HARI ini hujan turun lagi. Gumpalan awan tampak abu-abu kehitaman, menutupi langit yang suram.
Aku terpaku menyaksikan perubahan cuaca di saat ini. Lidahku kelu seolah dikunci rapat. Hatiku tiba-tiba terasa sakit. Kecewa, terluka dan dikhianati. Itulah perasaan yang kualami pada waktu ini. Semuanya bercampur-aduk.
"Zahra, kamu ngapain ngelamun di situ? Hujan tau...nanti kamu sakit. Ayo masuk! " Gina mengheretku masuk ke dalam rumah. Aku terpaksa mengikuti langkahnya. Langkahku tidak kedengaran. Layu bagai mayat hidup. Seolah hilang semangat dalam sukma ku.
"Sudahlah...jangan mikirin hal itu lagi, Zahra. Sampai kapan loh terus kayak gini? " Gina menatap wajahku dengan riak muka kecewa. Ya, aku mengerti. Dia pasti kecewa kerana aku berlarutan dalam kesedihan dan kehampaan ini. Tapi...aku tidak dapat membendung perasaan ini. Ianya sakit. Menyayat hatiku.
***********
(Imbas kembali)
12 Maret 2023
Hari Kamis
Segalanya bermula disini. Pada musim semi di tanah tempat Matahari Terbit ini. Ketika itu, aku sedang bersantai di Taman Kazahaya no Sato. Salah satu taman bunga Hydrangea yang terkenal di Jepang ini. Ya, pastinya pemandangan taman itu indah sekali. Ianya telah menambat hatiku. Sehingga...setiap kali bunga-bunga Hydrangea mekar di sini..aku selalu mampir untuk beristirehat di taman ini. Apalagi di saat setelah hujan turun, bunga Hydrangea akan mengorak kelopak. Titisan hujan membasahi kelopaknya...menambahkan keindahan bunga itu. Sehingga..kugelar taman ini sebagai taman 'Hydrangea After Rain'.
Kembali ke cerita tadi, aku di sini bukan hanya untuk beristirehat. Tapi aku sedang menunggu buah hatiku. Cinta pertamaku... semestinya dia seorang yang baik hati. Orangnya perhatian, tajir, tampan dan cool. Usianya baru mencecah 26 tahun. Lebih tua dari aku yang baru berusia 20 tahun.
"Zahra, maaf ya aku telat. Pasti lama nungguin aku..." Dia mendekati aku lalu duduk di sampingku. Riak mukanya kelihatan menyesal. Serba-salah.
Aku cuma tersenyum tipis. "Nggak apa-apa. Aku baru sampai kok di sini. Baru 10 menit yang lalu," balasku.
"Kamu itu baik banget sama aku.." katanya. "Aku jadi serba-salah..." Sambungnya lagi.
"Erwin...jangan bicara seperti itu. Aku nggak apa-apa kok. Lagipula aku tau...kamu sibuk hari ini." Aku memegang erat tangannya. Erwin tersenyum ke arahku. Tatapan matanya mampu membuat jantungku berhenti berdetak.
"Kamu itu ibarat bidadari buat aku," ucap Erwin. Aku terpaku. Serasa hati ini meleleh bak es di Antartika.
"Kamu...ngombalin aku aja..." Aku mengalihkan pandangan ke arah lain. Si dia pula tersenyum licik. Aku jadi salah tingkah.
******
(Imbas kembali)
13 Maret 2023
Jumat
Hari ini, adalah hari yang terindah bagiku. Mentari bersinar cemerlang di pagi ini. Titisan embun masih kelihatan di hujung daun rumput karpet. Menyegarkan indera penglihatan.
"Kamu sudah siap? " Soal mamaku. Aku terkedu seketika. Menelan ludahku diam-diam. Jiwaku bergetar hebat.
"Iya, mama. Aku siap.." jawapku. Padahal hatiku gundah. Getaran di jiwa berirama rancak.
Mama merangkul lenganku lalu membawaku keluar dari kamar tidur. Aku berjalan sambil memandang ke hadapan. Ke arah barisan tamu yang diundang di majlis resmi ini.
Kelopak bunga mawar putih ditabur di sepanjang karpet merah. Para tamu bertepuk tangan dengan gemuruh. Tersenyum sambil melambai-lambai ke arah kami. Aku semakin berasa gelisah. Kulihat wajah mamaku. Dia hanya tersenyum simpul kepadaku. Matanya berkaca-kaca, digenangi air mata. Tatapan matanya kelihatan sayu. Aku tersenyum kembali. Mengerti perasaan yang dialaminya waktu ini. Dia terharu karena aku akan menjadi istri orang. Bakal permaisuri seorang laki-laki yang baik buat anak gadisnya ini.
Langkah diatur semula. Mamaku memegang tanganku dengan erat sehingga tiba di pelaminan. Di sana, aku melihat Erwin sedang duduk bersama penghulu yang berwenang untuk melaksanakan akad nikah dan mencatat pernikahan kami. Para saksi turut berada di sana.
Erwin memandang sekilas ke arahku sebelum tunduk. Aku bisa menduga bahwa dia juga sama seperti aku. Sama-sama gemuruh. Canggung. Berperang dengan detak jantung yang berirama rancak.
Aku duduk di sebelah mama. Tunduk memrenung lantai pelamin yang dihias indah. Berusaha menenangkan diriku.
"Saudara Erwin Bin Diandra, aku nikahkan engkau dengan Saudari Zahra Batrisya binti Amin dengan mas kahwin 1 juta rupiah," ijab penghulu agama.
"Aku terima nikahnya Zahra Batrisya binti Amin dengan mas kahwin 1 juta rupiah," lafaz Erwin.
Aku merasakan dunia seakan terhenti. Aku terdiam karena aku sudah sah menjadi istri kepada orang yang kucintai...dan Erwin juga sah menjadi suamiku. Kami telah resmi sebagai suami istri.
...........
Jam 10 malam
Majlis akad nikah yang dilangsungkan sudah selesai. Para tamu dan penghulu sudah pulang. Kini, tinggal aku bersama Erwin berada di kamar pengantin.
Erwin memandang ke arahku. Membuat hatiku luluh. Aku hanya tersenyum malu. Tunduk memandang kuku ku sendiri.
Malam itu berlalu dengan perlahan. Kami melayari bahtera cinta buat pertama kalinya. Kamar tidur agak suram..hanya diterangi sinar bulan purnama yang menyelinap masuk di celah tabir.
*********
(Imbas kembali)
20 April 2023
Senin
Bulan demi bulan berlalu pergi. Musim silih- berganti. Kini, genaplah sebulan usia pernikahan aku dan Erwin.
Kami melalui hari-hari yang indah. Terasa seperti dunia ini hanya kami yang punya. Hatiku sentiasa berbunga-bunga. Cintaku terhadap suamiku kian berbuah.
Tapi....siapa yang mampu menduga takdir Allah SWT pada waktu mendatang. Ribut petir mulai melanda bahtera cinta kami.
Sore itu, aku baru pulang dari kantor, tempat kerjaku. Aku langsung masuk ke rumah dan meletakkan tas tangan di meja kaca ruang tamu.
Karena aku merasa sangat capek, aku merebahkan badan ke sofa yang empuk. Mataku terasa berat. Kantuk menyerang aku tanpa belas kasihan.
Tiba-tiba, aku mendengar suara tawa wanita di tingkat atas. Diiringi suara tawa riang seorang laki-laki. Aku kaget mendengar suara tawa yang kuat itu.
Aku terdiam. Aku mengenali suara tawa laki-laki itu. Itu adalah suara suamiku! Dan...suara wanita itu siapa?
Aku mulai sangsi. Aku bangun kemudian mendaki anak tangga menuju ke kamar tidur yang terletak di tingkat atas. Perasaanku tidak tenang. Dadaku berdebar kencang.
"Mas? Kamu sedang buat apa?" Tanyaku. Aku masih berdiri di pintu yang tertutup rapat.
"Zahra? " Kedengaran suara Erwin dari dalam kamar tidur. Seperti kaget mendengar suara aku.
"Gak ngapa-ngapain kok, Sayang," balasnya.
Tapi, aku tidak berpuas hati. Aku merasa tidak enak. Firasatku mengatakan bahwa sesuatu perkara buruk sedang berlaku di sana.
Aku membuka pintu kamar tidur dan melangkah masuk. Tapi...aku terkedu di ambang pintu. Mataku terkunci ke arah Erwin yang sedang berpelukan dengan seorang wanita cantik. Aku kaku bagai boneka.
"Apa-apaan ini? " Aku mendekati mereka. Jantungku berdetak hebat. Jiwaku terguncang. Kaget menyaksikan perbuatan Erwin dengan wanita asing itu.
"Sayang? " Erwin melepaskan wanita itu lalu memegang tanganku. Riak mukanya kelihatan serba-salah. Mungkin juga takut karena perbuatannya sudah terbongkar.
"Kamu....tega banget sama aku.." Aku memandang sayu wajah suamiku. Pandanganku mulai kabur dengan air mata.
"Sayang...aku boleh jelaskan semuanya pada kamu...ini..."
"Ini tidak seperti yang kamu lihat..."
Erwin melutut di hadapan ku. Sama seperti dia melutut di hadapan ku, di saat dia melamar aku. Tapi, sekarang berbeda. Dia melutut karena memohon maaf atas perbuatannya.
Aku menggeleng. Hatiku remuk. Aku merentap pergelangan tangan ku, melepaskan diri daripada cengkaman tangan Erwin. Aku berundur ke belakang. Air mataku mengalir deras. Sakitnya kurasakan tidak dapat dibayangkan, tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
"Biarkan saja dia pergi, Erwin. Kan kamu masih punya aku..." Tutur wanita cantik itu sembari memeluk suamiku dari belakang. Aku berasa semakin sakit melihat tindakan berani wanita tersebut.
Aku berpaling ke belakang. Tidak tahan menyaksikan semua itu. Aku menahan suara tangisku. Berusaha menahan air mataku daripada terus bercucuran. Tapi aku tidak bisa.
Erwin dan wanita cantik itu mulai bertengkar. Aku mengabaikan mereka. Tanpa membuang waktu, aku keluar dari kamar tidur itu dan meninggalkan rumah itu.
Aku menyetir mobil dengan perasaan sayu. Hatiku remuk...hancur berkecai seperti kaca yang dihempas ke batu. Aku menangis di sepanjang jalan.
******
(Imbas kembali)
30 Jun 2023
Minggu
Sebulan sejak peristiwa meluluhkan hati itu, kami telah berpisah. Erwin telah menceraikan aku. Kami membawa haluan masing-masing. Dia dengan kekasih cantiknya....dan aku dengan hidupku sendiri. Mengemban luka yang masih berdarah.
Aku mendapat informasi perselingkuhan suamiku daripada saudara sepupuku. Erwin sudah lama selingkuh...bahkan waktu sebelum kami bernikah lagi.
Wanita cantik itu bernama Melissa, mantan pacar Erwin ketika SMA. Kepergian Melissa ke luar negri telah menggantung hubungannya dengan Erwin.
Dan...Erwin mendekati aku hanya sekedar hiburan. Buat penghilang rasa bosan. Untuk mengisi waktu sepinya.
Ternyata selama ini aku dipermainkan oleh Erwin. Aku dijadikan seperti boneka... dimanipulasikan sesuka hatinya. Aku berasa bodoh. Tertipu dengan kebaikan hati Erwin.
Aku benci setiap kali mengingat kenangan pahit itu. Menggugat ketenangan jiwa di hati ini. Terasa semuanya berlaku seperti kelmarin. Masih teringat kejadian memilukan itu.
********
(KINI)
"Kamu mengelamun lagi, Zahra? " Sentuhan lembut Gina di bahuku membuatkan aku tersadar dari ingatan silam. Aku mengelap air mata yang mengalir di pipiku. Coba menahan tangis yang meruntun hati.
"Jangan nangis lagi, Zahra. Kamu nggak boleh kek gini terus....nanti kamu sakit gi mana? Ibu kamu tambah khawatir kalo liat kamu seperti ini," pujuk Gina.
Dia memeluk aku. Aku tetap diam. Rebah dalam pelukan sang sahabat baikku. Air mataku gugur setitis demi setitis. Mengalahkan guyuran hujan di luar rumah.
Dan...bunga Hydrangea sedang bermekaran di laman rumah. Titisan hujan jatuh di atas kelopak bunganya yang lembut dan berwarna nila kebiruan. Sama seperti yang kulihat setiap hari di masa lalu ; di Taman Kazahaya no Sato. Tempat kenangan pahit itu mulai terpahat dalam sejarah hidupku.
_Tamat_