Bab 1: Kumpul Nyasar di Backrooms Level 1
Lampu di langit-langit berkedip pelan, mengeluarkan bunyi listrik mendengung. Di antara lorong-lorong seperti gudang tua berdebu, rak-rak logam kosong, dan aroma lembap seperti lemari basah, sosok-sosok dari berbagai dunia terdampar... di Backrooms Level 1.
Steve dari Minecraft muncul duluan. Dia berdiri kaku di tengah ruangan, memegang pedang netherite.
“Ini... bukan gua. Tapi juga bukan base gue.”
Dari arah lain, pintu besi tua terbuka paksa—CJ masuk sambil meninju udara.
“Sial! Gue lagi ngejar balapan, terus masuk gang, tiba-tiba jatuh ke... gudang neraka ini?” Dia menatap Steve. “Eh, lo... kotak ya?”
Steve hanya menjawab, “Ya, dan lo... kelihatan kayak orang stress.”
Tak lama, terdengar suara langkah berat. Dari balik lorong yang dipenuhi kabel menggantung, muncul Alex Mercer, dengan hoodie sobek dan tangan berubah bentuk sebentar sebelum kembali normal.
“Tempat apa ini? Bahkan ini bukan zona karantina.”
CJ nunjuk ke rak berkarat. “Gue rasa ini toko rongsokan neraka.”
Steve duduk di atas box plastik kosong. “Kayaknya kita nyasar ke dimensi salah... Tapi gak ada mobs, gak ada villagers, dan nggak ada crafting table.”
TIBA-TIBA, suara “Wahoo~!” menggema dari lubang ventilasi di atas mereka.
Mario terjatuh dari atas langit-langit dan mendarat dengan anggun... lalu terpeleset dan jatuh telentang.
“Mama mia! Ini bukan Kerajaan Jamur!”
Tak lama kemudian, terdengar bunyi “clank clank clank” sepatu boot dan senjata. Dua karakter dari PUBG—cowok dan cewek—muncul sambil mengarahkan senjata ke segala arah.
“Clear... Eh? Ini bukan zona merah, kan?” kata si cewek.
“Apa ini lobby baru?” tanya si cowok.
---
Kelima karakter itu akhirnya saling pandang... dan perlahan duduk di lantai semen berdebu.
CJ: “Oke, bro... Gak tau gimana kita ke sini, tapi kita harus cari jalan keluar.”
Steve: “Pintu? Portal? Nether?”
Alex: “Tidak ada sinyal, tidak ada jaringan. Tapi tempat ini hidup. Aku bisa... merasakannya.”
Mario: “Kita harus tetap positif! Pasti ada jalan keluar!”
PUBG girl: “Atau... kita bertahan. Loot dulu, tanya belakangan.”
Semua hening.
Lalu Steve berkata: “Kalau ini base sementara... kita butuh torch.”
CJ mendesah. “Gue butuh rokok.”
Mario bangkit dan berkata, “Aku butuh... pizza.”
---
---
Bab 2: Strategi Ngasal dan Looting Gak Masuk Akal
CJ berdiri, menendang kaleng berkarat ke dinding. “Gue bilang, kita semua nyebar! Kalo jalan bareng, susah nemuin jalan keluar. Lagian tempat ini gede banget!”
Steve menggeleng. “Nyebar itu berbahaya. Lebih baik bikin base dulu.”
Alex Mercer menyilangkan tangan. “Kalau terlalu ramai dalam satu tim, kita lambat. Tapi kalau sendirian, kita gampang dimangsa kalau ada entitas.”
Mario: “Entitas? Kau bicara soal... monster? Goomba raksasa?”
PUBG Girl: “Ini bukan game kartun, plumber. Ini dunia nyata yang serem.”
PUBG Cowok: “Lagian, loot di sini ngaco. Tadi gue nemu snack expired tahun 1992 dan... kunci lemari kosong.”
CJ: “Oke bro, kita bagi tim aja. Tiga orang satu grup. Yang penting kita semua bawa sesuatu buat bertahan.”
PUBG Girl: “Dan kalau ketemu portal, tandai temboknya.”
---
Pembagian Tim:
Tim 1: CJ, Mario, PUBG Girl
Tim 2: Steve, Alex Mercer, PUBG Cowok
---
Tim 1: CJ, Mario, PUBG Girl
CJ memimpin jalan sambil nyalain senter rusak dari rak.
CJ: “Oke, kita cari tempat tinggi. Biasanya bisa lihat ke mana-mana.”
Mario: “Apakah ada tangga ke langit?”
PUBG Girl: “Kita di ruang bawah tanah dimensi lain, bukan kerajaan jamur.”
Mereka menelusuri lorong berisi rak-rak logam kosong, sampai akhirnya menemukan:
Koper tua berisi senter UV (masih nyala tapi berkedip).
Kaleng makanan aneh: bertuliskan “Meat-Like Substance #7”.
Walkie-talkie, satu masih bisa nyala.
CJ: “Not bad. Kita bisa komunikasi nanti.”
Mario membuka kaleng: “Apakah ini... spaghetti?”
PUBG Girl: “Kalau lo makan itu dan berubah jadi mutan, jangan salahin gue.”
---
Tim 2: Steve, Alex Mercer, PUBG Cowok
Steve menaruh torch dari inventory-nya. Entah kenapa, bisa dipasang di dinding.
Steve: “Minimal kita punya penerangan.”
Alex: “Tempat ini... terasa hidup. Kayak dindingnya bernapas.”
PUBG Cowok: “Jangan ngomong serem gitu, bro... Gue cuma mau pulang.”
Mereka menemukan:
Peta rusak yang memperlihatkan sebagian layout ruangan (tidak lengkap).
Batang besi (mungkin bisa jadi senjata).
Kamera CCTV (mati total tapi bisa dijadikan umpan palsu).
Steve: “Aku bisa bikin jebakan dari besi ini kalau kita balik.”
Alex: “Lebih baik dijadikan tombak sementara.”
PUBG Cowok: “Boleh juga, daripada cuma pakai tangan.”
---
Setelah satu jam menjelajah, masing-masing tim kembali ke titik kumpul.
CJ: “Dapat snack dan walkie-talkie. Lumayan.”
Alex: “Kami punya peta sebagian dan besi.”
PUBG Girl: “Kita harus lanjut eksplor besok. Tempat ini terlalu besar.”
Mario: “Tapi aku lapar...”
Steve: “Kalau kamu makan ‘Meat-Like Substance #7’, kamu jadi bahan crafting.”
Semua diam sejenak... lalu tertawa kecil, meski suasana tetap mencekam.
CJ: “Besok pagi kita coba cari pintu keluar. Kalau nggak ada... ya, bikin rumah aja di sini.”
PUBG Girl: “Welcome to our new lobby...”
---
To be continued...
Lanjut ke bab berikutnya bisa mulai muncul tanda-tanda entitas, atau satu tim menghilang karena terlalu jauh dari titik aman. Mau dilanjutin ke situ?
Baik, kita lanjut ke Bab 3: Pagi yang Aneh dan Dora yang Nyasar. Karakter mulai santai... tapi suasana makin absurd karena tiba-tiba ada Dora the Explorer yang lewat begitu saja sambil tetap jadi versi kartunnya yang... kekebalan akal sehat.
---
Bab 3: Pagi yang Aneh dan Penjelajah Buta Dimensi
Lampu-lampu kedip khas Level 1 masih menyala. Tapi suara-suara mesin malam tadi mulai mereda. Pagi—atau setidaknya sesuatu yang terasa seperti pagi—menyapa para karakter game yang kemarin terdampar.
CJ duduk di tumpukan kardus sambil menyulut rokok.
CJ: “Yo, pagi dunia kosong. Siapa tahu ini mimpi.”
Mario melakukan stretching sambil berseru, “Woohoo! Aku siap petualangan!”
Steve baru selesai meletakkan 3 torch baru di area mereka.
Steve: “Pencahayaan cukup. Kita bisa bertahan di sini sementara.”
PUBG Girl: “Gue baru sadar... Di sini gak ada WC.”
PUBG Cowok: “Gue nemu tong besi...”
Semua: “...NOPE.”
Alex Mercer memeriksa dinding seperti biasa.
Alex: “Tempat ini... tidak berubah semalaman. Tapi aku rasa, kita tidak sendiri di level ini.”
CJ: “Tunggu. Lo denger itu gak?”
Semua diam.
“Hola, amigos~!”
Suara ceria bergema dari lorong seberang. Mereka semua spontan pasang siaga.
Dari balik bayangan, muncul sesosok kecil pakai ransel ungu, rambut bob, dan mata besar berbinar.
“D-Dora?!” kata Mario dengan wajah bingung.
Dora the Explorer berjalan sambil tersenyum, memegang peta.
Dora: “Can you help me find the exit?”
CJ: “LOH INI DIA YANG HARUSNYA NYARI! JANGAN MALAH NANYA!!”
PUBG Girl: “Dia nanya ke udara, bro. Itu kita bukan?”
Dora melanjutkan, tetap mengabaikan mereka semua.
Dora: “Where’s the glowing door?”
(lama hening)
Dora: “THERE IT IS!!”
(Padahal tidak ada apa-apa.)
Steve: “Dia buta, ya?”
Alex: “Dia tidak merespon suara, gerakan, bahkan aura. Ini seperti... entitas dummy?”
Mario: “Atau NPC bug.”
PUBG Cowok: “Kalo kita ikutin dia, bisa keluar gak ya?”
CJ: “Bro, jangan deket-deket. Takutnya dia buka portal ke dunia animasi 2D trippy gitu.”
Dora pun jalan terus, pelan tapi yakin, ke lorong kosong... lalu lenyap di balik kabut tipis yang entah darimana muncul.
PUBG Girl: “Gue... gak yakin barusan beneran terjadi.”
Alex: “Itu bukan hal paling aneh yang pernah gue lihat. Tapi nyaris.”
Steve: “Aku gak bisa crafting logika buat kejadian barusan.”
Mereka semua saling pandang.
CJ: “Oke, kita tetap pada rencana. Hari ini kita lanjut eksplor, dan kalau ketemu pintu glowing, baru kita pikirin... itu beneran atau ‘Dora trap’.”
Mario: “Kalo dia nyasar ke sini, berarti dunia ini memang bolongnya banyak.”
PUBG Cowok: “Atau algoritma realitas rusak total.”
---
---
Bab 4: Kejaran Neraka dan Serangan yang Gagal Total
Tim gabungan karakter game itu mulai bergerak keluar dari markas kecil mereka, menyusuri lorong demi lorong yang makin remang dan berdebu. Dinding makin padat, dan suara-suara dari balik plafon seperti... gemeretak kaki atau desahan entitas.
CJ: “Gue bilang juga, pagi itu terlalu tenang.”
PUBG Girl: “Gue punya firasat jelek.”
Steve: “Ada yang aneh. Torch-torch gue yang kemarin udah ilang semua.”
Mario: “Mungkin diambil Goomba hantu?”
CJ: “Bro, jangan bawa logika dunia lo ke sini.”
---
Tiba-tiba…
“GRRRRRHHHHHHHHHH!”
Sebuah suara menggelegar dari lorong belakang. Semua menoleh. Dari kabut muncul entitas tinggi, kurus, kulit seperti karet terbakar, dengan wajah tidak punya mata. Ia bergerak cepat, langkahnya mencabik-cabik lantai.
PUBG Cowok langsung angkat M416-nya dan... BRATAK BRATAK BRATAK!
...tidak ada efek. Peluru menembus tubuhnya, tapi seperti masuk kabut—tidak menimbulkan luka.
Alex Mercer berubah bentuk, lengannya jadi pedang organik besar. Ia tebas makhluk itu...
...tidak ada luka.
Steve lempar potion of harming. Tidak terjadi apa pun.
CJ: “OKE, GUE PANIK!”
PUBG Girl: “SENJATA GAK NGARUH!”
Mario (angkat wajan logam tua): “WAAAA!!”
(DING! – entitas itu terhuyung sedikit.)
Alex: “Tunggu... senjata fisik. Senjata dingin!”
CJ ambil batang besi dan pukul keras. Kali ini, entitas itu benar-benar mundur dan mengeluarkan cairan hitam dari tubuhnya.
CJ: “HA! INI NGARUH!”
---
Strategi Baru: Senjata Dingin & Tangan Kosong
Steve crafting cepat pedang dari tiang besi dan tape.
Alex berubah bentuk jadi palu daging manusia.
PUBG Girl cabut pisau survival.
CJ: “Kalo kita mau selamat, lupakan teknologi. Ini dunia primal!”
Mereka pun bertarung pakai senjata seadanya, dorong entitas masuk lorong sempit, dan kabur saat makhluk itu terdistraksi. Tapi suara lain mulai bermunculan.
Mario: “Mereka gak sendirian...”
Steve: “Backrooms Level 1 memang tidak sepi. Ini baru awal.”
CJ: “Oke, satu tujuan. Cari jalan keluar, temuin pintu glowing atau apalah.”
PUBG Cowok: “Atau ketemu Dora lagi. Siapa tahu dia NPC penyelamat.”
CJ: “Lo bercanda dikit lagi, gue kasih lo panci Mario.”
---
Mereka lari, beberapa luka ringan, napas tersengal. Tapi mereka tahu satu hal: tempat ini membatasi kekuatan, dan hanya yang kuno, brutal, dan insting dasar yang bisa menolong.
Dan mereka belum tahu... di depan lorong ada percabangan: satu dengan suara nyanyian kecil, satu lagi sunyi total.
---
Keren, mari kita lanjut ke Bab 5: Bandara Tak Masuk Akal — perubahan mendadak dari kekacauan jadi kenyamanan... yang justru bikin mereka makin curiga.
---
Bab 5: Bandara Tak Masuk Akal
Setelah lari tanpa arah, lewat ratusan lorong dan tangga tak berujung, mereka semua jatuh ke dalam lantai yang tiba-tiba runtuh.
CJ: “WOY LANTAINYA ILANG—!!”
BRAAAK!
Mereka semua mendarat di lantai licin dan keras... tapi bukan beton kasar. Lebih seperti... ubin bandara modern. Mereka terjatuh di tengah lobby bandara mewah, penuh kursi tunggu, papan jadwal penerbangan digital, dan bau parfum duty-free yang terlalu harum.
PUBG Girl (duduk, terengah): “Kita... hidup?”
Mario: “Apakah ini... Bandara Princess Peach?”
Steve (pasang torch): “Tidak. Ini terlalu modern. Terlalu... nyata.”
Mereka berdiri perlahan. Semuanya lengkap.
Restoran cepat saji. Toko elektronik. Eskalator jalan otomatis. Kursi pijat. Toilet bersih. Dan tidak ada entitas. Tidak ada suara aneh.
CJ (heran): “Kenapa tempat ini lebih enak dari kota gue?”
PUBG Cowok nyalakan TV di dinding.
Semua saluran normal. Bahkan ada berita dan sinetron.
Alex Mercer (diam, waspada): “Tempat ini... tidak natural. Terlalu sempurna.”
Steve: “Mungkin ini safe zone?”
Mario: “Atau mimpi.”
PUBG Girl membuka kulkas toko. Ada makanan beneran. Sandwich, air mineral, soda.
CJ (ambil soda): “Gue gak peduli ini surga atau jebakan. Gue minum dulu.”
Mereka semua mulai duduk. Makan. Ambil jaket dari toko. Tiduran di kursi. Seolah-olah mereka baru saja kabur dari neraka dan mendarat di surga yang absurd.
Alex duduk, tapi tidak makan. Matanya terus awasi jendela besar bandara yang menghadap landasan pacu.
Di luar, terlihat banyak pesawat... tapi tidak ada satu pun yang bergerak.
Alex: “Bandara ini... statis. Segala sesuatu diatur agar kita nyaman. Tapi tidak ada ‘kehidupan’.”
PUBG Girl: “Jadi, jebakan psikologis?”
Steve: “Atau... Level 2 dari Backrooms dengan ilusi keamanan.”
CJ: “Gue gak peduli! Gue nemu charger! HP gue nyala lagi!”
PUBG Cowok: “Tapi... nggak ada sinyal, Bro.”
Mario (berbaring di kursi pijat): “Setidaknya tempat ini nggak ada monster.”
---
Namun saat malam mulai ‘jatuh’—entah darimana datangnya malam di tempat ini—lampu-lampu mulai sedikit berkedip.
Dan papan jadwal digital berubah.
Dari tulisan biasa jadi satu baris aneh:
“Flight 404 boarding soon. Only those who belong may leave.”
Mereka semua menoleh.
CJ: “...Lo semua liat itu juga, kan?”
PUBG Girl: “Flight 404...?”
Alex (berdiri cepat): “Ini bukan tempat aman. Ini ujian.”
---
---
Bab 6: Boneka, Ruangan Lucu, dan Entitas yang Aneh Banget
Setelah beberapa jam di bandara absurd, PUBG Girl menjelajah toko mainan yang tersembunyi di ujung terminal. Di sana, dia menemukan sebuah boneka kelinci berwarna pink cerah dengan mata kancing dan pita besar.
PUBG Girl: “Awww, lucuuuuu!”
Dia peluk bonekanya dan kembali ke tempat yang lain.
PUBG Cowok: “Lo nemu apaan?”
PUBG Girl: “Boneka! Mau?”
Dia ambil boneka lain dari tas toko dan mulai membagikannya.
CJ: “Bro, gue gangster. Gue nggak peluk boneka.”
Steve (ambil boneka domba): “Aku suka ini...”
Mario (bawa boneka jamur): “Hoohoho! Seperti jamur hidup tapi tak bisa membunuhku!”
Alex Mercer (dingin): “Boneka bukan senjata. Tidak berguna.”
PUBG Girl (cemberut): “Dasar anti-lucu.”
Tapi saat boneka-boneka mulai berpindah tangan, lantai di bawah mereka bersinar lembut dan... semuanya tersedot ke portal warna pastel.
---
Ruangan Lucu Aneh
Mereka mendarat di ruangan besar dengan dinding warna pink pastel, dekorasi balon, lantai seperti trampolin empuk, dan langit-langit penuh boneka menggantung. Di tengah ruangan duduk satu entitas besar berbentuk kelinci raksasa berjubah gaun pesta, matanya kosong namun... menggemaskan?
Entitas Kelinci (dengan suara anak kecil):
“Berikan aku hal lucu... maka kalian boleh keluar.”
CJ: “Tolong... ini... mimpi buruk gue.”
PUBG Girl (senang banget): “AKHIRNYA! AKU BERGUNA!”
---
Satu Minggu Kelucuan Paksa
Mereka semua terjebak selama satu minggu di sana. Untuk bisa keluar, mereka harus menyajikan “hal-hal lucu” setiap hari:
Steve membuat boneka armor mini dari karton dan selotip.
Mario menyanyi lagu absurd sambil berdansa pakai kostum jamur raksasa.
CJ... dipaksa pakai dress dan wig lalu ngedance TikTok.
CJ: “GUE DULU NGEBANGUN GENG, SEKARANG GUE JADI MASKOT CUTE???”
Alex Mercer terpaksa mengubah tubuhnya jadi bentuk boneka slime kucing raksasa. Dia menang... tapi jiwanya rusak.
PUBG Cowok bikin stand up comedy soal loot box.
PUBG Girl jadi pemimpin “klub kelucuan” dan justru menikmati semuanya.
---
Akhir minggu, entitas berkata:
“Kalian membuatku bahagia. Silakan pergi... sebelum aku berubah pikiran.”
Mereka langsung dilempar ke ruangan baru, gelap, sunyi, dan terasa kembali ke atmosfer Backrooms.
CJ: “Gue gak pernah pengen lihat boneka seumur hidup gue lagi.”
Alex Mercer (datar): “Jika ada yang bilang ‘lucu’ sekali lagi... aku meledakkan kepala mereka.”
PUBG Girl (peluk boneka kelincinya): “Kalian semua gak punya selera.”