1
Reihan, seorang pegawai marketing biasa, tidak pernah membayangkan hari Jumat sorenya akan berakhir seperti ini. Rutinitas membosankan yang ia jalani setiap hari tiba-tiba hancur saat lift kantornya, yang ia tumpangi bersama Dian dari HR, Randy si programmer kutu buku, dan Pak Budi sang manajer, berguncang hebat. Lampu padam, suasana mencekam, dan setelah guncangan terakhir, pintu lift terbuka, menampakkan pemandangan yang tak masuk akal.
Koridor kantor yang familiar kini berubah menjadi lorong batu gelap, diselimuti sulur-sulur bercahaya redup. Udara lembap, berbau lumut, dan geraman rendah terdengar dari kejauhan.
"Apa-apaan ini?" bisik Randy, kacamatanya melorot. Dian menjerit tertahan, sementara Pak Budi pucat pasi.
Reihan, di sisi lain, merasakan campuran ketakutan dan adrenalin aneh. Kantornya telah berubah menjadi sebuah dungeon. Jendela transparan tiba-tiba muncul di hadapannya, menampilkan notifikasi.
[Anda telah memasuki Dungeon: Kantor Terkunci]
[Quest Utama: Bertahan Hidup].
Tak lama, sesosok goblin mengerikan dengan kapak batu muncul dari kegelapan. Panik melanda, tapi Reihan bertindak cepat. Dengan insting yang entah dari mana, ia menghindari serangan kapak, lalu menyambar payung lipat Dian yang terjatuh. Ia mengayunkan payung itu, mengenai kepala goblin.
[Goblin Penjaga terkena damage: -1 HP], notifikasi itu muncul, menegaskan bahwa ini bukan mimpi.
Pertarungan sengit terjadi. Setelah menerima satu pukulan di bahu yang menguras HP-nya, Reihan melihat pemadam api. Dengan ide gila, ia melempar payung ke arah tuas pemadam api, menyemburkan busa ke wajah goblin. Saat monster itu buta, Reihan menyambar pot tanaman keramik dan menghantamkannya ke kepala goblin. PRAANG! Goblin itu ambruk.
[Anda telah mengalahkan Goblin Penjaga!]
[Anda mendapatkan 50 EXP!]
[Anda naik Level!]
Reihan terengah-engah, tubuhnya gemetar. Ia baru saja mengalahkan monster dengan payung dan pot tanaman. Dian dan Randy menatapnya tak percaya, sementara Pak Budi menghela napas lega. Di tempat goblin ambruk, sebuah kantung kain kecil bersinar.
"Reihan! Kamu... kamu baik-baik saja?" Dian adalah yang pertama bersuara, suaranya masih bergetar.
Reihan meraih kantung itu. Seketika, kantung itu menghilang dan jendela notifikasi muncul.
[Anda mendapatkan 'Koin Dungeon' x3]
[Anda mendapatkan 'Peta Lantai 1' x1]
[Anda mendapatkan 'Bilah Goblin Rusak' x1]
"Koin Dungeon? Peta?" gumam Reihan, menjelaskan apa yang ia lihat. Ketiganya mendengarkan dengan saksama, perlahan mulai menerima kenyataan gila ini.
"Kita harus kembali ke lift!" kata Pak Budi, mencoba mencari jalan keluar.
Mereka bergegas ke tempat lift tadi, namun yang mereka temukan hanyalah dinding batu gelap berlumut. Lift itu lenyap, seolah tak pernah ada. Mereka terjebak.
"Jika kita tidak bisa kembali... berarti satu-satunya cara adalah maju," gumam Pak Budi.
Reihan melihat Peta Lantai 1 di jendela statusnya. "Aku rasa kita harus menjelajahi ruangan terdekat dulu. Kita tidak tahu apa yang ada di depan. Mungkin ada monster lain, atau justru sesuatu yang bisa membantu kita."
Reihan memimpin jalan ke sebuah pintu lapuk yang dulunya mungkin ruang arsip. Begitu pintu terbuka, bau pengap menyeruak, disusul geraman dua goblin kecil, Goblin Penjarah, bersenjatakan pisau batu.
"Awas!" seru Reihan, bersiap dengan pipa besi yang ia temukan.
Dian dan Pak Budi mundur, tapi Reihan menangkap sesuatu yang aneh. Randy tidak panik. Matanya menunjukkan fokus yang intens. Reihan melihatnya: di hadapan Randy, sebuah jendela transparan yang sama persis dengannya muncul! Randy juga bisa melihatnya.
Randy tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya mengangguk kecil, matanya terpaku pada goblin. Lalu, ia menendang tumpukan kardus, menutupi pandangan salah satu goblin. Reihan, masih terkejut dengan penemuan ini, menyerang goblin yang satunya.
Sementara Reihan bertarung, Randy dengan sigap melompat ke rak arsip. Ia meraih gulungan kabel LAN dan melemparkannya ke goblin yang terhalang kardus.
[Goblin Penjarah terkena damage: -2 HP], notifikasi itu muncul di hadapan Randy, bukan Reihan.
Reihan berhasil mengalahkan goblin di depannya. Saat ia berbalik membantu Randy, programmer itu sudah melompat turun. Ia menyambar stapler besi dan menghantamkannya ke kepala goblin yang masih terhuyung.
KLANG! [Anda telah mengalahkan Goblin Penjarah!] muncul di hadapan Randy.
Reihan menatap Randy, napasnya tersengal. "Jadi... kau juga?"
Randy hanya mengangguk, lalu menunjuk ke arah dua kantung kain kecil yang muncul di tempat goblin ambruk. "Ambil itu. Kita harus cepat."
Dian dan Pak Budi, yang menyaksikan semuanya, hanya bisa terdiam. Dua pegawai kantoran biasa kini bertarung melawan monster. Dan ternyata, Reihan bukan satu-satunya yang terpilih. Sebuah rahasia tersembunyi kini terungkap, menambah lapisan misteri di tengah kekacauan kantor-dungeon ini.
2
Reihan dan Randy mengambil kantung-kantung kain yang bersinar itu. Notifikasi kembali muncul di jendela transparan mereka masing-masing.
Reihan mendapat [Koin Dungeon x2] dan [Potongan Pakaian Goblin x1], sementara Randy mendapatkan [Koin Dungeon x1] dan [Lencana Karyawan Rusak x1].
"Kita harus bicara," kata Reihan, menatap Randy dengan serius. Dian dan Pak Budi, yang masih terpaku, mengangguk setuju, tahu bahwa ada sesuatu yang penting sedang terjadi di antara kedua pemuda itu.
"Jadi, kamu juga melihatnya?" tanya Reihan, suaranya pelan.
Randy mengangguk. "Ya. Sejak awal. Saat lift mati. Aku pikir aku gila, jadi aku diam saja." Matanya memancarkan kelelahan, tapi juga ketajaman yang baru. "Aku melihat notifikasi yang sama sepertimu, tentang HP, Level, dan damage."
"Kenapa kamu tidak bilang?" tanya Dian, sedikit marah karena merasa tidak diberitahu.
"Aku... aku tidak yakin apa ini. Dan aku tidak mau membuat kalian lebih panik," jawab Randy, pandangannya beralih ke dinding yang kini sudah menjadi batu.
"Lagipula, itu tidak ada gunanya kalau aku tidak bisa membuktikan apa yang kulihat."
"Tapi sekarang kita tahu!" seru Reihan. "Ini artinya ada dua dari kita yang punya sistem ini. Kita bisa bekerja sama."
"Tunggu, sistem apa yang kalian bicarakan?" tanya Pak Budi, bingung.
Reihan dan Randy secara bergantian menjelaskan tentang jendela status, notifikasi, dan item yang bisa mereka lihat dan dapatkan. Mereka berusaha keras menjelaskan konsep "dungeon" dan "level" kepada Dian dan Pak Budi, yang mendengarkan dengan raut wajah campur aduk antara kebingungan dan ketakutan.
"Jadi, kita seperti... di dalam game?" Dian akhirnya bertanya, mencoba memahami.
"Lebih dari itu," kata Randy, "Ini nyata. Kita bisa terluka, bahkan mati." Ia menunjuk pipanya. "Dan monster-monster itu... mereka juga nyata."
Ketika mereka sedang berdiskusi, sebuah suara aneh terdengar dari ujung ruangan. Kali ini bukan geraman, melainkan suara desisan tajam dan gesekan kaki yang banyak. Suara itu terdengar lebih besar dan lebih menakutkan dari goblin sebelumnya.
Reihan dan Randy saling berpandangan. Jendela notifikasi muncul lagi di depan mata merek.
[Anda telah mendeteksi monster: Arachnid Penjaga (Level 3)]
"Level 3?" bisik Reihan, matanya melebar. Goblin tadi Level 1. Lompatan dua level terasa sangat besar.
"Itu monster laba-laba besar!" seru Randy, yang pandangannya lebih cepat mengidentifikasi siluet yang bergerak di kegelapan. "Dan sepertinya ada lebih dari satu!"
Dari balik rak-rak arsip yang gelap, sepasang mata merah menyala muncul, diikuti oleh delapan kaki berbulu yang tebal. Seekor laba-laba raksasa menyeruak keluar, seukuran meja kerja, dengan taring yang meneteskan cairan hijau. Di belakangnya, siluet lain yang lebih kecil ikut bergerak.
Kini, mereka tidak hanya berhadapan dengan monster, tetapi juga dengan dilema strategi dan kemampuan yang masih baru mereka pahami.
3
"Laba-laba!" teriak Dian, suaranya pecah menjadi lolongan ketakutan. Ia langsung bersembunyi di balik Pak Budi, yang wajahnya kini seputih kertas HVS.
[Anda telah mendeteksi monster: Arachnid Penjaga (Level 3) x1, Arachnid Kecil (Level 2) x2]
Notifikasi baru itu muncul, memperjelas ancaman. Ada induk dan dua anaknya.
"Randy, kita harus bekerja sama!" seru Reihan, meraih pipa besi di tangannya.
"Aku tahu!" jawab Randy, matanya bergerak cepat, memindai sekeliling. Ia melihat ke arah ventilasi udara di langit-langit yang tampaknya rapuh, lalu kembali ke tumpukan arsip.
"Reihan, kamu fokus yang besar! Aku urus yang kecil dan cari cara untuk menjebak mereka!"
Randy tidak menunggu jawaban. Ia berlari ke arah tumpukan arsip yang terdekat, mencoba mendorongnya agar membentuk barikade. Laba-laba raksasa itu melihat gerakan mereka dan langsung menyerang Reihan, mengeluarkan desisan memekakkan telinga.
Reihan mengayunkan pipa besinya, tapi laba-laba itu terlalu cepat. Salah satu kakinya yang tebal menyapu ke arah Reihan, memaksanya melompat mundur. Taringnya menganga, mengeluarkan cairan hijau yang mengeluarkan asap saat menetes ke lantai.
[Anda nyaris terkena racun!]
"Racun?!" Reihan tersentak. Ini jauh lebih berbahaya dari goblin.
Sementara Reihan sibuk menghindari serangan laba-laba raksasa, Randy bergerak lincah. Ia mengambil gulungan kabel LAN yang tadi digunakan, lalu melemparkannya ke arah salah satu Arachnid Kecil. Kabel itu melilit salah satu kaki laba-laba itu, membuatnya terhuyung.
[Arachnid Kecil terkena efek 'Terjerat'!]
Randy tidak berhenti di situ. Ia melihat ke atas, ke arah instalasi kabel-kabel listrik yang menjuntai dari langit-langit yang berlubang. Dengan mata yang berbinar penuh ide, ia melompat dan mencoba menarik salah satu kabel yang tampak longgar. "Pak Budi, Dian, sembunyi di balik rak paling ujung! Jangan sampai terlihat!"
Laba-laba raksasa itu semakin mendesak Reihan, mengayunkan taringnya. Reihan berhasil menusuk pipa besinya ke bagian bawah tubuh laba-laba, tapi serangannya seolah tak berarti.
[Arachnid Penjaga terkena damage: -3 HP]
"Sial, keras sekali!" Reihan mengerang.
Di saat yang sama, salah satu Arachnid Kecil yang tidak terjerat kabel melompat ke arah Randy. Randy dengan sigap menghindar, lalu melempar stapler besinya ke arah mata laba-laba itu. Stapler itu mengenai sasaran, membuat laba-laba kecil itu menjerit kesakitan.
[Arachnid Kecil terkena damage: -5 HP]
[Arachnid Kecil terkena efek 'Buta'!]
"Reihan, ke arahku!" teriak Randy. Ia berhasil menarik kabel listrik yang longgar, dan dengan sigap menyambungkannya ke sebuah panel listrik terbuka yang ada di dinding. Kilatan percikan api terlihat, dan seketika, beberapa lampu di ruangan itu mulai berkedip-kedip tak karuan.
Laba-laba raksasa itu, yang masih mengejar Reihan, terganggu oleh kilatan cahaya dan suara percikan listrik. Ia sempat ragu-ragu.
"Sekarang!" seru Randy.
Reihan mengerti. Ini adalah kesempatan mereka. Ia berlari ke arah laba-laba raksasa itu, tidak untuk menyerang, tapi untuk memancingnya ke tengah ruangan, tepat di bawah ventilasi udara yang Randy perhatikan tadi.
Randy kemudian melakukan sesuatu yang tak terduga. Dengan kecepatan luar biasa, ia meraih pemutar kaset tua yang tergeletak di lantai. Ia membongkarnya, lalu dengan lihai, mengambil kumparan kawat tembaga di dalamnya. Dengan presisi seorang programmer yang terbiasa dengan sirkuit, ia melemparkan kumparan kawat itu ke arah kabel listrik yang terkelupas di dekat laba-laba raksasa.
CRACKLE!
Aliran listrik kecil menyambar, menghantam kaki laba-laba raksasa itu. Monster itu bergetar hebat, mengeluarkan desisan melengking.
[Arachnid Penjaga terkena damage: -10 HP (Efek Listrik!)]
[Arachnid Penjaga terkena efek 'Stun' selama 3 detik!]
"Reihan! Sekarang!" teriak Randy, menunjuk ke arah ventilasi.
Tanpa membuang waktu, Reihan melompat, mengayunkan pipa besinya ke arah ventilasi udara rapuh di atas laba-laba yang masih stun. Logam tua itu retak, dan balok-balok semen kecil serta debu tebal jatuh menimpa laba-laba raksasa itu, sebagian menimpanya.
[Arachnid Penjaga terkena damage: -7 HP (Efek Runtuhan!)]
Laba-laba raksasa itu bergetar lagi, mencoba bangkit, tapi kini terlihat lebih lambat. Kedua Arachnid Kecil yang tadi terseok-seok juga mulai pulih, merangkak mendekat dengan agresif.
"Lagi, Reihan! Hancurkan ventilasi itu!" seru Randy, yang kini sibuk mencari benda lain untuk dilempar ke arah Arachnid Kecil yang buta.
Pertempuran ini lebih dari sekadar kekuatan. Ini adalah pertarungan akal dan koordinasi.
4
Reihan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan adrenalin memuncak, ia melompat dan mengayunkan pipa besinya lagi ke ventilasi yang sudah retak. Kali ini, sebuah balok beton besar ambruk dengan suara gemuruh, menimpa punggung Arachnid Penjaga. Monster itu menjerit melengking, kakinya bergetar hebat, lalu ambruk ke lantai, tak bergerak.
[Anda telah mengalahkan Arachnid Penjaga!]
[Anda mendapatkan 150 EXP!]
[Anda naik Level!]
[Level: 3]
[HP: 35/35]
[Anda mendapatkan 5 Poin Stat!]
Notifikasi beruntun memenuhi penglihatan Reihan, tapi ia tak sempat fokus. Ancaman belum berakhir. Dua Arachnid Kecil, meski salah satunya masih terseok-seok dan satu lagi berusaha keras membersihkan matanya yang buta, mulai menyerang dengan lebih beringas. Mereka melompat ke arah Reihan dan Randy, taring mereka menganga.
"Randy!" teriak Reihan, sambil mengayunkan pipa besinya untuk menahan satu Arachnid Kecil.
Randy, yang kini tampak lebih lelah tapi matanya masih tajam, melesat. Ia melihat ke sekeliling, mencari sesuatu. Pandangannya jatuh pada sebuah kursi kantor rusak yang tergeletak di pojok. Dengan sigap, ia mengangkat kursi itu dan melemparkannya ke Arachnid Kecil yang buta. Kursi itu menimpa monster itu, membuatnya terjepit ke dinding dan tidak bisa bergerak.
[Arachnid Kecil terkena efek 'Terjepit'!]
Lalu, Randy meraih sepasang gunting besar yang ada di lantai, mungkin sisa peralatan kantor. Tanpa ragu, ia menerjang Arachnid Kecil yang terakhir, yang sedang berduel dengan Reihan. Randy menusukkan gunting itu ke perut laba-laba kecil itu.
SPLAT!
Cairan hijau muncrat. Laba-laba itu kejang-kejang, lalu terdiam.
[Anda telah mengalahkan Arachnid Kecil!]
[Anda mendapatkan 75 EXP!]
Reihan kemudian menyudahi Arachnid Kecil yang terjepit di dinding dengan satu hantaman keras pipa besinya.
[Anda telah mengalahkan Arachnid Kecil!]
[Anda mendapatkan 75 EXP!]
Hening. Satu-satunya suara yang terdengar adalah napas tersengal mereka berempat. Aroma busa pemadam api, bau lumut, dan kini bau anyir darah monster bercampur jadi satu.
Randy menjatuhkan guntingnya, tubuhnya bersandar ke dinding, terengah-engah.
"Gila... Itu... itu tadi dekat sekali."
Dian dan Pak Budi keluar dari persembunyian mereka, wajah mereka pucat pasi. Dian hampir menangis lega, sementara Pak Budi menatap Reihan dan Randy dengan pandangan yang sulit diartikan—campuran syok, kagum, dan ketakutan mendalam.
"Kalian... kalian melakukannya," bisik Pak Budi.
Di tempat ketiga laba-laba itu ambruk, beberapa kantung bersinar muncul. Reihan dan Randy berbagi tugas mengambilnya. Reihan mendapat [Koin Dungeon x5], [Jaring Laba-laba Mentah x2], dan [Taring Arachnid x1]. Randy mendapat [Koin Dungeon x4] dan [Cakar Arachnid Kecil x2].
Mereka berdua terengah-engah, mata mereka bertemu. Ada pemahaman baru yang melintas di antara mereka. Mereka bukan lagi hanya Reihan si pegawai marketing dan Randy si programmer. Mereka adalah dua orang yang, entah bagaimana, telah 'bangun' di dunia yang mengerikan ini. Dan untuk bertahan hidup, mereka harus mengandalkan satu sama lain.
5
Reihan dan Randy terhuyung, bahu-membahu, menjauh dari bangkai-bangkai laba-laba. Keringat bercampur debu dan darah monster membasahi wajah mereka. Dian dan Pak Budi, masih gemetar, mengikuti di belakang, tak berani jauh-jauh. Atmosfer tegang pasca-pertempuran masih mencekam, namun kini diselingi rasa ingin tahu yang membara.
"Kita harus memeriksa ini," kata Reihan, suaranya serak. Ia menunjuk jendela status yang masih mengambang di depannya. "Poin stat... kita dapat ini setelah naik level."
Randy mengangguk setuju. Ia juga membuka jendela statusnya. "Aku juga dapat 5 poin. Apa fungsinya? Dan bagaimana kita menggunakannya?"
Mereka berdua mulai mengetuk-ngetuk dan mencoba menekan berbagai opsi di jendela status mereka yang hanya terlihat oleh mereka sendiri. Setelah beberapa percobaan, mereka menemukan bahwa mereka bisa mengalokasikan poin stat ke empat atribut utama: Strength (Kekuatan), Agility (Kelincahan), Intelligence (Kecerdasan), dan Luck (Keberuntungan).
"Aku akan masukkan semua ke Kekuatan," kata Reihan tanpa ragu. Ia teringat bagaimana susahnya memecahkan kulit laba-laba raksasa tadi. Monster-monster di sini jauh lebih tangguh dari yang ia bayangkan.
[Strength Anda meningkat 5 poin!]
Randy berpikir sejenak. "Aku rasa aku butuh Kelincahan dan Kecerdasan. Kelincahan untuk menghindar dan bermanuver, Kecerdasan mungkin untuk memahami lebih banyak tentang dungeon ini atau bahkan skill."
[Agility Anda meningkat 3 poin!]
[Intelligence Anda meningkat 2 poin!]
Setelah mengalokasikan poin stat, mereka merasa ada perubahan samar di tubuh mereka. Reihan merasa ototnya sedikit lebih kencang, sementara Randy merasa pikirannya sedikit lebih jernih dan gerakannya lebih ringan.
"Ini gila," gumam Dian, yang hanya bisa melihat Reihan dan Randy menggerakkan tangan di udara kosong. "Kalian bicara sendiri dengan layar hantu itu."
"Aku juga tidak menyangka akan ada di situasi seperti ini," tambah Pak Budi, menghela napas berat. "Tapi, setidaknya kalian punya cara untuk melawan. Sekarang, apa yang akan kita lakukan?"
Reihan membuka Peta Lantai 1 yang sebelumnya ia dapatkan dari goblin pertama. Titik lokasi mereka berkedip di area gudang arsip. Peta itu menunjukkan beberapa ruangan lain yang belum dijelajahi, dan sebuah tanda 'X' besar di sisi terjauh peta, seolah itu adalah tujuan akhir lantai ini.
"Aku dapat peta, peta ini menunjukkan ada beberapa ruangan lagi di lantai ini," jelas Reihan. "Dan ada tanda 'X' di ujung sana. Mungkin itu bos, atau jalan keluar."
"Kita harus mencari jalan keluar," kata Randy. "Semakin lama kita di sini, semakin besar kemungkinan monster lain muncul. Dan kita tidak tahu berapa banyak HP atau stamina yang tersisa sampai kita roboh."
Mereka berempat kemudian memulai pencarian mereka di antara lorong-lorong kantor yang kini menjadi labirin mengerikan. Setiap langkah terasa berat, setiap bayangan menciptakan ilusi monster. Mereka melintasi kubikel-kubikel yang kini ditumbuhi jamur asing, ruang pantry yang dipenuhi sarang laba-laba raksasa, hingga ruang direktur yang kini diselimuti kabut aneh. Tidak ada tanda-tanda manusia lain, hanya keheningan yang menyesakkan dan ketegangan yang tak putus.
Peta yang dimiliki Reihan menjadi panduan utama mereka, meskipun tidak terlalu detail. Setiap ruangan yang mereka masuki terasa seperti jebakan baru. Mereka sesekali menemukan beberapa item remeh dari monster yang mereka temui, seperti Koin Dungeon atau bagian tubuh monster, tapi tidak ada yang benar-benar berguna sebagai senjata atau pelindung. Harapan mereka satu-satunya kini adalah mencapai tanda 'X' itu, apa pun itu. Mereka harus bertahan, dan mereka harus keluar dari kantor-dungeon ini.
6
Akhirnya, Peta Lantai 1 menunjukkan mereka berada sangat dekat dengan tanda 'X' besar. Sebuah pintu ganda yang dulunya pasti megah, pintu ruang direktur utama atau ruang server utama, kini terlihat sangat berbeda. Permukaan pintunya diukir dengan simbol-simbol aneh yang berpendar redup, dan udara di sekitarnya terasa jauh lebih berat, seperti ada tekanan tak kasat mata.
"Ini dia," bisik Reihan, suaranya tercekat. Jantungnya berdebar kencang, seolah alarm bahaya berbunyi di kepalanya.
Randy mengangguk, wajahnya tegang. "Feeling-ku tidak enak. Ini pasti bosnya." Jendela notifikasi berkedip di hadapannya, menampilkan informasi yang mengerikan.
[Anda telah mendekati Ruangan Bos Dungeon: Supervisor Korupsi (Level 5)]
[Peringatan: Kekuatan Monster Sangat Tinggi!]
Reihan melihat notifikasi yang sama. Level 5! Itu lompatan yang jauh di atas level mereka. Mereka baru Level 3.
"Supervisor Korupsi?" Dian menggumam, mencoba tertawa tapi suaranya lebih mirip isak tangis saat Randy memberitahunya. "Astaga, bahkan bos dungeon-nya pun masih tentang kantor!"
"Kita tidak punya pilihan," kata Pak Budi, suaranya serius. Ia menatap Reihan dan Randy. "Jika ini jalan keluarnya, kita harus melewatinya. Apa rencana kalian?"
Reihan dan Randy saling pandang. Mereka tahu ini bukan pertarungan yang bisa dimenangkan dengan mengandalkan keberuntungan saja. Mereka harus menggunakan semua yang mereka pelajari tentang sistem.
"Randy, kamu punya kecerdasan lebih tinggi. Ada ide untuk skill atau sesuatu yang bisa kita lakukan?" tanya Reihan.
Randy mengangguk. "Aku sudah memikirkan ini. Kalau ini sistem game, mungkin ada cara untuk mendapatkan skill dasar. Coba lihat opsi 'Skill' di jendela statusmu."
Reihan membuka menu Skill. Awalnya kosong, tapi kini ada satu opsi yang bersinar.
[Skill Pasif: Deteksi Bahaya (Level 1) - Aktif Otomatis].
Lalu di bawahnya, sebuah tombol.
[Pelajari Skill Baru].
"Aku juga punya," kata Randy. "Ada opsi untuk mempelajari skill baru."
Mereka berdua menekan tombol itu, dan sebuah daftar skill dasar muncul.
Sebagian besar masih terkunci, tapi ada beberapa yang bisa mereka pelajari dengan Koin Dungeon yang mereka kumpulkan.
Reihan memilih [Skill Aktif: Serangan Kuat (10 Koin Dungeon) - Menggunakan kekuatan penuh untuk serangan mematikan.] dan [Skill Pasif: Daya Tahan Ringan (5 Koin Dungeon) - Meningkatkan pertahanan fisik dasar.]
Randy memilih [Skill Aktif: Jebakan Listrik Sederhana (15 Koin Dungeon) - Menggunakan elemen listrik untuk melumpuhkan musuh.] dan [Skill Pasif: Otak Analitis (5 Koin Dungeon) - Meningkatkan kecepatan pemrosesan informasi dan identifikasi kelemahan.]
Setelah mengaktifkan skill-skill itu, mereka merasakan gelombang energi mengalir di tubuh mereka. Reihan merasa ototnya semakin padat, siap menghantam. Randy merasa pikirannya jauh lebih tajam, seolah otaknya kini sebuah superkomputer.
"Oke," kata Reihan, menarik napas dalam-dalam. "Kita tidak akan mundur. Ayo masuk."
Dengan tekad bulat, Reihan mendorong pintu ganda itu. Pintu itu terbuka dengan derit mengerikan, memperlihatkan sebuah ruangan besar yang dulunya mungkin merupakan kantor open space utama. Kini, ruangan itu gelap, diselimuti bayangan, dan di tengahnya, duduk di sebuah singgasana yang terbuat dari tumpukan berkas dan kursi kantor rusak, adalah monster bos mereka.
Itu adalah sesosok makhluk humanoid raksasa, terbuat dari gabungan jas kantor lusuh, dasi melilit, dan dokumen-dokumen yang menyatu dengan kulitnya yang pucat. Matanya bersinar merah dari balik kacamata yang retak, dan tangannya yang besar memegang sebuah stempel raksasa yang terbuat dari besi berkarat. Aura tekanan dan korupsi terpancar darinya, menyesakkan napas.
[BOSS: Supervisor Korupsi (Level 5)]
"Selamat datang," suara berat dan serak menggelegar di ruangan itu, membuat tanah bergetar. "Sudah waktunya kalian menyerahkan laporan akhir hidup kalian."
Pertarungan hidup mati yang sesungguhnya baru saja dimulai.
7
Reihan merasakan isi perutnya bergejolak. Level 5! Mereka hanya Level 3. Jarak kekuatan ini terasa seperti jurang neraka. Tapi mundur bukan pilihan.
"Randy, skill baru!" Reihan berteriak, mengaktifkan [Skill Aktif: Serangan Kuat]. Aura merah tipis menyelimuti pipa besinya.
Randy mengangguk, matanya menyala. "Pak Budi, Dian, sembunyi di balik tumpukan server itu! Jangan keluar!"
Ia mengaktifkan [Skill Pasif: Otak Analitis]. Seketika, pandangannya menjadi lebih jelas, setiap detail ruangan, setiap retakan di tubuh bos, setiap pola gerak potensial terpecah menjadi data yang bisa dianalisis.
Supervisor Korupsi mengayunkan stempel raksasanya. BRAK! Sebuah gelombang kejut energi hitam menyapu ruangan, membuat rak-rak arsip di samping mereka hancur berkeping-keping. Reihan dan Randy nyaris tak sempat menghindar, terjatuh, terlempar oleh tekanan angin.
[Anda terkena damage: -10 HP!]
[Anda terkena damage: -8 HP!]
"Sial!" Reihan mengumpat. Satu serangan saja sudah menghabiskan sepertiga HP-nya.
"Reihan, fokus pada titik lemahnya! Ada aura energi di bagian dada, di balik dasinya yang melilit!" teriak Randy, matanya masih memindai. "Aku akan siapkan jebakan!"
Randy berlari zig-zag, menghindari gumpalan tinta pekat yang dilontarkan Supervisor Korupsi. Ia melemparkan gulungan kabel yang sudah ia siapkan, mencoba menjerat kaki monster itu. Namun, bos itu terlalu besar dan kuat. Kabel itu putus begitu saja.
Reihan melompat maju, mengaktifkan [Serangan Kuat]. Dengan sekuat tenaga, ia mengayunkan pipa besinya ke arah dada Supervisor Korupsi, menargetkan aura yang Randy sebutkan.
DUGH!
Pipa besi itu menghantam. Suara benturan logam dan bahan organik aneh bergema.
[Supervisor Korupsi terkena damage: -15 HP (Serangan Kuat!)]
[Supervisor Korupsi mengeluarkan debu korupsi!]
Tiba-tiba, dari tubuh bos, kepulan debu kehitaman menyebar, masuk ke hidung Reihan. Reihan terbatuk-batuk, pandangannya mengabur.
[Anda terkena efek 'Bingung'!]
[Anda terkena efek 'Kelelahan'!]
"Argh!" Reihan merasakan seluruh tubuhnya lemas, pikirannya kacau.
"Reihan! Jangan sampai menghirup debunya!" Randy berteriak. Ia kemudian mengaktifkan [Skill Aktif: Jebakan Listrik Sederhana]. Dengan cepat, ia mencari panel listrik lain yang rusak di dinding. Menggunakan keahliannya, ia menghubungkan beberapa kabel, menciptakan percikan listrik yang menyambar secara acak di lantai.
Supervisor Korupsi maju, mengangkat stempelnya untuk serangan pamungkas pada Reihan yang masih linglung. Namun, salah satu sambaran listrik Randy mengenai kakinya.
ZZzzzzzzzzzt!
Monster itu tersentak, sedikit terhuyung, tapi tidak stun sepenuhnya. Ia hanya memperlambat serangannya sesaat.
"Itu tidak cukup!" teriak Randy, frustrasi. Ia melihat sekeliling. Gudang ini penuh dengan peralatan kantor yang terbengkalai. Matanya menangkap sebuah printer laser besar yang terbalik dan mengeluarkan asap. Sebuah ide gila muncul di benaknya.
"Pak Budi, Dian! Cari kabel charger laptop! Lempar ke aku!" perintah Randy, suaranya mengandung urgensi yang luar biasa.
Dian, meski gemetar, berhasil menemukan kabel yang diminta Randy di tas yang dibawanya dan melemparkannya. Randy menangkapnya, lalu dengan kecepatan kilat, ia mulai membongkar bagian belakang printer laser itu. Ia mencoba mencari inti daya, yang kemungkinan besar masih memiliki energi residual.
Sementara itu, Reihan, meski masih bingung, mencoba menggunakan insting [Deteksi Bahaya] pasifnya. Ia merasakan aura bahaya mematikan dari stempel yang akan dihantamkan. Ia berguling ke samping, menghindari pukulan keras yang menghancurkan lantai di tempat ia berdiri sebelumnya.
"AARRGHH!" Supervisor Korupsi meraung, marah karena serangannya meleset.
Randy berhasil! Ia mengeluarkan inti daya dari printer, sebuah baterai lithium raksasa yang masih mengandung sisa daya. Dengan tangan gemetar, ia menyambungkan kabel charger laptop ke baterai itu, lalu ke kabel-kabel listrik yang sudah ia jebak di lantai.
"Reihan! Pancing dia ke tengah!" teriak Randy. "Sekarang atau tidak sama sekali!"
Reihan, dengan sisa tenaga, memaksa dirinya berdiri. Ia mengayunkan pipa besinya ke arah Supervisor Korupsi, memancing amarahnya. Monster itu langsung menyerbu, mengabaikan jebakan listrik kecil Randy.
KLANG!
Supervisor Korupsi menginjak area yang sudah dipasang jebakan listrik Randy. Kali ini, karena Randy menggunakan inti daya printer, sebuah sambaran listrik masif menghantam tubuhnya!
BOOOOOMMM!
Seluruh ruangan terang benderang sejenak. Supervisor Korupsi berteriak, bukan lagi raungan, tapi jeritan kesakitan yang memekakkan telinga. Tubuhnya kejang-kejang, dasi tentakelnya bergetar liar, dan kacamata retaknya pecah.
[Supervisor Korupsi terkena damage: -50 HP (Jebakan Listrik Daya Tinggi!)]
[Supervisor Korupsi terkena efek 'Stun Parah' selama 5 detik!]
"SEKARANG REIHAN!" Randy berteriak, suaranya serak karena tegang.
Reihan melihat kesempatan itu. Dengan mata membara, ia mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa dari [Serangan Kuat] dan stat Kekuatannya yang baru. Ia melompat, membidik tepat ke bagian dada bos yang kini terbuka dan mengeluarkan asap. Ini adalah satu-satunya kesempatan mereka.
Dengan raungan yang datang dari lubuk jiwanya, Reihan mengayunkan pipa besi itu. DENGAN SELURUH KEKUATANNYA!
PRAAAAKH!
Pipa besi itu menembus jas dan dokumen yang menyatu dengan tubuh Supervisor Korupsi, tepat di inti auranya yang bersinar redup. Sebuah retakan besar muncul di dada monster itu, menyebar dengan cepat. Cairan hijau pekat menyembur keluar.
Supervisor Korupsi membeku, tubuh raksasanya bergetar hebat. Matanya yang merah padam, dan seluruh tubuhnya mulai hancur, berubah menjadi remahan debu hitam dan kertas-kertas yang beterbangan. Stempel raksasanya jatuh ke lantai dengan suara gedebuk yang menggema.
[Anda telah mengalahkan BOSS: Supervisor Korupsi!]
[Anda mendapatkan 500 EXP!]
[Anda naik Level!]
[Level: 4]
[HP: 40/40]
[Anda mendapatkan 5 Poin Stat!]
[Quest Utama: Bertahan Hidup - SELESAI!]
[Dungeon: Kantor Terkunci - DIBERSIHKAN!]
Sebuah cahaya terang mulai menyelimuti ruangan. Debu hitam itu menghilang, dan lantai batu kembali menjadi lantai keramik kantor yang familiar. Rak-rak yang hancur kembali utuh, dan aroma lumut digantikan bau pengap ruang yang lama tak digunakan. Di tempat Supervisor Korupsi tadi berdiri, kini ada sebuah kristal hitam besar yang bersinar dan sebuah kunci perak antik.
Reihan ambruk, terengah-engah, tubuhnya bergetar hebat. Randy jatuh terduduk, menyisakan senyum tipis yang pahit. Dian dan Pak Budi, yang menyaksikan semuanya, kini menatap mereka dengan tatapan campuran rasa takut, takjub, dan kelegaan luar biasa. Mereka telah melewati batas akal sehat. Mereka telah bertahan.
8
Dian dan Pak Budi bergegas mendekat, wajah mereka pucat pasi, namun kini dipenuhi kelegaan yang luar biasa.
"Kita... kita berhasil," bisik Dian, suaranya parau, air mata mulai mengalir di pipinya.
Pak Budi hanya bisa mengangguk, terlalu terkejut untuk bicara. Ia menatap Reihan dan Randy dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran rasa takut, takjub, dan kelegaan luar biasa. Mereka telah melewati batas akal sehat, bertahan dari mimpi buruk yang menjadi kenyataan.
Reihan mengulurkan tangan yang gemetar, meraih kristal hitam itu. Seketika, sebuah notifikasi muncul, hanya untuknya.
[Anda telah mendapatkan 'Inti Kekuatan Supervisor Korupsi'!]
[Anda telah mendapatkan 'Kunci Dungeon Lantai 1'!]
Lalu, sebuah suara di kepalanya, berbeda dari notifikasi sebelumnya, terdengar jelas dan dalam.
"Dungeon: Kantor Terkunci, Lantai 1 telah dibersihkan. Portal Keluar akan terbuka dalam 60 detik."
Reihan segera memberi tahu teman-temannya. "Portal keluar! Ada portal keluar! Kita bisa pulang!" Semangatnya kembali menyala.
Mereka berempat bangkit, meski tubuh masih sakit, dan mencari-cari keberadaan portal. Randy segera menemukan kuncinya. Sebuah cahaya keperakan samar muncul di dinding yang tadinya adalah tempat lift menghilang. Cahaya itu membesar, membentuk sebuah gerbang oval yang berputar-putar, memancarkan aura dingin namun menjanjikan.
Tanpa ragu, mereka melangkah masuk. Rasanya seperti melangkah melalui air dingin, disusul sensasi tertarik yang kuat, lalu...
Brak!
Lift berguncang hebat, lampu berkedip-kedip, lalu padam sama sekali. Kegelapan dan kepanikan langsung menyelimuti. Obrolan santai langsung terganti ringisan panik dan gumaman doa.
Ini adalah momen yang sama persis seperti sebelum mereka memasuki dungeon.
Reihan, Dian, Randy, dan Pak Budi berdiri terdiam di dalam lift yang gelap. Suasana kembali seperti semula. Lampu berkedip, lalu menyala redup.
"Ya ampun, mati lampu lagi?" keluh Dian, suaranya sedikit bergetar.
"Tenang, Dian, mungkin cuma power trip," kata Pak Budi, suaranya lelah seperti biasa.
Randy hanya diam, mengusap kacamatanya.
Reihan mengerjap. Apakah itu semua hanya mimpi? Sebuah halusinasi kolektif? Tapi... rasa sakit di bahunya akibat pukulan goblin masih terasa samar. Dan yang terpenting, ia masih bisa melihatnya, jendela transparan yang samar di sudut pandangannya.
[Nama: Reihan]
[Level: 4]
[HP: 40/40]
[Strength: 10]
[Agility: 4]
[Intelligence: 7]
[Luck: 3]
[Skill: Deteksi Bahaya (Lv 1), Serangan Kuat (Lv 1), Daya Tahan Ringan (Lv 1)]
Dan di inventorinya, meskipun tidak terlihat secara fisik oleh yang lain, ada beberapa item.
[Inti Kekuatan Supervisor Korupsi], [Kunci Dungeon Lantai 1], [Koin Dungeon x12], [Jaring Laba-laba Mentah x2], [Taring Arachnid x1], [Potongan Pakaian Goblin x1], [Bilah Goblin Rusak x1].
Randy, di sampingnya, juga memasang ekspresi aneh. Reihan meliriknya. Randy sedang menatap ke depan, tepat di mana jendela statusnya berada. Mata mereka bertemu, dan ada kilatan pemahaman yang diam-diam melintas di antara keduanya.
Mereka tidak bermimpi. Mereka tidak gila. Mereka baru saja membersihkan sebuah dungeon.
Tiba-tiba, lift tersentak, dan pintu terbuka dengan suara ding yang familiar. Di hadapan mereka, terhampar koridor kantor lantai 1 yang normal dan membosankan. Lampu neon putih bersinar terang, karpet usang terhampar, dan suara obrolan dari lobi terdengar samar.
"Akhirnya!" seru Dian lega, melangkah keluar. "Aku bersumpah, kalau tidak, aku akan berhenti bekerja di sini!"
Pak Budi menghela napas panjang. "Ayo kita pulang. Akhir pekan yang panjang menanti."
Reihan dan Randy melangkah keluar dari lift. Mereka berjalan beriringan menyusuri koridor. Dunia tampak normal. Tapi bagi mereka berdua, ada sesuatu yang telah berubah selamanya. Mereka membawa rahasia, kekuatan, dan pengalaman yang tidak akan pernah bisa dimengerti orang lain.
Dan Reihan tahu, ini hanyalah permulaan. Jika kantor mereka bisa berubah menjadi dungeon, siapa yang tahu berapa banyak gerbang lain yang telah muncul di kota, bahkan dunia? Dan apakah ada dungeon lain yang harus mereka bersihkan?