping ranjang.
12:59.
Jantungnya masih berdetak kencang. Itu hanya mimpi, pikirnya. Mimpi yang terasa terlalu nyata.
Namun sebelum Ela sempat menarik napas lega...
“Krekkk...”
Pintu lemarinya perlahan terbuka, berdecit lirih seolah ditolak oleh tangan tak terlihat.
Ela membeku. Tangannya gemetar. Pandangannya kembali menatap jam.
01:00.