Kumala gadis manis berhijab itu berjalan menyusuri jalan.Jalan tersebut biasa dia lalui bersama dengan Imran,Imran adalah teman dekatnya yang sekarang pergi ke Ibu kota karena harus mengikuti orang tuanya.
Kumala duduk di ayunan yang pernah menjadi saksi kebersamaan dengan Imran.
"Imran saat kamu bersinar apa kamu masih mengingatku?"tanya Kumala dalam hati.
"Mala,sudah mau Magrib ayo masuk ndak baik anak gadis berada diluar."kata Ibunya Mala.
"Iya Bu."jawab Mala.
Saat ini Imran tengah menjadi perbincangan hangat diberbagai media,baik media cetak maupun media Elektronik.
Kumala mengganti saluran televinya dengan berita yang lain.
Ingatannya kembali kemasa dimana pertama kali Imran pindah ke sekolahnya.
Imran duduk didekat Mala yang kala itu duduk sendiri karena teman sebangkunya ijin.
"Imran duduklah didekat Kumala."kata Pak Guru.
Imran mengangguk menuju tempat duduknya,wajahnya sumringah karena mendapatkan tempat duduk didepan,begitu duduk Imran langsung menoleh kearah trman sebangkunya,wajahnya berseri karena memasang senyum diwajahnya.
"Hei,aku Imran."sapa Imran
"Mala."kata Mala sambil menunduk
Imran yang sedikit ugal-ugalan memberanikan diri meraih buku paket yang sedang dipegang oleh Mala,dia membuka halaman demi halaman dan kembali menutupnya.
Mala meraih buku yang masih berada didepan Imran namun tangan Imran juga menyentuhnya sehingga kedua tangan mereka beradu.
"Uhh,maaf."kata Mala
"Ini."kata Imran sambil mendorong buku kedepan Mala
Saat istirahat Imran pergi kekantin bersama dengan Alan dan Geri,mereka duduk setelah memesan makanan dan mengambil sebotol minuman,saat makanan datang dia juga menatap Mala yang berjalan melewatinya,Mala hanya membeli sebotol minuman air mineral dan kembali menghilang ditelan keramaian kantin sekolah.
"Imran,kamu pindahan darimana?"tanya Alan
"Jakarta."jawab Alan
Bel tanda masuk kelas berbunyi dengan nyaring,Alan dan Imran bergegas masuk namun Geri masih harus kekamar kecil.
Waktu berlalu dengan cepat,bel tanda akhir sekolah berbunyi,Mala sudah lebih dahulu keluar sementara Imran kelabakan mencarinya.
Namun saat melihat tas Mala dia langsung berlari dan berjalan mengikutinya.
"Mala."panggil Imran
"Ada apa?"tanya Mala
"Rumah kamu dimana?"tanya Imran
"Tidak jauh dari sini,kamu sendiri tinggal dimana?"tanya Mala
"Rumah ujung."jawab Imran
Mendengar jawaban Imran membuat Mala paham,padalnya rumah ujung adalah satu-satunya rumah yang biasa dipakai oleh seseorang yang sedang bertugas dikampungnya.
"Jadi orang tuamu dokter ya?"tanya Mala
"Begitulah."jawab Imran
Mala dan Imran selalu bersama setiap hari,tetkadang Imran bisa sampai sore karena harus mengerjakan tugas dirumah Mala.
Tanpa terasa satu semester berlalu,Imran harus kembali pindah keJakarta karena tugas kedua orang tuanya sudah selesai,jika bisa menambah mungkin Imran ingin menambah sekali waktu yang kurang.
"Pa,apa tidak bisa ditunda dulu sampai kenaikan kelas?"tanya Imran
"Tidak sayang,kita harus segera pindah,rumah ini mau dipakai dokter yang menggantikan Papa."jawab Papa Imran
Imran pamit kerumah mala dengan membawa tas ranselnya,Papa masih memberinya waktu hingga sore hari ini.
Dirumah Mala sedang duduk disebuah ayunan sambil membaca buku kesukaannya,mendengar suara Imran mengucapkan salam membuat Mala tersenyum,namun saat menatap wajahnya senyum Mala perlahan memudar,tidak pernah Mala melihat wajah letih Imran.
"Kamu kenapa?"tanya Mala
"Mala,aku pamit."jawab Imran
"Kamu mau kemana?"tanya Mala
"Aku harus kembali ke Jakarta sore ini."jawab Imran sambil membuka tas dan mengeluarkan sebuah buku
Mala menerima buku pemberian Imran dengan tangan gemetar,wajahnya memanas dan dia tidak sanggup menahan air matanya.
Begitu berat tangan Mala melepaskan Imran,tidak ada kata yang terucap sama sekali hanya butiran bening yang terus mengalir membasahi pipi.