---
Operasi Cincin & Nugget: Dua Cewek, Satu Misi, Nol Rencana
Pukul 01.57 dini hari.
Alena Rania terbangun dari tidur lelapnya dengan satu pikiran yang menguasai isi otaknya.
“NUGGET.”
Dia langsung duduk, rambut acak-acakan, mata merah, dan suara seperti tokoh utama sinetron yang baru sadar suaminya nikah lagi.
“Nugget. Aku butuh nugget. Sekarang.”
Di ranjang sebelah, Zeinia masih tertidur, tapi entah kenapa... dia menjawab.
“Aku udah cuci kaki... jangan paksa aku keluar...”
Alena melirik jam. Tiga menit menuju pukul dua pagi. Dengan semangat detektif yang baru nemu jejak pelaku, dia membangunkan Zeinia secara halus.
Alias: menyodokkan sandal ke pipi sahabatnya.
“Zei. Bangun. Darurat nasional. Perut aku demo.”
Zeinia mengerjap. “Demo... atau kudeta?”
“Ngamuk. Ngajakin tawuran. Nugget, Zei. Kita harus cari nugget sekarang.”
Zeinia bangkit perlahan. Matanya sayu, wajahnya kalem, tapi satu detik kemudian dia berdiri seperti ninja dan ambil jaket. “Ayo. Misi ini butuh kita berdua.”
Dan begitulah dua gadis itu—di tengah malam, dengan uang pas-pasan dan otak separuh sadar—memulai Operasi Nugget Jam 2 Pagi.
---
Mereka menyelinap keluar dari asrama, seperti agen rahasia yang salah masuk dunia. Tujuan mereka: minimarket 24 jam paling dekat.
Jarak? Sekitar 500 meter.
Hambatan? Hujan deras dan seekor kucing oranye misterius yang duduk di tengah jalan dan menatap mereka tanpa berkedip.
“Dia... kayak nyuruh kita balik.” bisik Alena.
“Dia... penjaga alam mimpi.” kata Zeinia sambil membungkuk sopan ke arah kucing itu. “Maaf, tapi kami butuh nugget.”
Kucing itu bersin, lalu kabur. Artinya misi mereka diizinkan.
---
Setibanya di minimarket, wajah mereka cerah seperti baru diterangi sinar ilahi. Lemari pendingin terbuka, nugget-nugget beku menyapa mereka dengan aura surgawi.
Tapi... sebelum tangan Alena menyentuh kemasan nugget rasa original, sesuatu mengganjal.
“ZEI! CINCIN AKU HILANG!”
Zeinia langsung waspada seperti detektif profesional. “Cincin yang lo beli di Shopee seharga lima ribu dua biji?”
“INI MASALAH PRINSIP, ZEINIA!”
Alena panik. Cincin itu memang murah, tapi itu satu-satunya kenangan dari... diskon 90% hari belanja online.
“Aku pasti jatuhin di jalan...” lirih Alena. “Atau... kucing tadi yang curi...?”
Zeinia menatap langit-langit minimarket. “Mungkin cincin itu bukan hilang. Mungkin... dia pergi karena ada misi yang lebih besar.”
“Jangan ngehalu. Ini bukan anime.”
---
Mereka kembali menyusuri jalan dengan nugget di tangan dan harapan di hati. Zeinia menyalakan senter HP, menyapu jalan setapak sambil nyanyi lagu detektif ala dirinya sendiri.
🎵 “Cincin misterius, kemana kau pergi...
Di bawah hujan deras, atau diculik alien...
Kami berjanji akan temukan kamu,
Sebelum nugget ini basi...” 🎵
Alena: “Gue takut lo lebih dari kehilangan cincin.”
Akhirnya, di dekat taman kampus yang gelap dan sepi... mereka melihat kilauan kecil di tanah.
“CINCIN AKU!!” teriak Alena bahagia, berlari seperti protagonis FTV yang nemu cinta sejati.
Tapi saat dia mendekat... ternyata itu tutup botol Sprite.
“Dunia ini kejam,” isaknya sambil duduk di trotoar.
Zeinia ikut duduk. “Gak papa. Kadang hidup gak ngasih kita apa yang kita cari... tapi ngasih kita apa yang kita butuh.”
Alena menatapnya. “Lo ngomong gitu karena kita masih punya nugget, ya?”
Zeinia mengangkat kemasan nugget beku seperti trofi kejuaraan. “Nugget tidak pernah mengkhianati.”
---
Setelah kembali ke asrama, basah kuyup tapi puas, mereka akhirnya menggoreng nugget dengan penuh rasa syukur. Alena menggigit satu dan mendesah puas.
“Tau gak, Zei... mungkin cincin itu emang hilang. Tapi malam ini, kita nemuin yang lebih berharga.”
Zeinia menatapnya haru. “Persahabatan?”
“Bukan. Diskon beli dua gratis satu. Gue ambil nugget satu lagi ya.”
---