Sejak menikah dengan wanita yang berasal dari kampung perubahan sikap kakak lelaki ku sangat terlihat jelas bahkan ketika ibu atau ayah sakit terlihat biasa saja tidak seperti dulu.
Termasuk padaku dan kakak perempuan ku.
Kami terlahir dari keluarga sederhana aku putra bungsu yang sudah lulus SMA.
Setiap bulan hanya satu kali berkunjung ke rumah , bahkan akhir-akhir ini belum menunjukkan lagi wajah nya.
Aku sudah menghubunginya memberi tahu kalau ibu sedang sakit dan Tante ku juga sakit tapi belum juga datang.
Aku menulis surat untuk nya di kertas selembar , sekarang kondisi ku sudah parah, aku terkena tumor yang ganas , dokter bilang waktu ku tak lama lagi maka dari itu aku menulis surat untuk nya .
Suara monitor terdengar jelas di telinga ku dan keluarga ku memantau kondisi ku
Di samping brankar rawat ku terlihat ibu yang sudah membaik. Ayah dan kakak perempuan ku duduk di samping kiri brankar rawat ku.
" Bu, berikan surat ini pada mas Dani aku ingin dia membaca nya" suara ku dari balik alat bantu pernafasan yang membantuku bertahan hidup.
" Pasti, kamu harus sembuh ya Ri karena kami sangat menyayangi mu" Ibu mencoba tersenyum meski aku tau kalau beliau begitu sedih dan takut.
" Aku gak janji Bu, karena aku sudah sangat parah" aku membelai lembut rambut ibu yang di biarkan tergerai.
Tiittttt!!!
Monitor sudah menunjukkan garis lurus yang artinya aku sudah tidak lagi bernyawa.
Isak tangis menyelimuti ruangan ICU, ibu , ayah dan kakak ku menangis di sampingku.
Singkat, prosesi pemakaman ku berlangsung penuh air mata mengalir. Mas Dani kakak lelaki ku hanya terdiam kaku tanpa seucap kata pun , dia hanya diam menyaksikan pemakaman ku.
Surat itu di sodorkan oleh ayah pada mas Dani.
Dengan air mata berlinang mas Dani membuka nya lalu membaca nya .
'Mas aku Ridan adik mas yang sakit- sakitan , aku sangat berterima kasih pada mas yang sudah memberikan aku uang untuk biaya pengobatan ku sedari aku lahir , aku senang karena mas sangat berjuang keras untuk ku, aku kini tidak bisa berkumpul bersama kalian lagi karena tumor ku sudah parah, maafkan aku mas karena aku tidak memberitahukan tentang kondisi ku pada mas, aku akan tetap menjadi saudara mas sampai kapan pun, aku sayang sama mas meski kini aku sudah tidak di dunia yang sama( Ridan Pratama).
Tangis mas Dani pecah tubuh nya lemas , kini penyesalan telah datang ketika aku sudah tak ada lagi.