Rintik hujan mengetuk kaca jendela perpustakaan kota. Arven, seorang mahasiswa biasa yang sedang mencari referensi skripsi, meraih sebuah buku tua di rak paling tinggi. Sampulnya lusuh, bertuliskan “The Legend of Nexus Library” dengan huruf emas yang hampir pudar. Anehnya, buku itu tak tercatat dalam katalog perpustakaan mana pun.
Saat ia membuka halaman pertama, huruf-hurufnya berkilauan, lalu cahaya putih meledak, menelannya bulat-bulat.
---
Arven tersadar di aula megah yang seolah tak memiliki ujung. Rak-rak buku menjulang setinggi langit, membentuk labirin tak terhingga. Bola-bola cahaya melayang, menerangi ruangan dengan cahaya hangat. Lantai marmer memantulkan bayangannya, sementara aroma kertas tua dan sihir memenuhi udara.
“Selamat datang di Nexus Library,” suara lembut namun tegas terdengar.
Seorang wanita muda berdiri di ujung aula. Rambutnya biru seperti samudra, jubahnya dihiasi simbol-simbol bercahaya. “Aku adalah Lynea, penjaga Nexus. Perpustakaan ini adalah penghubung seribu dunia, menyimpan sejarah, mantra, dan rahasia dari seluruh realitas.”
Arven berusaha berdiri, kebingungan bercampur kagum. “Kenapa aku ada di sini?”
Lynea tersenyum samar. “Nexus memilih pengunjungnya. Hanya mereka yang memiliki keberanian untuk mencari kebenaran yang dapat memasukinya. Tapi ingat, setiap buku di sini bukan sekadar catatan—sebagian adalah gerbang.”
Ia menunjuk sebuah buku besar yang terbuka di atas meja. Halamannya memancarkan cahaya, menampilkan dunia lain: padang pasir emas yang diterangi dua matahari, dan bayangan naga raksasa yang berputar di langit. “Itu adalah Azhara, salah satu dunia yang terikat pada Nexus. Tetapi keseimbangan dunianya terganggu. Jika dunia itu runtuh, bagian dari Nexus akan hilang selamanya.”
Arven menatap pemandangan itu. “Apa yang bisa kulakukan? Aku bahkan bukan petualang.”
Lynea mengulurkan sebuah kunci perak bercahaya. “Ini adalah Kunci Nexus. Ia akan membawamu melewati gerbang ke Azhara. Kau tak diwajibkan untuk bertarung, tapi keberanianmu akan menentukan segalanya. Sekali masuk, tak ada jaminan kau bisa kembali.”
Arven menggenggam kunci itu. Rasanya hangat, seakan ada denyut kehidupan di dalamnya. Ia melangkah mendekati buku itu, dan cahaya mulai menyelubungi tubuhnya.
“Arven,” kata Lynea sekali lagi, suaranya bergema. “Setiap orang yang dipanggil Nexus akan meninggalkan jejaknya dalam legenda. Pertanyaannya, apakah kau akan menjadi pahlawan… atau hanya nama yang terlupakan?”
Cahaya menelan Arven, dan dunia perpustakaan menghilang.
---
Ia berdiri di atas pasir panas Azhara. Angin kering menerpa wajahnya, dan di kejauhan, bayangan naga obsidian menembus cakrawala, mengeluarkan raungan yang membuat tanah bergetar. Kunci Nexus di tangannya memancarkan sinar lembut, menunjukkan arah yang harus ia tuju.
Arven menelan ludah. Ketakutan bergemuruh di dadanya, namun entah kenapa, ada pula api kecil keberanian yang menyala. Ia melangkah maju, meninggalkan jejak kakinya di padang pasir.
Di balik setiap langkahnya, sebuah legenda baru sedang ditulis.
---