Aku pertama kali ketemu dia di halte bus. Hujan, sore, dan tas ku basah separuh karena lupa bawa payung. Dia duduk di bangku besi, pakai hoodie abu-abu, dan baca buku. Buku filsafat, kalau aku nggak salah lihat.
“Basah ya?” katanya waktu aku berdiri deket dia sambil ngeper-ngeperin air dari jaket.
Aku cuma senyum. “Lumayan, kayak disiram mantan.”
Dia ketawa. Lucu juga, ya. Lalu, entah kenapa, kita mulai ngobrol. Tentang hujan, tentang buku, tentang halte yang kayanya udah dari zaman Belanda nggak pernah dicat ulang.
Sejak hari itu, kita sering ketemu. Kadang di halte yang sama, kadang di warung kopi kecil di ujung gang, yang punya WiFi lambat tapi brownies-nya enak banget.
Namanya Dimas. Satu hal yang bikin aku langsung nyaman: dia nggak pernah sok tahu. Waktu tahu aku Muslim, dia cuma bilang, “Oke.” Gitu doang. Tanpa pertanyaan, tanpa nada heran. Aku baru tahu kemudian kalau dia Katolik. Sama juga, reaksiku: “Oke.”
Tapi dunia nggak sesederhana itu, ya?
Waktu aku posting foto kita di story, ada temanku yang nanya, “Dia seiman?”
Waktu Dimas cerita soal aku ke keluarganya, ibunya cuma diem lama, lalu bilang, “Hati-hati, ya.”
Kita nggak marah. Cuma capek. Tapi masih bertahan.
Kadang, kita duduk di taman malam-malam, saling tukar cerita masa kecil. Aku cerita soal ngaji sore, dia cerita soal misa malam Natal. Dan anehnya, dari semua perbedaan itu, kita jadi saling ngerti. Nggak harus sama buat saling sayang.
Tapi perasaan aja nggak cukup, ya?
Ada malam-malam di mana aku pengin kita bisa lebih dari sekadar “kita tapi bingung.” Ada juga pagi-pagi di mana Dimas bilang, “Aku sayang kamu, tapi aku takut kamu harus ninggalin banyak hal buat aku.”
Aku ngerti. Tapi tetep aja sakit.
Akhirnya, kita sepakat: berhenti. Bukan karena nggak cinta. Justru karena cinta.
Sekarang, kalau aku lewat halte itu, aku masih suka duduk sebentar. Kadang bayangin dia lagi baca buku sambil nyender. Kadang berharap hujan turun, biar kenangan itu terasa hidup lagi, walau cuma sebentar. Dan kalau aku boleh jujur—aku masih sayang dia. Tapi hidup nggak selalu kasih akhir yang kita mau.