Malam itu, di bawah cahaya remang bulan, angin berhembus pelan. Di sebuah tempat sepi dekat danau, Abby dan Gebby berdiri berdua. Daun-daun kering berjatuhan dari pepohonan, seolah menyambut malam yang akan jadi saksi.
Abby, dengan wajah tampan yang mirip aktor Jerry Yan, menatap Gebby lekat-lekat. Cewek itu diam, menunduk, dan tampak makin kecil dalam balutan sweater cokelatnya.
"Aku suka kamu, Gebby. Aku cinta kamu," Abby mengucap dengan suara tenang tapi penuh keyakinan.
"Kamu mau gak jadi pacar aku?"
Gebby masih diam dada Gebby bergemuruh bingung mukan gak bisa jawab tapi mulut nya terkunci malu gak bisa ngomong
"Jawab dong Gebby, kamu tau pertanyaaan ku ini lebih mudah dari soal matematika, fisika, bahkan lebih mudah dari soal PPKn
Abby menelan ludah. Ia tahu Gebby pemalu, tapi diamnya kali ini membuat dada Abby sesak.
"Aku ulangi ya, biar kamu gak salah dengar. Aku cinta kamu, Gebby. Sejak pertama kali aku lihat kamu aku udh suka . Kamu beda. Kamu... bukan tipe cewek yang biasa aku suka, tapi justru itu yang bikin aku gak bisa berhenti mikirin kamu."
Tetap tak ada suara dari Gebby. Gadis itu hanya berdiri sambil menunduk, tangannya saling menggenggam di depan dada.
"Kamu gak perlu malu jawab aja di sini cuma kita berdua paling yang denger rumput"
Abby menghela napas. “Gebby... kamu bisa jawab gak? Iya atau enggak. Aku gak minta kamu jawab panjang lebar, cukup satu kata aja…”
Walupun kamu nolak aku aku gak akan marah ,aku gak akan ninggalin kamu sendiri di sini, ayo dong pliss jawab
Hening.
"Aku udah bawa kamu ke tempat sepi kayak gini karena aku tau kamu orangnya pemalu. Aku pikir di sini kamu bisa lebih bebas ngomong. Tapi... bahkan di tempat sepi ini pun kamu tetap diam." Nada suara Abby mulai terdengar kecewa.
“Aku ulangi lagi ya, yang ketiga kali. Aku suka kamu, Gebby. Aku serius. Aku gak main-main. Aku mau kamu jadi pacar aku. Boleh?”
Masih tak ada suara. "Abby aku mau jadi pacar kamu, tapi aku gak bisa bilang, harusnya kamu tau kalau aku mau kamu ajak jalan karena aku tu suka sama kamu, kamu peka sedikit dong ", batin Gebby
“Gebby...” Abby melangkah maju, berdiri sangat dekat dengannya. “Kalau kamu gak suka aku, gak papa... bilang aja. Tapi jangan diam gini. Aku jadi bingung, aku harus berhenti berharap atau terus nunggu.”
“Aku ulangi sekali lagi, terakhir,” bisik Abby sambil menatapnya lembut. “Aku cinta kamu, Gebby. Kamu mau gak jadi pacarku?”
Abby akhirnya tersenyum lelah. Menyerah “Oke... aku ngerti. Mungkin belum sekarang.”
"Ayo kita pulang?"
Mereka pulang dalam diam. Abby tetap mengantar Gebby sampai depan rumah tantenya. Sebelum turun dari motor, Abby menarik tubuh Gebby dalam pelukan hangat. Dan tanpa sadar, Gebby balas memeluknya.
Abby terkekeh, bahunya berguncang karena tawa senang. “Nah, gitu dong.”
Sadar dengan apa yang terjadi, Gebby panik dan langsung mendorong tubuh Abby. Dia buru-buru masuk ke halaman rumah, tapi Abby mengikuti dari belakang.
Di teras rumah, Gebby akhirnya berhenti. Ia membalikkan tubuh, menatap Abby dengan mata berkaca.
"Aku... aku sebenarnya juga suka kamu. Bahkan, aku juga cinta. Tapi… aku takut ngomong."
Abby menatapnya lama, lalu tersenyum. “Kamu gak perlu takut lagi. Aku denger kok. Dari mata kamu.”
“Aku ulangi lagi sekarang, Abby... aku cinta kamu.”
Abby tertawa, memeluk Gebby gemas. “Boleh gak aku cium bibir kamu?”
Gebby langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan. “Gak boleh!”
“Gak bakalan habis kok bibirnya,” rayu Abby sambil mengerling.
Dan akhirnya... ciuman pertama mereka pun terjadi. Pelan, manis, dan sangat hati-hati. Malam itu, mereka akhirnya resmi pacaran. Tanpa banyak kata, tapi penuh makna.
---