Di suatu pulau tenagah samudra. Hiduplah suatu keluarga besar, hingga membentuh sebuah desa. Mereka bukanlah manusia melainkan ras unhuman, Elf.
Elf memiliki kepekaan terhadap energi alam, yang mereka sebut mana. Mana mewakili setiap elemen dasar alam yaitu: Tanah, air, angin, dan api. Keempat elemen ini adalah dasar kekuatan para Elf.
Sampai suatu hari, lahir seorang anak laki-laki berelemen kegelapan dari keturunan mereka. Dia diberi nama Noir, yang berarti malam.
Noir adalah anak yang sangat di sayangi seluruh desa. Ia suka membantu dan tidak pernah menolak permintaan. Walau tidak bisa melakukan kegiatan harian dengan kekuatan elemennya, Noir tetap membantu menggunakan tenaga fisiknya.
Elemen Noir bukannya tidak berguna, malah sebaliknya. Elemen gelapnya bisa merilekskan tubuh dan pikiran sesorang. Membuat mereka tertidur sementara di dalam kegelapan, dan bangun kembali dengan keadan segar.
Noir berteman baik dengan Luxia, anak perempuan berelemen cahaya dari elemen dasar api. Mereka sering saling membantu dalam kegiatan bersama. Dimana Luxia menggunakan kekuatan elemennya untuk membuat tumbuhan berfotosintesis lebih cepat.
Suatu hari saat malam tiba. Ketika Noir dan Luxia telah tumbuh dewasa. Mereka duduk bersama di atas bukit belakang desa, sambil memandang langit.
Luxia memandang bintang yang ada dilangit, sedangkan Noir memandang Luxia seperti bintang di hatinya.
"Noir..." gumam Luxia.
"Apa kau tau elemen apa yang pertama?"
Noir yang dari tadi memandang Luxia, kini mulai memandang langit. Keningnya sedikit mengkerut, berpikir.
"Apakah itu api? Karena bisa menghasilkan cahaya."
Luxia memandang Noir sebentar dan tersenyum.
"Tidak, eleman pertama adalah yang melihat elemen cahaya yang terlahir dari api."
Noir tidak memahami apa yang di maksud Luxia.
"Apa kau tidak bisa memberitahu ku lansung elemen apa itu Luxia?"
Luxia hanya diam dan menunjuk ke arah langit.
Tamat.