Author : Cerpen dari 01 sampai sekian ini kutulis karena ide yang tiba-tiba terlintas karena aku telah mengubah-ralat merevisi alur cerita utama dari CRIMSON HORIZON.
Karena masih bimbang antara aku akan melanjutkan versi revisi yang baru atau memulihkan alur pertama dari cerita ini.
Jika ke depannya aku memilih untuk memulihkan alur utama, maka ini akan dianggap sebagai spoiler untuk saat ini bagi yang membaca cerpen ini dan Crimson Horizon.
Meskipun pastinya setelah memulihkan alur cerita utama akan ada beberapa adegan yang berbeda dan bahkan tidak ada di alur utama yang dulu.
------------
Timeline : Pintu Masuk Kekaisaran Lian
____
Dua gadis dengan latar belakang yang sangat berbeda.
Niana, seorang putri yang hidup dalam bayang-bayang keluarganya. Terasing, terlupakan, dan dihantui oleh ketakutan akan pengabaian.
Anari, seorang pemimpin muda yang membangun jalannya sendiri. Keras, analitis, dan tidak mempercayai siapa pun dengan mudah.
Mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.
Namun, dalam perjalanan ini, seseorang telah mempertemukan mereka—Catrina.
Dan tanpa mereka sadari, pertemuan ini akan mengubah jalan hidup mereka selamanya.
Catrina berjalan di antara keramaian Kekaisaran Lian dengan mata berbinar.
Baginya, setiap kota memiliki cerita, setiap sudut menyimpan petualangan baru.
Tapi kali ini, dia datang bukan hanya untuk petualangan.
Dia datang untuk mempertemukan dua orang yang mungkin tidak akan pernah bertemu jika bukan karena dirinya.
Di sampingnya, Niana berjalan dengan hati-hati, masih belum terbiasa dengan dunia luar setelah bertahun-tahun diasingkan.
"Kau yakin dia ada di sini?" tanya Niana dengan suara pelan.
Catrina mengangguk. "Anari selalu tahu segalanya. Kalau kita mencarinya, dia pasti sudah tahu sebelum kita tiba."
Dan benar saja.
Sebelum mereka sempat mencapai tujuan, seseorang dengan jubah hitam mendekati mereka.
"Sang Pemimpin ingin bertemu dengan kalian," katanya singkat.
Catrina tersenyum lebar. "Aku bilang apa? Dia selalu tahu."
Niana menelan ludah, merasa sedikit gugup.
Dan dengan itu, mereka dibawa ke markas Anari.
Ruangan itu dipenuhi dengan tumpukan dokumen, peta, dan berbagai simbol yang Niana tidak mengerti.
Dan di tengah ruangan itu, seorang gadis dengan rambut hitam panjang dan mata tajam duduk di balik meja.
Anari.
Catrina langsung melambaikan tangan. "Hei, Anari! Lama tak bertemu!"
Anari menatapnya sebentar, lalu beralih pada Niana.
"Dan ini siapa?" tanyanya tanpa basa-basi.
Niana merasa tatapan gadis itu begitu menusuk.
Catrina melangkah di antara mereka dan meletakkan tangannya di bahu Niana.
"Dia adalah seseorang yang perlu kau temui," katanya dengan penuh keyakinan.
Anari menyipitkan mata. "Kenapa?"
"Karena kau dan dia… lebih mirip dari yang kau kira," jawab Catrina.
Anari mendengus. "Aku ragu."
Tapi Niana mengangkat kepalanya dan menatap balik Anari.
"Aku putri kedua Kekaisaran Atria," katanya dengan suara tegas. "Aku tahu siapa diriku, dan aku tahu betapa kecilnya tempatku di dunia ini."
Anari menaikkan alisnya.
Kali ini, dia benar-benar tertarik.
Anari tidak langsung menerima Niana.
Dia tidak percaya pada siapa pun dengan mudah.
Jika Catrina ingin mereka bekerja sama, maka Niana harus membuktikan dirinya.
"Di dunia ini, informasi adalah senjata," kata Anari. "Jika kau ingin mendapatkan kepercayaanku, tunjukkan padaku bahwa kau bisa memahami bagaimana dunia ini bekerja."
Dia memberikan Niana sebuah dokumen rahasia.
"Ada sesuatu yang salah dalam laporan ini. Cari tahu apa itu."
Niana menggenggam dokumen itu, mencoba mencerna informasi yang ada.
Nama, tanggal, pergerakan pasukan… semuanya tampak biasa.
Tapi… ada sesuatu yang tidak cocok.
Tiba-tiba, Niana menyadari sesuatu.
"Angka-angka ini," katanya sambil menunjuk ke sebuah bagian laporan. "Mereka seharusnya tidak cocok dengan catatan cuaca dari wilayah perbatasan."
Anari tersenyum tipis. "Jadi kau memperhatikan detail."
Niana menatapnya dengan yakin. "Aku mungkin tidak terbiasa dengan dunia ini, tapi aku belajar."
Anari bersandar di kursinya. "Baiklah. Aku akan mendengar apa yang kau ingin katakan."
Malam itu, Niana duduk di balkon markas Anari, menatap langit Kekaisaran Lian yang dipenuhi bintang.
Dia tidak menyangka bisa berbicara sebanyak itu dengan Anari.
Tapi di balik ketajaman gadis itu, dia mulai memahami sesuatu.
Anari bukan hanya pemimpin yang sinis dan tajam.
Dia juga seseorang yang berusaha bertahan di dunia yang keras ini dengan caranya sendiri.
Tak lama, Anari datang dan berdiri di sampingnya.
"Kau ingin kembali ke Atria?" tanya Anari tiba-tiba.
Niana menghela napas. "Aku tidak tahu."
Anari menatap langit. "Dulu aku juga tidak tahu apakah aku ingin tetap berada di Lian atau pergi ke tempat lain."
Niana menoleh padanya. "Lalu kenapa kau tetap di sini?"
Anari tersenyum kecil. "Karena di sinilah aku bisa melakukan perubahan."
Niana terdiam, merenungkan kata-kata itu.
Dan di saat itu, dia menyadari sesuatu.
Dia dan Anari benar-benar lebih mirip dari yang dia kira.
Ketika fajar menyingsing, Catrina menemui mereka berdua di ruang utama markas.
Dia tersenyum lebar. "Jadi, bagaimana? Apa kalian sudah bisa bekerja sama?"
Anari dan Niana saling bertukar pandang.
Lalu, dengan nada yang sama, mereka berkata, "Mungkin."
Catrina tertawa. "Itu sudah lebih baik daripada ‘tidak’!"
Niana menghela napas, lalu tersenyum.
Mungkin, pertemuan ini adalah langkah pertama.
Mungkin, untuk pertama kalinya, dia benar-benar menemukan seseorang yang bisa memahami dirinya.
Dan semuanya terjadi karena satu hal…
Karena Catrina mempertemukan mereka.