Langit Gunung Salak menyelimuti mereka dalam gelap gulita. Angin dingin menusuk tulang, membawa bisikan-bisikan yang tak dikenali. Awan tebal menghalangi bulan, membuat sekeliling mereka menjadi labirin bayangan yang menakutkan. Tiga pendaki, Rendra, Dinda, dan Bayu, tersesat. Kompas mereka tak berfungsi, dan ponsel mereka tak mendapat sinyal.
Ketakutan mulai menggigit. Awalnya, mereka mencoba tetap tenang, saling menguatkan. Namun, setiap derik ranting, setiap suara burung hantu yang mengalun di kegelapan, membuat jantung mereka berdebar kencang. Bayu, yang paling muda, mulai menangis, ketakutan menguasainya.
“Ada apa?” bisik Dinda, suaranya gemetar.
“Aku… aku melihat sesuatu,” jawab Bayu, menunjuk ke arah semak-semak yang lebat. Bayangan samar-samar terlihat di balik dedaunan, bergerak perlahan.
Rendra, yang paling berpengalaman di antara mereka, mencoba menenangkan Bayu. “Itu hanya hewan liar, mungkin babi hutan. Jangan takut.”
Namun, bayangan itu semakin dekat. Mereka bisa mendengar suara langkah kaki yang pelan tapi pasti, mendekat ke arah mereka. Suasana menjadi mencekam. Hawa dingin berubah menjadi dingin yang menusuk sampai ke sumsum tulang.
Tiba-tiba, sesosok bayangan muncul dari balik semak-semak. Bukan babi hutan, melainkan sesosok perempuan dengan rambut panjang terurai, wajahnya pucat pasi, dan matanya kosong. Dia menatap mereka dengan tatapan kosong, tanpa ekspresi.
Ketiga pendaki itu terpaku, tak mampu berteriak. Perempuan itu berjalan mendekat, langkahnya sunyi, seperti melayang. Rambutnya yang panjang menyapu tanah, seperti tentakel yang merayap.
Bayu menjerit, menutup matanya erat-erat. Dinda memegang tangan Rendra dengan erat, tubuhnya gemetar hebat. Rendra mencoba meraih senternya, tangannya gemetar hebat.
Ketika senter menyala, perempuan itu menghilang. Ketiga pendaki itu saling berpelukan, tubuh mereka gemetar tak terkendali. Keheningan kembali menyelimuti mereka, lebih mencekam dari sebelumnya.
Mereka tak pernah tahu apakah perempuan itu benar-benar hantu, atau hanya halusinasi karena kelelahan dan ketakutan. Yang mereka tahu, malam itu, di tengah gelapnya Gunung Salak, mereka merasakan kengerian yang tak akan pernah mereka lupakan. Keesokan harinya, mereka ditemukan oleh tim SAR, selamat, tapi dengan trauma yang mendalam. Cerita tentang perempuan berambut panjang di Gunung Salak, terus beredar di kalangan pendaki, menjadi legenda yang menakutkan.