Langit siang itu cerah, tapi hati Radha terasa mendung. Ia duduk di pojok kantin SMA Bhakti Bangsa bersama tiga sahabatnya: Yessy, Dhea, dan Syira. Mereka sedang menikmati gorengan dan es teh manis sambil membahas tugas Biologi yang menumpuk.
“Eh, Rad,” bisik Dhea tiba-tiba. “Tuh, si Rama datang.”
Radha spontan menoleh. Rama, mantan pacarnya, muncul dari pintu kantin. Bersama Julio, Reza, dan Abian, dia berjalan pelan dengan tatapan lurus ke arah meja Radha.
“Duh, apa lagi sih dia?” gumam Yessy sambil melirik tajam.
Langkah Rama terhenti di depan meja mereka.
“Radha… boleh ngobrol sebentar?” katanya, suaranya terdengar ragu tapi serius.
Radha tidak berdiri. Ia hanya menatap mantan yang dulu ia cinta, yang kini datang dengan wajah penuh penyesalan.
“Ngomong aja di sini, Ram,” jawab Radha datar.
Rama menarik napas dalam-dalam, lalu bicara, “Aku... aku nyesel ninggalin kamu. Dulu aku bodoh. Sekarang aku sadar… aku masih sayang. Aku pengin kita balikan.”
Meja itu sunyi. Semua mata tertuju pada Radha.
Ia bangkit dari kursinya perlahan. Matanya menatap Rama, tapi bukan dengan cinta — melainkan ketegasan.
Ia menoleh ke teman-temannya. Yessy, Dhea, dan Syira langsung berdiri. Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi.
Lalu, suara Radha mengalun pelan namun jelas, membuat kantin yang riuh seketika senyap:
🎵 Cinta, bukan ku tak mau terima cintamu
Kar'na ku sudah ada pengganti dirimu
Biarkan semua jadi masa lalu
Cerita terindah antara kau dan aku 🎵
Yessy menyambung, suaranya lantang:
🎵 Mau tak mau ku harus menolakmu
Kar'na ku sudah ada pengganti dirimu 🎵
Dhea melangkah maju dengan nada suara sedikit sinis:
🎵 Aku yang sekarang bukanlah yang dulu
Maafkan mantan, aku tak tau 🎵
Syira tersenyum dan ikut menutup dengan tepukan ringan di pundak Radha.
Penonton — alias siswa-siswa kantin — bertepuk tangan. Ada yang bersiul, ada yang merekam, bahkan beberapa berteriak, “Go girl!”
Rama hanya berdiri diam. Wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa kecewa, malu, dan kehilangan yang datang bersamaan.
Julio, sahabatnya, menepuk bahu Rama pelan. “Gue udah bilang, bro. Nggak semua cinta bisa diulang.”
Radha berjalan mendekat. Ia menatap Rama untuk terakhir kalinya dengan mata yang tak lagi terluka.
> “Dulu kamu pergi waktu aku paling butuh. Sekarang aku nggak butuh kamu lagi. Aku bahagia, Ram. Dan kamu… cuma bagian dari cerita.”
Kemudian Radha kembali ke kursinya. Yessy mengangkat gelas es tehnya.
“Untuk cinta lama… yang cukup jadi lirik lagu.”
Mereka bersulang. Sementara Rama perlahan berjalan keluar kantin, dengan satu pelajaran besar:
Jangan datang lagi saat yang kamu tinggalkan sudah menemukan jalannya.
---
TAMAT