Kisah seseorang yang berNama Reno.
Ia bukan pria sempurna. Ia bukan yang pandai merayu, bukan yang banyak gaya. Tapi dia pria yang mencintai dengan cara paling setia dan diam-diam paling sakit.
Reno mencintai Livia, perempuan yang dulu hanya ia sapa lewat pandangan. Tapi seiring waktu, mereka mulai dekat—sedikit demi sedikit. Livia tahu Reno menyukainya. Bahkan, kadang Livia menunjukkan tanda-tanda seolah dia juga punya rasa yang sama.
Tapi setiap Reno mulai berharap…
Livia menjauh.
Meski begitu, Reno tetap tinggal. Tetap menjaga. Tetap memperhatikan dari jauh, bahkan ketika Livia tersenyum manis kepada pria lain.
Hingga suatu hari, dunia Reno runtuh.
Saat membuka media sosial, Reno tanpa sengaja melihat story seseorang yang tak asing. Itu pacar baru Livia. Di dalam story itu ada foto mereka berdua. Dekat. Mesra. Tertawa bersama. Wajah Livia bersandar di bahu pria itu. Matanya berbinar…
Binar yang tak pernah ia berikan saat bersama Reno.
Reno menatap layar ponselnya lama.
Dunia di sekelilingnya terasa hampa.
Kepalanya berisik. Tapi hatinya sunyi, terlalu sunyi.
Malam itu Reno hanya duduk di sudut kamarnya, menatap kosong.
Adiknya masuk, bertanya, "Bang, lo kenapa?"
Reno hanya tersenyum, “Gak papa, capek aja.”
Padahal… jiwanya baru saja hancur berkeping-keping.
---
Hari-hari berikutnya Reno mulai berpura-pura.
Tertawa saat hati menangis.
Membalas chat dengan emoji senyum, padahal matanya sembab.
Ia mulai ahli dalam satu hal: menyembunyikan rasa sakit.
Setiap melihat Livia dekat dengan pria lain, Reno hanya menunduk, menggigit bibir, dan menahan air mata agar tak jatuh di tempat umum.
“Gue harus kuat,” katanya.
“Gue gak boleh kelihatan lemah…”
Padahal yang sebenarnya terjadi adalah: dia nyaris runtuh setiap hari.
Tapi waktu berlalu.
Dan perasaan itu... mulai berubah.
Bukan karena dia gak cinta lagi. Tapi karena cintanya lelah, terlalu lama menggenggam tangan yang tak pernah menggenggam balik.
Sampai suatu hari, Reno berkata dalam hati:
> “Mungkin, cinta sejati itu bukan tentang siapa yang paling lama bertahan…
Tapi tentang tahu kapan harus menyerah, untuk menyelamatkan diri sendiri.”
---
Epilog
Livia suatu hari melihat Reno sedang tertawa dengan perempuan lain. Tapi kali ini, Reno tidak menoleh padanya. Tidak lagi memberi senyuman yang dulu selalu hadir.
Dan saat itulah Livia sadar...
Seseorang yang mencintaimu terlalu dalam, bisa benar-benar pergi saat dia terlalu sering kamu abaikan.
Tapi sudah terlambat.
Karena Reno yang dulu selalu menunggu di tempat yang sama...
sudah belajar pulang sendirian.