Di sebuah sekolah dasar yang penuh kenangan, kelas 6A adalah saksi bisu betapa waktu itu berlari begitu cepat. A-nya apa? Ah, A itu adalah Awal segalanya. A itu adalah Asa, A itu adalah Akhir dari sebuah bab yang tidak pernah benar-benar usai.
Kelas 6A, tempat di mana tawa dan tangis bertemu. Tempat di mana setiap anak menemukan sahabat sejati—bahu untuk bersandar, dan telinga untuk mendengar. Sejak hari pertama, kelas ini bukan hanya ruangan dengan bangku kayu dan papan tulis. Kelas ini adalah rumah kedua, tempat di mana rasa aman bersemi, dan tempat di mana mimpi-mimpi pertama tumbuh.
Hari-hari di kelas 6A selalu penuh warna. Ada canda tawa yang menular, bahkan saat tugas matematika membuat kepala pusing. Ada bisikan rahasia di belakang kelas, tentang siapa yang suka siapa, atau tentang cita-cita yang diam-diam disimpan.
Puisi:
"Di sudut kelas yang senyap, ada tawa yang pernah pecah.
Ada rahasia yang terucap, ada luka yang sempat merekah.
Namun semua tak pernah sirna, terpatri di hati selamanya.
Di kelas 6A, tempat kita berjumpa, tempat kita berpisah."*
Kenangan itu sederhana. Kadang hanya tentang bermain petak umpet di lapangan, atau berebut jajan di kantin. Tapi di situlah semua keindahan bermula. Kita pernah bersama merayakan Hari Guru, dengan pertunjukan yang bikin guru-guru terharu. Kita pernah bareng bikin mural di dinding kelas, yang meskipun hasilnya berantakan, tetap jadi karya seni kita sendiri.
Kita semua pernah ngerasain betapa beratnya belajar bareng, ngerjain tugas yang bikin stres. Tapi saat satu teman ketawa, rasanya semua beban hilang. Bahkan yang paling pendiam pun pernah ikut ketawa, walau cuma di balik buku yang selalu menutup wajahnya.
Kita adalah keluarga, meskipun tanpa ikatan darah. Kita adalah sahabat, meskipun kadang ribut hanya gara-gara hal kecil.
Senang,Sedih,Gugup gk bakal LULUS🎓
Ternyata cuma Di PRANK🤡 gurunya sengaja banget🥲.
See you good by friend"