#Gadis_Strawberry_incaran_Mafia kejam
#Chapter_1 [Om miskin!]
Happy reading 🍓🍒
"Kau yakin lokasinya disini?" Seorang pria berpakaian formal itu tampak sedang berbicara melalui telepon.
"Iya, Tuan. Menurut pelacak, tempat sampah itu adalah tempatnya menyembunyikan benda yang anda cari." Mendengar sang lawan bicara di telepon, pemuda berbadan kekar itu mengusap wajahnya kesal.
"Kalo bukan karena penting, gue ogah obrak-abrik tempat sampah!" Kesalnya.
"Maaf, Tuan. Jika masih menunggu kami untuk sampai kesana, akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Bisa saja, benda yang Tuan cari akan hilang, jadi sebaiknya--"
Tutt!
Arlan memutuskan panggilan telepon, terlalu malas mendengar penuturan bawahannya yang sok meninggi itu. Netra tajamnya menatap jijik kearah tong sampah yang berada didepannya. Dengan berat hati, tangan besar itu mulai mengobrak-abrik isi tempat sampah itu. Berharap menemukan benda yang ia cari.
Tidak perlu waktu yang lama, Arlan mengangkat flashdisk berukuran kecil yang dari tadi ia cari. Hendak membalikkan badan, cowok itu terlonjak kaget ketika melihat seseorang berdiri dibelakangnya.
Gadis mungil dengan kaos oblong kebesaran itu menatapnya dengan berkaca-kaca, bibirnya mencebik, sepertinya gadis itu akan menangis.
Arlan tentu heran. Baru saja ingin mengusir si gadis, tangan lentik itu menyodorkan sebuah kotak.
"G-gak papa, Om! Marshya ikhlas!" Suaranya lirih. Gadis bernama Mharsya itu yang melihat Arlan cuma terdiam, menjadi kesal.
"Sini duduk sama Mharsya!" Walaupun kesusahan, Mharsya menuntun cowok berbadan besar itu untuk duduk bersamanya di trotoar jalan yang terlihat sepi.
Entah kenapa, Arlan malah menurut.
Gadis itu membuka kotak yang sedari tadi ia pegang. "Om, jangan cari m-makan di tong sampah l-lagi, ya? Gak baik! Kalo Om sakit, gimana?!"
Arlan masih diam, terus memperhatikan Mharsya yang terus berceloteh.
"Ini strawberry punya Mharsya, tapi, Om bisa ambil!" Menyodorkan sekotak strawberry segar. Arlan yang memang tidak tahu harus berbuat apa, menerima kotak strawberry itu.
"Kalo gak ikhlas, jangan." Saat hendak menerimanya, gadis itu tidak melepaskan tangannya dari kotak itu.
Marshya melepaskan tangannya dari kotak itu, menepuk tangannya pelan. "Sadar Mharsya! Om miskin itu lebih butuh daripada kamu!" Gumamnya yang masih bisa didengar oleh Arlan.
"Om miskin, makan aja strawberry nya. Om miskin pasti laper! Mharsya ikhlas! Mharsya masih bisa minta sama Abang, kok! Pasti gak enak banget jadi Om miskin, Mharsya, kan, jadi sedih!" Mata bulat itu berair. Dapat Arlan lihat, hidung bangir gadis itu memerah karena menangis.
"Lo, suka strawberry?" Tanya Arlan. Dia juga tidak tahu kenapa menanyakan itu.
"Suka banget! Mharsya gak pernah kasih Abang minta! Yang boleh makan strawberry cuma Mharsya!" Jawabnya antusias.
"Terus kenapa, lo kasih gue?"
"Karena, Om miskin." Jawabnya polos.
Arlan terkekeh kecil. Aneh. Seorang Khalandra Leonathan, yang terkenal karena kekejaman dan sifat akuhnya, yang akan mudah sekali murka bahkan karena hal kecil.
Malah tertawa ketika sudah jelas-jelas gadis mungil itu tengah mengejeknya. Sudah dipastikan, jika orang lain berada di posisi Mharsya, peluru sudah melubangi kepalanya.
"Gue bakal bayar." Tawar Arlan.
Mharsya menggeleng cepat. "Nggak! Om, kan miskin! Nanti kalo Om mencuri, terus ditangkap polisi. Terus! Kalo ditanya sama Pak polisi, kenapa mencuri, Om bakal jawab, karena mau bayar strawberry nya Mharsya! Terus-terus! Nanti Mharsya ditangkap polisi, gak bisa makan strawberry lagi, dong!" Ucapnya panjang lebar.
Marshya merogoh saku celananya, menyerahkan selembar uang lima ribuan kepada Arlan. "Ini tabungan Mharsya. Rencananya mau Mharsya beliin Chiki bals. Tapi, ini buat Om miskin aja, deh! Cukup buat beli nasi goreng!" Gigi putihnya sampai kelihatan saking lebarnya Mharsya tersenyum.
Melihat Arlan yang ingin kembali menolak, Mharsya dengan cepat memasukkan uang itu ke saku jas milik Arlan. "Om miskin, harus terima!"
Mungkin Mharsya tidak sadar jika pakaian yang dikenakan oleh Arlan terlihat mewah.
"Ini apa?" Merasakan sesuatu di dalam saku Arlan, tanpa ba-bi-bu, Mharsya langsung menarik benda itu sehingga keluar dari saku jas Arlan.
"Aaaaa!" Teriak Mharsya. Matanya membulat sempurna, mulutnya juga menganga lebar, shock melihat segepok uang berwarna merah yang sangat tebal.
"Kenapa? Mau?" Tawar Arlan.
"Om miskin, pencurii!" Sedetik kemudian, Mharsya berlari terbirit-birit.
Arlan yang melihat itu tersenyum kecil. Setelah kepergian Mharsya, raut wajahnya berubah datar. Mengeluarkan benda pipih pintarnya, sepertinya dia sedang menghubungi seseorang.
Tidak lama, sambungan telepon terhubung.
"Cari tahu tentang gadis manis itu." Ucapnya datar. Sudut bibirnya terangkat, menunjukkan seringai tipis yang mengerikan.
Tbc...
Kalian suka g sama cerita ini? Kasih suka dong♥️ atau komen apa aja, yang bisa bikin author semangat😭🫰
Buat cerita baru karena cerita author yang satunya gak ada yang baca huhuuu🤧🙂
Papayy lopyuu
Likee!♥️