Namanya Dio. Seorang pria biasa yang tak pandai merangkai kata manis, tapi hatinya begitu jujur dan setia. Selama lima tahun, Dio mencintai satu wanita—Ayla. Bukan karena Ayla sempurna. Tapi karena di mata Dio, Ayla adalah rumah. Tempat yang ia rindukan, meski tak pernah membukakan pintu.
Dio pertama kali bertemu Ayla saat keduanya masih kuliah. Ia jatuh cinta pada tawa Ayla yang ringan, pada cara Ayla memandang dunia, dan caranya membuat Dio merasa... berarti. Meski hanya sekadar teman.
Dio tahu, banyak pria yang lebih menarik. Ayla dikelilingi oleh mereka. Tapi Dio tak menyerah. Ia tak membawa bunga, tak punya mobil mewah, tapi ia selalu ada. Saat Ayla patah hati, Dio yang memeluknya dengan kata-kata, "Kamu pantas bahagia." Saat Ayla kesepian, Dio yang diam-diam mengantar makanan ke kosannya dan berpura-pura hanya "lewat".
Tahun demi tahun berlalu.
Ayla tahu perasaan Dio. Semua orang tahu. Tapi Ayla... tak pernah memberi harapan. Ia menjaga jarak. Ia tertawa, lalu pergi bersama pria lain. Ia menangis, lalu kembali mencari bahu Dio. Tapi hanya sampai ia merasa cukup kuat lagi untuk melangkah menjauh.
Dan Dio?
Dia tetap tinggal. Meskipun hatinya terus robek sedikit demi sedikit.
Lalu datanglah tahun kelima. Hari itu, Dio berdiri di kejauhan, melihat Ayla tertawa bersama seorang pria baru. Bukan Gilang, bukan yang kemarin. Seseorang yang Dio bahkan tak kenal. Tapi senyuman Ayla—senyuman itu—bukan untuknya. Tidak pernah.
Dio pulang malam itu, duduk sendirian di kamarnya yang gelap, dan untuk pertama kalinya... ia menangis dalam hening. Lima tahun. Lima tahun menunggu. Lima tahun berjuang sendirian.
Besoknya, Dio berhenti. Ia berhenti menghubungi Ayla. Tak ada lagi "Jaga kesehatan ya". Tak ada lagi "Aku antar kamu, nggak usah naik ojek". Tak ada lagi Dio.
Dan Ayla mulai merasakannya. Di hari-hari pertama, ia berpikir Dio sedang sibuk. Tapi minggu berganti, bulan berlalu. Dio benar-benar hilang. Ia tak lagi duduk di bangku taman yang biasa mereka datangi. Tak lagi ada di chat Ayla. Tak lagi berdiri di belakang Ayla saat ia butuh seseorang.
Ayla mulai bertanya. Pada teman. Pada dirinya sendiri. “Kenapa Dio berubah?”
Hingga suatu malam, Ayla melihat status Instagram Dio. Sebuah tulisan pendek:
> “Aku pernah menunggumu. Tapi kamu tak pernah datang. Sekarang aku memilih pulang... sendirian.”
Ayla terdiam. Dada sesak.
Dan untuk pertama kalinya... Ayla menangis.
Tapi segalanya sudah terlambat. Karena cinta yang dipendam terlalu lama, akhirnya layu. Dan pria yang dulu selalu ada, kini hanya tinggal bayangan di masa lalu.
---
Cinta itu bukan hanya tentang bertahan. Tapi juga tahu kapan harus berhenti.
Dan kadang, yang paling mencintai kita...
adalah orang yang sudah pergi diam-diam.