Di sebuah goa yang tersembunyi di hutan, hiduplah seekor kura-kura yang menjalani kehidupannya dengan seadanya. Kura-kura ini jarang sekali meninggalkan goanya, lebih banyak menghabiskan waktu di sana, mengandalkan buah apel yang jatuh dari satu-satunya pohon apel terdekat sebagai sumber makananya. Namun, ada saat-saat ketika pohon itu tak berbuah dan ia harus menahan lapar selama berhari-hari, menanti keajaiban berupa apel yang jatuh dari dahan.
Suatu hari, seekor kelinci melintas di depan goa tersebut. Ia melihat kura-kura menatap langit dengan penuh harap, seakan berharap ada buah apel yang akan jatuh dari pohon.
"Heii, Kura-kura! Apa yang sedang kau lakukan?" kelinci bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Aku menunggu apel jatuh," jawab kura-kura dengan suara yang lemah dan pasrah.
"Kau menyadari bahwa sekarang bukan musim apel berbuah, kan?" kelinci melanjutkan dengan nada bertanya yang santai.
"Iya, aku tahu," kura-kura mengiyakan dengan lesu.
"Lalu kenapa kau masih di sini menunggu apel jatuh?" kelinci bertanya lagi sambil memiringkan kepalanya, menunjukkan rasa penasaran yang tulus.
"Aku bingung harus mencari makan di mana lagi. Tak ada buah lain di sekitar sini yang bisa kumakan. Aku juga terheran-heran kenapa tahun ini pohon apel tidak berbuah sama sekali, padahal tahun lalu walau sedikit, tetap ada buah yang jatuh," jawab kura-kura, matanya menunduk.
"Kalau begitu, mengapa kau tidak mencoba menjelajah lebih jauh di hutan ini? Mungkin saja kau menemukan tanaman lain yang berbuah lebih banyak," anjur kelinci.
"Tapi kalau aku pergi, siapa yang akan menjaga rumahku? Lagipula, tempurung ini membuat langkahku begitu lambat," kura-kura menukas, menunjukkan kekhawatiran akan tempat tinggalnya.
"Goa itu hanya sebuah tempat berlindung dari panas hujan, bukan rumah. Lagi pula, kau tidak berbagi tempat dengan siapa pun di sana," kelinci menimpali dengan tenang.
"Namun, goa ini menyelamatkanku dari ancaman predator. Aku bisa bertahan selama ini berkat perlindungan goa," kura-kura menjelaskan dengan nada bersikeras.
"Ancaman predator bisa datang dari mana saja, goa ini kebetulan jarang ada predator yang berjalan di sini. Lagipula, jika ada predator yang kebetulan lewat, kau pasti akan diterkam juga. Sekarang, kalau pohon itu tidak memberi buah lagi, bagaimana kau bisa bertahan? Kau mau makan apa? Mau makan goa ini?" kelinci berkata dengan tegas.
Kura-kura terdiam, merenung dalam bisunya.
"Kau tak perlu takut meninggalkan tempatmu. Ada banyak pohon lain di luar sana yang mungkin bisa memberimu banyak buah sehingga kau tak akan merasa kelaparan lagi seperti sekarang ini" kelinci menyulut semangat baru dalam diri kura-kura.
"Bukan aku tidak mau mengeksplorasi dan mencari makanan. Tapi tempurung ini, sungguh menguras tenaga untuk membawanya," kura-kura mengeluh pelan.
"Kalau begitu, mengapa tidak mulai berjalan dengan perlahan. Daripada menunggu di satu tempat," kelinci memberi saran terakhir sebelum pergi mencari makan sendiri.
Setelah kelinci pergi, kura-kura termenung di bawah pohon apel, memikirkan kata-kata kelinci sepanjang malam. Keesokan harinya, walaupun tetap berlama-lama di bawah pohon, dia tidak menemukan buah apel untuk dimakan. Akhirnya, dia memutuskan untuk melakukan apa yang kelinci sarankan. Meski langkahnya lambat, ia menyusuri hutan, meninggalkan rasa nyaman dalam goa, berharap menemukan hadiah baru dari alam. Sungguh tak terduga, di ujung perjalanannya, ia mendapati sebuah area penuh dengan buah-buahan yang berjatuhan dari berbagai jenis pohon. Dengan penuh rasa syukur dan senang, kura-kura melahap buah-buahan tersebut sambil bersyukur atas keberaniannya mengambil risiko untuk perubahan.