Tokoh utama:
Zaresta Veya (dipanggil Veya), cewek 16 tahun yang suka dengerin musik sepanjang waktu, introvert, dan jago gambar.
Drean Akasa, cowok 17 tahun, penyiar radio sekolah yang diam-diam suka bikin puisi dan suara bass-nya bikin semua cewek leleh.
---
Suatu pagi di SMA Melodia...
Veya duduk di pojok kelas, menggambar sketsa gitar di bukunya sambil mendengarkan musik lewat earphone. Dunia luar nyaris tak ada suaranya bagi Veya, apalagi suara manusia. Dia lebih suka nada daripada kata-kata.
Tapi pagi itu beda.
"Aku pinjem bukumu, boleh?"
Suara itu... berat, pelan, dan entah kenapa terdengar jelas meski Veya masih pakai earphone. Dia mendongak. Drean. Si cowok populer yang biasanya jadi bahan omongan anak-anak cewek di lorong. Dia berdiri di depannya, senyum tipis, tangan menunjuk buku catatan Veya.
"...Boleh," gumam Veya pelan sambil melepas sebelah earphone-nya. Drean duduk di kursi depan Veya dan membuka catatannya. Tapi dia nggak langsung baca.
"Musik yang kamu dengerin... Coldplay, ya?" tanyanya tanpa melihat Veya.
Veya diam. Bingung.
"Sorry, tebak-tebakan. Tapi kayaknya vibe-nya mellow tapi kuat."
Veya menatap Drean dengan ekspresi baru. Belum pernah ada yang nebak genre musik dia, apalagi dari suara yang bocor dari earphone.
"Mungkin kamu bisa dengerin siaran aku di radio sekolah nanti jam istirahat," lanjut Drean sambil berdiri dan mengedip. “Hari ini spesial, aku puter satu lagu yang mungkin kamu suka.”
---
Jam istirahat, Veya diam-diam menyalakan radio sekolah di HP-nya. Biasanya dia cuek. Tapi sekarang penasaran.
“...dan untuk pendengar yang suka nyepi di pojok kelas sambil gambar gitar, lagu ini buat kamu,” suara Drean terdengar. Lalu mengalunlah Fix You dari Coldplay.
Veya terdiam. Jantungnya berdegup cepat, bukan karena lagunya. Tapi karena suara Drean. Dia mendengarkan siaran itu sampai selesai, lalu tanpa sadar, tersenyum.
---
Sejak hari itu, Drean mulai sering "kebetulan" nongkrong di dekat meja Veya. Kadang pura-pura pinjem penghapus, kadang cuma numpang duduk karena "kursi favoritnya di lorong dipakai senior".
Dan Veya? Awalnya risih. Tapi lama-lama nyaman.
Sampai suatu hari, Veya mendengar sesuatu yang bikin jantungnya berhenti sejenak.
Di toilet cewek, dua siswi bergosip.
“Kamu tahu nggak, si Drean itu cuma deketin si Veya buat konten radio. Katanya dia mau bikin segmen baru: 'Si Paling Sunyi'."
“Parah! Tapi ya cocok sih, Veya kan kayak nggak punya dunia selain earphone-nya."
Veya terdiam di balik bilik. Tangannya gemetar. Rasanya ingin marah, tapi juga sedih.
Hari itu dia melepas earphone-nya. Dan untuk pertama kalinya, dia memilih duduk di luar kelas saat istirahat, menghindari Drean.
---
Sore harinya, Veya dapat satu pesan suara di DM Instagram-nya.
> "Veya... aku nggak tahu kamu dengerin gosip itu. Tapi aku janji, aku nggak pernah niat jadikan kamu konten. Lagu-lagu yang kuputer di radio... itu semua aku pilih karena aku lihat kamu suka. Dan karena aku suka kamu juga. Kalau kamu mau, dengerin siaran malam ini. Sekali ini aja. Kalau nggak, aku nggak akan ganggu kamu lagi."
Veya menatap layar lama. Ragu. Tapi akhirnya... dia nyalakan radio sekolah.
Dan suara Drean mengalun, berbeda kali ini. Bukan hanya penyiar, tapi seperti... penulis surat.
> “Untuk seseorang yang hidupnya diwarnai melodi... Aku nggak punya melodi, cuma kata-kata. Tapi kata-kata ini, tulus. Maaf kalau aku bikin kamu kecewa. Aku suka kamu. Aku suka caramu tenggelam dalam musik, dan aku ingin kamu tahu... kamu itu bukan 'Si Paling Sunyi'. Kamu cuma belum nemu orang yang suaranya pengen kamu dengerin."
Veya menahan senyum. Pelan-pelan, dia pasang earphone-nya lagi. Tapi kali ini... bukan untuk menutup dunia.
Untuk mendengar suara seseorang.
---