“Scorpio dan Gemini itu seperti minyak dan air,” kata temanku suatu sore, saat kami nongkrong di kafe dekat kampus.
Aku cuma nyengir sambil menyeruput kopi susu dingin. Lalu kutatap laki-laki di sebelahku yang sedang sibuk main-mainin sendok, matanya tajam, senyumnya tipis, dan auranya… misterius. Namanya Mateo Dia Scorpio sejati: tenang, penuh rahasia, dan sedikit menyebalkan.
Sedangkan aku? Aku Gemini. Supel, cerewet, suka perubahan, dan gampang bosen.
Kami seperti langit dan laut yang nggak pernah menyentuh… tapi selalu saling menatap dari jauh. Anehnya, kami justru klop. Walau sering adu mulut karena hal sepele. Kadang karena dia nggak jawab chat aku selama lima jam (katanya lagi ‘mikir’), atau karena aku tiba-tiba ngajak nonton film horor padahal dia lebih suka thriller psikologis.
“Mateo itu terlalu dalam, kamu terlalu loncat-loncat,” kata ibuku waktu pertama kali aku bilang aku dekat sama cowok Scorpio.
“Tapi dia yang paling ngerti aku,” jawabku waktu itu.
Dan memang benar. Di balik diamnya, Mateo selalu ingat hal-hal kecil yang aku suka. Dia tahu aku takut suara petir, jadi tiap hujan dia langsung telepon meski cuma bilang, “Aku di sini.” Dia tahu aku gampang overthinking, jadi tiap aku ngambek dia akan datang diam-diam bawa coklat dan bilang, “Udah, jangan drama.”
Aku pun tahu caranya membuat Mateo tertawa—yang katanya susah banget. Aku suka nyanyi lagu absurd tiap dia serius kerja, atau pura-pura ngambek cuma karena dia salah sebut nama artis Korea kesukaanku.
Kami berdua sama-sama keras kepala, tapi anehnya selalu saling mengalah di saat yang paling penting.
Suatu malam, waktu kami duduk di balkon rumah, Mateo menatap langit dan bertanya, “Kamu percaya zodiak?”
Aku tertawa. “Setengah percaya.”
“Katanya Gemini itu nggak setia.”
Aku menoleh padanya. “Dan katanya Scorpio itu posesif.”
Dia diam sebentar, lalu menggenggam tanganku. “Tapi kamu tetap di sini.”
Aku mengangguk. “Dan kamu tetap sama aku.”
Tahun-tahun berlalu. Pertengkaran masih ada, perbedaan tetap terasa. Tapi kami belajar: bukan soal cocok atau tidak cocok. Tapi soal mau berjuang atau tidak.
Hari ini, di altar yang dipenuhi bunga putih, aku berdiri dengan gaun sederhana. Di hadapanku, Mateo berdiri dengan jas hitam dan senyum yang hanya dia tunjukkan padaku.
Pendeta berkata, “Apakah kamu menerima pasanganmu dalam suka dan duka?”
Aku menatap mata Scorpio-nya yang dalam, dan menjawab dengan mantap, “Iya. Bahkan kalau zodiak bilang kita nggak cocok.”
Dan kami pun menikah.
Tamat