"Sialan, lagi-lagi cuma segini."
Ari menghela napas, menatap kristal sihir di genggamannya. Kristal E-Rank, sama seperti dirinya. Ia seorang Hunter E-Rank di Jakarta, salah satu dari ribuan Hunter yang nyaris tak terlihat. Bukan pahlawan yang mengalahkan monster sendirian, atau nama yang sering disebut di berita. Ia hanyalah pemulung sisa-sisa pertempuran, hidup dari remah-remah di balik punggung para Hunter tangguh. Penghasilannya pas-pasan, hanya cukup untuk menyambung hidup dan membeli obat untuk adiknya yang sakit-sakitan. Setiap ada Dungeon Break, Ari selalu jadi yang pertama maju, bukan karena berani, tapi karena harus. Setiap kristal yang ia pungut, berarti satu hari lagi bagi adiknya.
Dunia telah berubah drastis dua dekade terakhir. Bumi bukan lagi planet yang sama. Munculnya Dungeon Gate secara acak di seluruh dunia telah mengubah tatanan kehidupan. Awalnya, mereka hanya lubang menganga di realitas, portal menuju dimensi lain yang dipenuhi makhluk-makhluk mengerikan. Para ilmuwan dan pemerintah panik, mencoba memahami fenomena ini. Kemudian, Awakening terjadi. Beberapa manusia terpilih tiba-tiba mendapatkan kekuatan super, mampu melawan monster-monster dari dungeon. Mereka disebut Hunter.
Namun, ancaman sebenarnya bukan hanya monster di dalam dungeon. Jika sebuah Dungeon Gate dibiarkan terlalu lama tanpa dibersihkan oleh Hunter, energi gelap di dalamnya akan meluap, menciptakan fenomena yang disebut Dungeon Break. Ini adalah ketika monster-monster dari dalam Dungeon Gate melarikan diri ke dunia nyata, membawa kehancuran dan kematian. Pemerintah di seluruh dunia telah menetapkan sistem peringkat Hunter, dari E hingga S, untuk mengorganisir pertahanan. Tapi, meskipun ada Hunter peringkat tinggi, Dungeon Break masih menjadi mimpi buruk yang tak terhindarkan, terutama di kota-kota besar dengan populasi padat seperti Jakarta.
Ketika sebuah Dungeon Gate baru muncul di tengah kota, kekacauan tak terhindarkan. Dungeon kali ini terasa berbeda. Udara dipenuhi aura gelap yang menyesakkan, bahkan para Hunter veteran terlihat gelisah. Ari, seperti biasa, hanya ingin mengumpulkan apa yang ia bisa. Namun, di kedalaman dungeon itu, ia menemukan sesuatu yang tak terduga, sebuah ruang rahasia.
Ruang itu gelap dan sunyi, hanya diterangi pendar samar dari sebuah pedang kuno yang tertancap di tengah ruangan. Pedang itu, meski usang, memancarkan aura kekuatan yang tak terlukiskan. Ari, diliputi rasa penasaran dan keputusasaan, meraih gagang pedang itu. Seketika, rasa sakit luar biasa menjalar di sekujur tubuhnya. Pikirannya dipenuhi bisikan-bisikan aneh.
"Sistem... Peningkatan Level..." gumamnya, sebelum kesadaran meredup.
Ketika ia membuka kembali matanya, pedang itu telah menghilang. Namun, di hadapannya, muncul antarmuka transparan yang tak seorang pun bisa melihatnya kecuali dirinya sendiri.
Selamat datang, Player.
Anda telah memenuhi syarat untuk menjadi Player. Lengkapi quest untuk mendapatkan reward.
Ari terpaku. "Apa-apaan ini? Aku gila?"
Saat seekor monster kecil muncul di dekatnya, antarmuka itu menampilkan informasi.
Goblin Level 3.
Goblin itu bertampang jelek dengan kulit hijau kasar dan seringai bodoh, membawa tongkat kayu di tangannya. Dengan ragu, Ari mengayunkan belati lamanya.
Gerakannya masih canggung, namun entah mengapa terasa lebih cepat dari biasanya. Belati itu menembus kulit tipis Goblin, dan monster itu terhuyung sebelum ambruk menjadi tumpukan piksel yang menghilang, meninggalkan sebutir kristal kecil. Dan di saat itu juga, muncul notifikasi lain.
Anda telah mengalahkan Goblin.
Anda mendapatkan 50 EXP.
Level Anda meningkat!
Anda telah mencapai Level 2.
"Apa... aku benar-benar naik level?" Ari menatap tangannya. Ia merasa... sedikit berbeda. Lebih ringan, lebih kuat.
Sejak hari itu, kehidupan Ari berubah drastis. Setiap monster yang ia kalahkan memberinya EXP. Setiap quest yang ia selesaikan memberinya reward, dari kemampuan baru hingga senjata yang lebih baik. Ia mulai merasakan kekuatannya bertambah, otot-ototnya mengeras, dan bahkan luka-luka kecil sembuh lebih cepat.
Awalnya, ia menyembunyikan kekuatannya. Ia masih berpura-pura jadi Hunter E-Rank yang payah, hanya mengambil bagian kecil dari raid dungeon. "Biar saja mereka meremehkanku," pikirnya. "Ini rahasia antara aku dan Sistem."
Namun, perlahan tapi pasti, kemampuannya mulai menarik perhatian.
"Hei, Ari, kok kamu selalu selamat dari dungeon-dungeon sulit ini?" tanya seorang Hunter B-Rank, suatu kali, menatap Ari curiga. "Dan kenapa kamu terlihat... lebih berisi?"
Ari hanya tersenyum tipis. "Mungkin keberuntungan. Aku akhir-akhir ini rajin makan, hahaha."
Tapi mereka tahu itu bukan sekadar keberuntungan. Mereka mulai berbisik-bisik, "Ada apa dengan Hunter E-Rank itu? Dia jadi terlalu kuat untuk levelnya."
Dungeon Break kembali terjadi. Kali ini, di jantung kota. Raungan mengerikan mengguncang Jakarta, dan bayangan besar mengepak di langit. Monster itu, seekor Wyvern bersisik baja dengan napas api yang membakar, menyerbu dengan ganas. Para Hunter terbaik pun kewalahan, serangan mereka hanya memantul dari sisik Wyvern. Kekacauan melanda, dan adiknya, yang berada di area terdampak, dalam bahaya.
"Adikku!" seru Ari, tanpa ragu melesat tanpa menghiraukan orang lain.
Dengan kecepatan yang bahkan tak bisa ditangkap mata manusia biasa, ia menuju medan pertempuran. Para Hunter menyaksikan dengan takjub. Pedang di tangannya, yang kini memancarkan aura gelap, berayun dengan presisi mematikan. Setiap tebasan meninggalkan jejak energi hitam yang merobek pertahanan Wyvern. Monster itu meraung kesakitan saat sisik-sisik bajanya retak dan mengelupas di bawah serangan Ari. Dalam sekejap mata, Ari melompat ke punggung Wyvern yang sedang mengamuk, menancapkan pedangnya tepat di jantung monster itu. Cairan hitam pekat menyembur, dan Wyvern itu tumbang dengan suara menggelegar.
Ketika monster terakhir tumbang, keheningan menyelimuti medan perang. Para Hunter menatap Ari dengan campuran ketakutan dan kekaguman.
"Siapa itu?!" seru seorang Hunter.
"Bukankah itu... Ari? Si Hunter E-Rank?" yang lain tak percaya.
"Dia bukan Ari yang dulu..." gumam seorang Hunter A-Rank, matanya terpaku pada sosok yang kini berdiri tegak di tengah reruntuhan, aura kegelapan samar mengelilinginya.
Ari menoleh ke arah mereka, matanya memancarkan tekad yang membara. "Aku bukan lagi Ari yang dulu," katanya dengan suara tegas dan penuh otoritas. "Mulai sekarang, aku akan melindungi kota ini. Aku akan melindungi yang lemah!"
Sejak hari itu, nama Ari dikenal bukan lagi sebagai Hunter terlemah, melainkan sebagai Bayangan Bangkit, Hunter misterius yang kekuatannya terus berkembang tanpa batas. Ia adalah bukti bahwa bahkan dari titik terendah sekalipun, kekuatan sejati bisa bangkit, asalkan ada tekad yang tak tergoyahkan. Dan adiknya, yang kini telah pulih sepenuhnya, adalah alasan terkuat baginya untuk terus menjadi lebih kuat, setiap hari.