Tak semua rumah menjadi tempat pulang, tak semua tawa lahir dari bahagia.
Dibalik senyum yang terlihat menenangkan, tersimpan hati yang beku, kehilangan cahaya.
Keluarga yang tampak utuh tak selalu hangat, kadang hanya dinding yang berdiri kokoh.
Namun didalamnya sunyi mencekat, seperti jiwa yang rapuh, lelah terpenjara.
Dinding rumah menjadi saksi bisu, betapa sering suara hati terabaikan.
Betapa sering air mata jatuh diam-diam, saat rindu akan kehangatan tak pernah tersampaikan.
Luka-luka mengendap dalam diam, menjadi bayang yang enggan sirna.
Lukanya mungkin bisa terobati, tapi bekasnya akan abadi selamanya.
Sebab rumah bukan sekedar bangunan, namun tempat jiwa mencari ketenangan. Jika hangatnya Telah lama hilang.
Lalu dimana hati ini harus pulang ?