Timeline : Perjalanan Menuju Pulau Terapung
____
Angin lembut bertiup, membawa aroma laut dari kejauhan. Catrina dan kelompoknya berjalan menyusuri jalan berbatu di sebuah kota pelabuhan yang ramai.
Pulau Terapung masih jauh, tetapi informasi terakhir yang mereka dapatkan menunjukkan bahwa seseorang di kota ini bisa memberi mereka petunjuk tentang jalur yang lebih aman.
Namun, saat mereka melewati sebuah kedai besar yang tampak cukup ramai, langkah Catrina terhenti. Ada sesuatu yang familiar di udara—sebuah kehadiran yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia menoleh ke pintu kedai, matanya menyipit, mencoba memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi.
Lalu, suara berat yang sangat dikenalnya menggema dari dalam.
"Aku tidak menyangka akan bertemu di tempat ini."
Catrina membeku. Kemudian, dengan cepat, ia berlari masuk ke dalam kedai, hampir menabrak seorang pelayan yang membawa nampan penuh minuman.
Dan di sana, duduk di salah satu sudut ruangan dengan posisi santai, adalah Reinhardt—pria yang telah mengajarinya selama tiga tahun, sosok yang pernah menjadi mentornya sebelum mereka berpisah.
Catrina terdiam sesaat, lalu tanpa bisa menahan diri, ia langsung menerjang pria itu dalam sebuah pelukan penuh tenaga.
"REINHARDT!" serunya keras, membuat beberapa pelanggan menoleh.
Reinhardt terkekeh, tetapi tidak menolak pelukan itu. "Heh, jadi bocah kecilku akhirnya kembali."
Sementara itu, dari meja yang sama, beberapa orang lainnya menatap pemandangan itu dengan ekspresi campuran antara terkejut dan geli.
Lyssa, penyihir misterius yang dulu sering mengajari Catrina sihir dasar, menyandarkan dagunya ke tangan.
"Wah, lihat siapa yang kembali. Tidak kusangka kau masih hidup setelah petualangan gilamu."
Sorrel, sang pemburu dan ahli jejak, bersedekap sambil mengangguk puas.
"Dia bertahan tiga tahun tanpa kita. Kurasa latihanku tidak sia-sia."
Veyna, informan licik yang selalu punya berita terbaru, hanya tersenyum tipis.
"Selamat datang kembali, Catrina. Kudengar kau sekarang membawa sekelompok teman baru."
Catrina akhirnya melepaskan Reinhardt dan mundur selangkah, matanya berbinar-binar.
"Aku tidak percaya aku bertemu kalian di sini! Aku benar-benar merindukan kalian semua!"
Kelompoknya yang lain mulai memasuki kedai, menatap dengan penuh rasa ingin tahu.
"Jadi ini mereka?" kata Gareth, si ahli ledakan yang dulu sering mengajari Catrina tentang jebakan dan strategi perang.
Catrina tersenyum lebar dan mengangguk. "Iya! Mereka temanku sekarang! Ini Anari, Niana, Aleandro, Rokan, dan Theodore!"
Mata Reinhardt beralih dari satu orang ke orang lain, menganalisis mereka dengan cepat. "Kelihatannya kau memilih teman yang menarik."
Niana sedikit gugup, tetapi membungkuk sopan. "Senang bertemu kalian. Catrina sering berbicara tentang kalian."
Anari melipat tangan di dada, menatap Reinhardt dengan kritis. "Jadi, kau mentornya? Kudengar kau cukup tangguh."
Aleandro menyeringai. "Kau pasti punya banyak cerita menarik tentang Catrina."
Rokan, yang sudah mendengar nama Reinhardt dari cerita Catrina, menatapnya penuh penilaian. "Aku ingin tahu seberapa kuat kau sebenarnya."
Theodore, seperti biasa, hanya tersenyum damai. "Senang bertemu kalian semua."
Darrik, sang Ksatria Bayangan, tertawa kecil. "Kelompok yang berwarna. Aku menyukainya."
Kaelen, sang ahli tombak, menyipitkan mata. "Jadi, apa rencanamu berikutnya, Catrina?"
Catrina menarik napas dalam-dalam, lalu dengan penuh semangat berkata, "Kami sedang dalam perjalanan ke Pulau Terapung. Aku yakin ada sesuatu di sana yang bisa memberi kami jawaban tentang dunia ini!"
Reinhardt mengangguk. "Pulau Terapung, ya...? Itu tempat yang berbahaya. Tapi kurasa tidak ada yang bisa menghentikanmu."
Catrina tersenyum lebar. "Tidak ada."
Sorrel menatap Reinhardt dan menyeringai. "Kurasa kita bisa membantu mereka sedikit. Bagaimanapun juga, Catrina adalah murid kita."
Veyna tertawa kecil. "Aku punya beberapa informasi tentang jalur terbaik menuju Pulau Terapung. Mungkin kita bisa berbagi cerita sambil makan?"
Reuni ini tidak hanya menghidupkan kembali ikatan lama, tetapi juga membuka kemungkinan baru. Dengan pengalaman yang telah mereka dapatkan, kedua kelompok ini mungkin bisa saling mendukung dalam perjalanan mereka.
Dan mungkin, perjalanan ke Pulau Terapung akan menjadi awal dari petualangan yang lebih besar lagi.