Di sebuah ruangan terpencil dengan beberapa pilar bercahaya menerangi gelapnya ruangan itu, terdapat sebuah lingkaran di tengah-tengah ruangan. Pilar-pilar itu mengelilingi ruangan itu. Di dalam pilar, terdapat sebuah jasad manusia yang tak berjiwa. Zeus melangkah masuk ke dalam ruangan dan menatap semua pilar itu dengan sedih. Dia mulai berjalan ke tengah ruangan dan mulai merapalkan mantra asing. Seketika di alam sekitarnya terbentuk sebuah kubah besar berwarna kuning keemasan. Ada banyak monster yang berusaha untuk menerobos masuk. Zeus mulai mengerutkan keningnya. Meskipun jasad manusia itu hanya diam si dalam pilar, tapi dia bisa mendengar mereka menjerit dalam hati mereka yang menandakan bahwa mereka kesakitan. Mereka dipaksa menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi alam semesta.
“Kami datang, Zeus.”
Zeus menoleh dan mendapati dua orang pria berjalan memasuki ruangan itu. “Bagus, sekarang kalian harus berdiri di dekat dua pilar itu.” Zeus menunjuk dua buah pilar yang diisi oleh dua orang wanita. Kedua pria itu terkejut dan langsung menuruti permintaan Zeus dengan sedih. Mereka merindukan dua sosok wanita itu yang telah mengisi kekosongan hati mereka. Disusul oleh sepasang kekasih yang berdiri di antara tiga pilar di sebelah nya. Zeus mulai mengalirkan energi mereka ke lingkaran yang ada di tengah ruangan. Zeus hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka yang mengorbankan jiwa mereka.
.
.
.
“Siapapun, tolong ajarkan aku bagaimana cara membuat skripsi.”
“Skripsimu kok malah aku yang disuruh buat?”
“Ajarkan. Bukan buatkan.”
“Ujung-ujungnya kau akan memintaku untuk membuatnya, kan?”
Dua mahasiswa dan mahasiswi itu bertengkar hanya karena skripsi. Dan tanpa disadari, mereka menjadi pusat perhatian orang-orang yang lalu-lalang. Tiba-tiba muncul seorang mahasiswi memukul kepala dua orang di depan nya ini. “Kayra, jangan selalu ambil hati perkataan orang lain. Dave, kerjakan sendiri tuh skripsi.” Dave dan Kayra mengangguk dan menatap orang yang bernama Lareyna ini dengan ngeri. Lareyna memang terkenal galak di kampus. “By the way, sebentar lagi kita akan melakukan apa?”, tanya Kayra. Dave menggeleng menandakan bahwa dia tidak tahu. “Aku tidak bertanya padamu!” Kayra menatap Dave dengan tajam. Padahal Dave tidak melakukan apa-apa. Lareyna mengangkat bahu. “Kurang tahu, sih. Tapi katanya para dosen sedang rapat.” Kayra mengangguk.
“JANGAN LUPA BAYAR KAS!”
“Kita ada kas?”
Kayra memukul kepala Dave sekali lagi. Dia tahu otak Dave berguna. Hanya ketika dijual saja. Pasti harganya sangat mahal. Itu yang ada di pikiran Lareyna saat ini. Mereka akhirnya membayar 10.000 kepada bendahara kecuali Dave karena hutang nya yang menumpuk. Dia harus membayar sejuta. Untung saja dia membawa lebih karena orang tua nya kaya raya. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk kembali ke bangku mereka masing-masing. Kayra dan Dave memainkan ponsel mereka masing-masing, sementara Lareyna menatap ke luar jendela. Suasana di luar benar-benar mendung. Semua tugas mereka sudah selesai, jadi mereka memiliki lebih banyak waktu luang.
Lareyna memutuskan untuk membaca buku yang dia bawa. Dia suka mitologi Yunani karena menurut nya itu adalah sejarah yang paling unik. Dia membaca artikel tentang Dewi Bulan yang bernama Selene. Dia tertarik dengan kisah nya dan dia juga menyukai bulan. Dia bahkan sampai membayangkan seperti apa wujud seorang Selene ini. Yang membuat nya prihatin adalah kekasihnya yang dibuat tidur oleh Zeus yang bernama Endymion. Endymion ingin tidur abadi karena ingin hidup abadi bersama sang kekasih. Tapi apa daya, dia adalah manusia sementara Selene adalah seorang Dewi yang abadi. Itu membuktikan bahwa Endymion dan Selene benar-benar setia untuk satu sama lain. Dan konon katanya, Selene selalu menaiki kereta kuda melewati langit malam sambil membawa obor yang menyala. Itulah bagaimana dia menggambarkan dirinya saat sedih kehilangan kekasih tercinta nya.
“Hei, udah istirahat. Ke kafetaria, yuk!”
Lareyna mengangguk ketika Dave mengajak mereka untuk pergi ke kafetaria. Mereka akhirnya berjalan melalui lorong yang ramai oleh mahasiswa lain. Mereka sibuk mengobrol sampai mereka tidak sengaja berpapasan dengan sosok asing. Sosok itu menggunakan kacamata dan masker hitam. Mantel nya juga hitam dengan gaya Wavy Mullet untuk rambutnya. Tatapannya begitu tajam sampai membuat orang-orang di sekitarnya merinding kecuali para dosen yang kebetulan lewat. Dave dan Kayra menatap sosok itu dengan heran sementara Lareyna hanya terlihat seperti orang yang tersesat.
“Kalau boleh jujur, dia tampan juga.” Dave menjitak dahi Kayra. Dia tahu bahwa temannya satu ini selalu saja berusaha untuk mendekati laki-laki yang tampan. Meskipun sosok barusan seperti berkepala tiga. Tanpa menggubris pertengkaran mereka-lagi-Lareyna memutuskan untuk kembali berjalan ke kafetaria. Dia mulai memesan makanannya dan duduk di salah satu bangku. Dia memakan pesanannya sambil menatap sekeliling. Kafetaria benar-benar ramai karena banyak yang kelaparan saat ini. “Kenapa kau meninggalkanku?!” Kayra duduk di seberang Lareyna sambil memakan makanannya. Dia bilang Dave dipanggil oleh teman-temannya untuk urusan penting.
Akhirnya Lareyna dan Kayra mengobrol bersama sambil sedikit tertawa di tengah-tengah obrolan. Mereka dan Dave adalah teman masa kecil dan sampai sekarang masih berteman. Tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Mereka seperti telah dilem dengan sangat kuat. “Sorry baru datang.” Kayra melambaikan tangan menandakan bahwa dia tidak masalah. Lareyna juga hanya mengangguk sebagai jawaban. Dave duduk di sebelah Kayra dan mulai makan bekal buatannya. Lareyna tahu dia pasti sangat lelah. Bisa terlihat keringat nya yang bercucuran. Lareyna berinisiatif untuk mengusap tangan Dave dengan lembut. Itu adalah titik lemah nya. Itu karena dia jarang diberi perhatian oleh orang tua nya. Mereka benar-benar sibuk dan jarang sekali meluangkan waktu untuk nya. Kayra memberikan nya es teh yang dibeli nya. Mereka benar-benar tahu apa saja yang Dave sukai.
Setelah beberapa saat mereka makan, mereka memutuskan untuk kembali. Seperti biasa, mereka mengobrol. Tapi mereka sempat mampir ke toilet sebentar. Lareyna hanya bercermin sambil menunggu urusan Kayra selesai. Hanya ada mereka berdua di dalam toilet. Akhirnya Kayra selesai dan mulai mencuci tangan nya. Tiba-tiba pintu toilet dibuka secara paksa.
“Hei!”
Kayra terlonjak sampai melompat ke atas gendongan Lareyna. Tiba-tiba saja Dave masuk tanpa adanya malu. Untung saja urusan para gadis sudah selesai. Lareyna berusaha untuk menahan malu sementara Kayra sudah ancang-ancang untuk melempar sepatu nya pada kepala Dave. “Orang itu ada lagi!” “Apa aku terlihat peduli?!” Kayra sudah berusaha untuk menahan dirinya sendiri. Lareyna hanya bisa pasrah dengan tingkah laku mereka. Seketika sosok asing tadi datang menghampiri toilet perempuan karena tidak sengaja mendengar keributan di sana. “Maaf, tuan” Lareyna membungkuk berkali-kali dan memaksa teman-teman nya untuk ikut membungkuk juga. Sementara Kayra dan Dave hanya bisa menurut dan ikut membungkuk. Padahal sosok itu belum mengatakan apa-apa, tapi si trio sudah berlari meninggalkan toilet.
‘Kalian berdua benar-benar memalukan!,’ batin Lareyna sambil menyeret teman-teman nya.
.
.
.
“Hujan lagi.”
Sore ini, mereka bertiga disambut dengan hujan. Memang suhunya menjadi dingin. Tapi bukan berarti itu baik. Masalahnya mereka masih harus menggunakan sepeda motor untuk kembali ke asrama. Kayra melamun tidak jelas sementara Dave sedang mencari kunci motor nya yang hilang di kelas. Lareyna mengamati sekitar yang basah oleh air hujan. Ada yang pulang sendirian, ada yang bersama temannya, ada yang bersama pacarnya. Bukan hanya itu. Bahkan ada yang berusaha untuk mendekati dosennya, meskipun ujung-ujungnya akan diusir kembali.
“Nah, ketemu. Mau terobos?”
Kayra mengangguk dengan antusias. Dia berpikir bahwa menerobos hujan akan sangat menyenangkan. Lareyna hanya bisa terdiam sambil tangannya ditarik. Mereka akhirnya menaiki sepeda motor dan mulai mengebut. Kayra berteriak dengan kencang dan mulai tertawa terbahak-bahak. Tapi tidak dengan Lareyna yang seolah dia sudah pasrah untuk menemui ajalnya. Mereka bertiga memang populer akan kenakalannya. Meskipun Lareyna adalah anak yang baik dan penurut, dia juga bisa melanggar aturan. Dia juga sering bolos ketika ada pertemuan dengan dosennya. Dave dan Kayra layaknya sepasang kakak beradik. Mereka juga sering bertengkar, tapi mereka akan berteman lagi. Begitu seterusnya.
Tiba-tiba Lareyna tidak sengaja melihat ada sesuatu yang bergerak dengan cepat. Dia heran dan bertanya pada dirinya sendiri tentang benda itu. Dia ingin sekali untuk melihatnya lagi. “Tunggu!” Dave terkejut mendengar Lareyna yang memintanya untuk berhenti. Keseimbangannya hilang dan mereka terjatuh di jalan. Mereka bertiga meringis akibat nyeri. Untung saja tidak ada yang terluka. Kayra menjitak dahi Lareyna dengan keras.
“Apa-apaan sih, kamu?! Buat orang terkejut aja!”
Lareyna tidak menggubris omongan Kayra dan melihat ke sekitar penuh dengan waspada. Dia benar-benar penasaran dengan benda yang baru saja melewatinya begitu saja. Tiba-tiba benda itu muncul lagi di depannya. Kali berada tepat di depan dadanya. “Apa itu?,” tanya Kayra. Dave dan Lareyna mengangkat bahu masing-masing. Benda itu seperti bulu hitam yang memiliki aura gelap di sekitarnya. Saat Lareyna ingin menyentuh bulu itu, bulu itu terbang menjauh dan mulai mendekati pria yang mereka temui siang tadi.
“Ikut ke ruangan saya.”
Tanpa pikir panjang, si trio akhirnya setuju untuk mengikuti pria asing itu ke ruangannya. Dave membalikkan motornya yang sempat terbalik dan menabrak semak-semak, lalu mereka berjalan ke sebuah gedung yang bisa dibilang adalah gedung rektor. Mereka bertiga heran dengan pria yang tiba-tiba saja mengajak mereka ke tempat yang tidak pernah dimasuki oleh mahasiswa lainnya. Kalau boleh jujur, lorong gedung itu sangat gelap meskipun ada lampu yang menerangi jalan. Terlihat ada beberapa orang yang berjalan kesana-kemari sambil membawa berkas dan laptop.
Setelah mereka masuk ke ruangan pria itu, tiba-tiba saja pintu itu terkunci sendiri setelah sang pria menjentikkan jarinya. Kayra sudah memegang lengan Lareyna dengan ketakutan. Sementara Dave menatap pintu itu seolah itu adalah barang kesayangannya. Pria itu mengambil sebuah buku di laci meja kerjanya dan mulai membuka buku itu. Terselip sebuah pertanyaan di benak Lareyna tentang pria itu. Baru saja dia membuka mulut, pria itu menjawab,
“Nama saya adalah Bintang.”
Lareyna benar-benar terdiam sekarang. Dia tidak tahu harus mengatakan apa saat pria-yang bernama Bintang-sibuk dengan buku yang dia buka. Kayra juga ingin menanyakan sesuatu, tapi sudah terjawab oleh Bintang. “Saya adalah rektor dari universitas ini.” Kayra pikir bahwa orang di depannya adalah peramal. Jadi dia mengamatinya dengan cermat seolah mencari tanda-tanda aneh yang mungkin akan muncul. Kalau Bintang bisa menjawab semua pertanyaan meskipun belum ditanyakan orang lain, harusnya dia bisa menanyakannya meskipun secara diam-diam.
“Apa yang ingin kau tanyakan, Lareyna?”
Sudah Lareyna duga bahwa Bintang akan bertanya seperti itu. Sebenarnya dia penasaran dengan bulu yang tadi menghampiri nya, dan dia mulai bertanya dalam benaknya. Naasnya, Bintang tidak menjawab sama sekali dan justru mengabaikan itu semua. Dengan keberanian penuh, akhirnya Lareyna bertanya. “Saya ingin bertanya, tadi saya melihat buku hitam yang melayang dan sepertinya buli itu telah dikendalikan oleh anda. Pertanyaan saya adalah, siapa anda? Dan bulu macam apa tadi?”
Kayra dan Dave menoleh. Sepertinya mereka juga penasaran dengan hal itu. Entah kenapa suasana di sana sedikit mencekam dan membuat mereka bertiga merinding. Langit mendung mengeluarkan petirnya. Lampu ruangan mulai berkelap-kelip yang membuat suasana menjadi lebih horor. Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Bintang dan akhirnya dia berbalik menghadap si trio. Tatapannya yang semula tajam mulai sendu. Dia melepas kacamatanya dan meletakkannya di meja.
“Lama tidak bertemu, kalian bertiga.”
Lareyna dan yang lain mulai memasang ekspresi bingung. Mereka tidak pernah merasa pernah bertemu dengan seorang Bintang sebelumnya. Paham akan lirikan Lareyna, Kayra dan Dave akhirnya mengangkat bahu. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Selene...Dewiku,” panggil Bintang.
Mendengar itu membuat Lareyna menoleh. Padahal yang Bintang sebut adalah orang lain, tapi kepalana reflek melakukan itu. Dia terdiam dengan badan yang sedikit bergetar. Hawa di sana sangat dingin yang membuatnya menggigil. “Ini aku. Endymion. Apa kau ingat?” Lareyna terkejut dengan pertanyaan Bintang yang tiba-tiba. Kayra dan Dave juga menatap mereka secara bergantian dengan pandangan aneh. Mereka lemah dalam pelajaran sejarah meskipun merka ikut jurusan sastra sejarah. “Kaliam berdua juga.” Mereka berdua menunjuk diri mereka sendiri sambil bertanya-tanya dalam pikirannya. Bintang mengangguk dengan mantap melihatnya.
“Ya, aku membicarakan kalian berdua, Helios dan Eos. Atau bisa aku panggil Dewa Matahari dan Dewi Fajar.”
“Helios? Eos? Selene?,” tanya Dave masih bingung. Lareyna hanya terdiam di tempatnya sambil berusaha mencerna apa yang terjadi. Kayra menjitak dahi sahabatnya dan Lareyna kembali tersadar. Bintang memberikan beberapa menit untuk mereka bertiga agar bisa memproses apa yang sebenarnya terjadi. Melihat keaktifan Lareyna dan kawan-kawan mengingatkannya pada masa kecilnya. Dia merindukan teman-temannya yang sering bermain bersamanya. Tapi sekarang mereka hanyalah tinggal nama, jasad mereka sudah berada di dalam tanah dengan alasan tersendiri.
“Sebenarnya saya membawa kalian ke sini karena ada maksud lain.”
“Apa itu?,” tanya Kayra.
Bintang memberi isyarat kepada mereka bertiga untuk mendekatinya. Si trio menurutinya dan Bintang mengambil sebuah perkamen yang terlipat dari buku yang dibukanya tadi. Dia memberikan surat itu pada Lareyna dan mereka bertiga membacanya dengan teliti. Isinya seperti ini:
Endymion,
Pada waktu yang tepat, temui mereka bertiga. Jiwa dan kekuatan mereka sangat penting untuk keselamatan dunia. Aku memintamu untuk mengembalikan ingatan mereka dan menyadarkan mereka tentang status mereka sebagai Dewa dan Dewi.
Untuk Dewa dan Dewi yang lainnya sudah aku serahkan pada Odysseus. Kau tidak perlu repot-repot mencari mereka semua. Kau hanya perlu mencari tiga bersaudara itu. Saya akan terus menunggu kabarmu dan jangan lupa, aku butuh kekuatan mereka untuk melindungi alam kita.
Dari Zeus
“Sudah kalian baca?”
Lareyna dan kawan-kawannya mengangguk dan mengembalikan surat itu pada Bintang. Bintang menerimanya dengan senang hati. Lareyna mulai berusaha untuk mencari kesimpulan dari surat itu dalam pikirannya. Dia tidak menduga kalau mereka bertiga adalah Dewa dan Dewi. Sementara Bintang adalah seorang manusia sendiri. Catatan sejarah mengatakan bahwa Endymion adalah manusia biasa yang memiliki sebuah hubungan romantis dengan Selene dan. Endymion dan Selene saling mencintai. Tiba-tiba Lareyna baru ingat bahwa dia dipanggil Selene oleh Bintang. Tunggu sebentar, jadi...Bintang menyukainya?
“Izin bertanya.”
“Sesi tanya jawab dibuka. Silahkan.”
Saat Lareyna akan bertanya, mulutnya terasa kering jadi dia hanya diam saja. Bintang yang mengerti maksud Lareyna, mulai tertawa pelan melihat gadis itu yang hanya diam. “Tenang saja. Saya tidak akan melakukan hal aneh padamu.” Lareyna akhirnya bisa bernafas dengan lega. Dia benar-benar khawatir jika orang di depannya memang memiliki perasaan untuknya.
Kayra masih dengan tatapan bingungnya hanya bisa menonton sambil memakan camilannya dan Dave juga ikutan. Lareyna lelah dengan kelakuan dua temannya ini. Di saat yang lain sedang serius, mereka pasti akan santai. Kadang sambil bermain game online bersama. Meskipun begitu, mereka akan cepat tanggap tentang tema obrolannya. “Jadi? Bagaimana caranya kita ke sana?”
“Pertanyaan bagus, Dave.”
Dave merasa sedikit bangga dengan pujian singkat itu dan mulai tersenyum tidak elok sama sekali. Kayra jijik melihatnya dan hampir membuatnya mual. “Mungkin kau bisa menjawabnya, Lareyna?” Sang empu sedikit terkejut ketika namanya disebut. Dia mulai sedikit kikuk dan tidak mengerti harus menjawab apa. Bintang tersenyum geli melihatnya dan akhirnya mulai menjawab.
“Saya memiliki semacam mantra untuk membuka portal. Saya telah diajarkan oleh Sang Ibu dari para Dewa dan Dewi, yaitu Hera. Biar saya yang melakukannya.”
Lareyna berjalan mundur-memberi jarak untuk Bintang. Kayra dan Dave menyudahi makan mereka dan ikut berdiri di samping Lareyna. Bintang mulai menutup matanya dan membaca sebuah mantra aneh. Tiba-tiba ada sebuah lingkaran kuning di bawah kaki mereka. Tubuh mereka juga melayang. Lareyna tidak sempat memegang tangan teman-teman nya dan akhirnya mereka terserap oleh portal itu. Rasanya seperti dunia berputar dan waktu berhenti sejenak.
Setelah beberapa saat, akhirnya Lareyna jatuh ke tanah dengan rasa nyeri di kepalanya. Dia meringis kesakitan sebelum akhirnya mulai menatap sekitar. Dia berada di hutan yang lebat dan gelap. Saat dia berusaha mencari jalan keluar, dia bisa mendengar semak-semak di belakang nya mulai membuat suara. Dia merasakan bahwa ada predator yang ingin memakannya. Dia berusaha mendekat, tapi dia dikejutkan dengan Kayra yang berlari memeluknya. Dia berteriak dengan keras yang membuat telinga Lareyna sakit.
“Lareyna! Aku takut! Di sini gelap!”
“I-iya, tenanglah. Sekarang kita berdua. Kau tidak perlu takut lagi.”
Kayra akhirnya mulai tenang dan mengangguk. Yang terpenting dia tidak sendirian. Kayra trauma akan kegelapan karena dia pernah hampir diculik saat rumahnya mati lampu. Untungnya ada salah satu warga yang membantunya. Mereka berdua akhirnya berjalan tidak tentu arah. Mereka hanya bisa mengandalkan insting dan firasat mereka. Tubuh Kayra bergetar di belakang Lareyna. Dia hampir tersesat jika saja Lareyna tidak menarik lengannya untuk terus berjalan bersamanya. Tanpa mereka sadari, sebenarnya mereka sedang diikuti oleh seekor makhluk.
“Apa masih jauh?”
“Sabar, aku juga sedang berpikir,” jawab Lareyna. Dari tadi dia menepis semua daun dan dahan yang menghalangi jalannya. Dia juga sedikit lelah karena perjalanan mereka yang mungkin masih jauh lagi. “Baiklah, kita istirahat dulu.” Kayra mengangguk dan mulai duduk di tanah sambil bersandar pada pohon di belakangnya. Sudah terhitung, mereka berjalan selama hampir satu jam tiada arah. Lareyna juga bersandar pada pohon dan tenggelam pada pikirannya sendiri. Dia dan Kayra terpisah dari Dave dan Bintang dan mereka tidak tahu jalan keluarnya. Dia hanya bisa mengandalkan otak mereka berdua agar bisa melewati ini semua. Tiba-tiba Kayra berteriak dengan kencang yang membuatnya terkejut.
“Tiba-tiba aku mengeluarkan busur emas dari tanganku.”
Lareyna terkejut melihat busur emas itu yang mulai bercahaya. Ketika dia ingin menyentuhnya, busur itu mulai sedikit terasa panas. Dia menajuhkan tangannya dan mulai berpikir bahwa itu memang busur milik Kayra-atau bisa dibilang Eos dan tidak bisa disentuh oleh orang lain. Cahaya itu berhasil memanggil para makhluk yang mengikuti mereka tadi. Dengan cepat, Kayra menembak anak paanah keemasannya ke tubuh makhluk itu. Makhluk itu mulai kesakitan dan akhirnya terbakar. Kayra menganga dan akhirnya melompat dengan riang. Dia benar-benar bersemangat karena akhirnya dia memiliki kekuatan baru.
-BERLANJUT-