"Eh dit, gue pengen ke nikahan temen gue nah tempatnya itu deket daerah lo. Tapi nyari tempat tinggalnya dimana ya? Soalnya abis itu gue ada urusan lain." Tanya Raka kepada Radit.
"Tinggal di tempat gue aja sini. " Jawabnya.
"Ah gaenak lah sama keluarga lo, ntar takutnya malah ngrepotin lagi. "
"Halah, kayak sama siapa aja lo. "
"Lo ada tempat rekomen ga yang murah? "
"Ada sih, tapi hotel. Lo mau? Emang murah sih harganya cuman emang bangunannya udah tua gitu. Terserah lo sih, kalau lu ga mau, tinggal di tempat gue aja sini. " Ucap Radit menyarankan hotel rekomen untuk Raka.
"Wah, yaudah deh boleh tuh. Gue pilih hotel yang lu rekomen in aja deh, gapapa. Nanti lo sharelock ya lokasi hotelnya. " Jawabnya Raka yang setuju ketika Radit menyarankan ada hotel murah di daerah sana.
"Oh yaudah kalau lu mau kayak gitu. " Ucap Radit.
Begitulah percakapan terakhir mereka sebelum akhirnya telepon itu dimatikan oleh Raka. Jadi Raka sebenarnya ingin menghadiri pernikahan temannya dan mengharuskan dirinya untuk menginap beberapa malam karena ada urusan lainnya disana.
Beberapa hari kemudian.
Raka kembali menelepon Radit.
"Dit, nanti sore gue otw ya, lo sharelock sekarang ya. Sorry ya nanti gue gabisa dateng dulu ketempat lo. Paling besok sih dit gue bisa dateng tempat lo atau ga lusa deh. " Ucap Raka.
"Iya selow aja sih, ka. Bentar ya gue lagi makan dulu, nanti gue langsung sharelock lokasi hotelnya. "
"Oke thank you ya. Gue mau siap-siapin barang barang gue dulu."
"Iya sama-sama, ka."
Sore harinya
Raka pergi sendiri menggunakan motornya menuju ke hotel tersebut. Ia membawa dua tas berukuran cukup besar untuk menyimpan pakaian dan barang-barang pribadinya. Perjalanan menuju hotel itu kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 4 jam dan jarak lokasi hotel itu dengan rumah Radit itu hanya sekitar 15 menit saja. Setelah hampir 4 jam perjalanan, bangunan hotel yang Radit beritahu itu kini sudah terlihat di depan mata Raka. Ia terus mengendarai motornya menuju hotel itu sampai ketika ia sudah sampai ke tempat parkir kendaraan hotel itu. Raka pun lalu memarkirkan motornya dan pergi menuju ke tempat resepsionis hotel itu.
"Selamat sore mas, selamat datang." Sambut petugas resepsionis itu.
"Iya mas, saya mau pesan kamar untuk 3 hari 4 malam. "
"Baik mas mohon ditunggu sebentar (mengecek status kamar yang masih kosong), baik mas ini kamarnya yang masih tersedia hanya sisa kamar di lantai 2 dan kamar di lantai 4, sisanya sudah penuh terisi."
"Oh ya boleh deh mas untuk kamar yang ada di lantai 2 saja ya."
Setelah itu Raka melakukan pembayaran sebelum di berikan kunci kamar.
"Baik mas ini kunci kamarnya ya. Kamar mas ada di kamar nomor 112 ya mas."
"Baik mas terimakasih banyak ya." Ucap Raka.
"Iya sama-sama mas, selamat beristirahat." Jawab petugas resepsionis itu dengan sangat ramah.
Saat memasuki kamar, Raka langsung menaruh barang-barang nya di sana dan langsung bergegas untuk berganti pakaian untuk mendatangi acara pernikahan temannya itu. Setelah hampir 2 jam berlalu, akhirnya Raka kembali lagi ke hotel itu pada malam hari. Namun tidak seperti tadi sore, penampakan hotel dari luar nampak lebih sepi dari tadi sore. Tapi disitu Raka tidak berpikiran aneh, ia langsung pergi masuk kedalam kamarnya. Sekitar jam 11 malam, disitu Raka tidak bisa tidur. Ia masih saja memainkan handphone nya. Dan tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintunya.
TOK... TOK... TOK... (Suara ketukan pintu)
Raka yang mendengar itu langsung bergegas bangun dari tempat tidurnya dan berniat untuk membukakan pintunya. Saat dibuka, alangkah terkejutnya ketika ia melihat apa yang ada di depannya.
"Loh kok gada siapa-siapa ya? " Tanya Raka dalam hati sambil melihat ke arah kanan dan kirinya.
Disitu Raka masih belum berpikiran aneh, mungkin saja ada orang iseng yang ingin menakut-nakutinya. Saat sudah menutup pintu kamar dan ingin menuju ke arah tempat tidurnya lagi, suara ketukan pintu itu terdengar lagi.
TOK.... TOK.... TOK....
Dan disinilah Raka mulai gemetaran tubuhnya. Tapi ia penasaran siapa yang mengetuk pintu itu. Akhirnya ia memutuskan untuk mengintipnya terlebih dahulu melewati lubang kunci pintu. Saat dicek memang ada orang yang sedang berdiri disitu, dan tanpa aba-aba, Raka langsung membuka pintu itu. Ternyata.....
"Ini mas handuknya, maaf saya tadi sore saya sudah kesini tapi masnya sudah gada. " Ucap salah satu petugas hotel itu.
"Oh ya, terimakasih ya mas." Jawab Raka sambil ada sedikit rasa lega dalam hatinya.
"Iya sama-sama mas. " Ucap petugas hotel dan langsung pergi meninggalkan Raka.
Ternyata itu adalah salah satu petugas hotel yang ingin memberikan handuk hotel kepada penghuninya. Saat ingin masuk kedalam kamar, Raka dibuat terkejut lagi dengan jejak kaki yang menjiplak dilantai, tetapi itu langkah kaki anak kecil menuju ke arah toilet. Raka yang sudah semakin merinding, ia langsung memutuskan untuk langsung tidur walapun tidak bisa-bisa.
Saat terus dipaksa agar bisa tertidur, Raka merasa bahwa ada yang menarik-narik selimutnya dan terkadang ada yang menyolek pelan telapak kakinya. Disitu Raka sudah semakin ketakutan dan berteriak didalam selimut yang sudah menyelimuti seluruh tubuhnya.
"TOLONG JANGAN GANGGU SAYA.... SAYA TIDAK ADA TUJUAN UNTUK MENGGANGGU KALIAN. TOLONG.... " Teriak Raka dengan nada bicara yang gemetaran.
Setelah berteriak itu, terdengar suara gelas beling dibanting dan shower toilet bunyi. Itu membuat Raka membuka selimut nya dan lari terpontang-panting menuju lantai bawah. Setelah sampai dibawah ia masih melihat petugas resepsionis yang seperti ia juga menginap disana. Dan juga ia melihat satu ibu-ibu yang sedang duduk di ruang tengah bawah. Raka pun menuju ke ibu-ibu itu supaya ada teman untuk mengobrol.
"Kamu kenapa, nak?" Tanya ibu-ibu itu dengan nada yang sangat lembut.
"Saya di gangguin bu dikamar saya." Jawab Raka yang masih terengah-engah.
"Sama anak kecil ya?" Tanya ibu itu lagi.
Raka hanya bisa mengangguk saja menjawab pertanyaan ibu-ibu itu.
"Itu memang ada dua anak kecil disini yang suka jahil dengan para penghuni hotel sini. Dia adalah anak dari keluarga yang terbunuh sekeluarga dengan kejam oleh keluarga besarnya sendiri karena kepentingan bisnis."
Raka hanya mengangguk saja mendengarkan ibu-ibu itu menjelaskan.
"Saya mau tidur disini saja deh bu. Saya takut banget kalau harus tidur disana."
Akhirnya Raka pun tidur di sofa ruang tengah bawah itu. Pagi harinya, Raka terbangun dan melihat sekelilingnya. Namun ia tidak melihat siapapun berada disana. Perutnya mulai keroncongan, ia berniat untuk mencari warung makan terdekat dari hotel itu. Sampainya di warung makan itu, ia ditanya oleh penjaga warung itu.
"Tinggal dimana mas? Kok saya baru lihat mas nya." Tanya penjaga warung itu.
"Saya tinggal dihotel itu" Ucap Raka sambil menunjukkan hotel itu dengan jarinya.
"Hotel mana mas? " Tanya lagi penjaga warung itu.
"Itu hotel yang 500 meter dari sini."
"Hah?... Yang bener mas? (Penjaga warung itu sedikit panik dan keheranan dengan Raka). Hotel itu sudah tidak beroperasi selama 6 tahun mas karena tragedi pembunuhan keluarga. 1 ayah, 1 ibu, dan 2 anak kecil."
Raka yang mendengar perkataan dari penjaga warung itu tersedak dan sangat terkejut.
"Loh kemarin saya ketemu penjaga resepsionis nya loh pak. Dan ketika malam-malam saya bertemu dengan ibu-ibu yang sedang duduk di ruang tengah bawah."
Penjaga warung itu kemudian menunjukkan tangannya yang bulu kuduk nya berdiri semua.
"Itu.... Pasangan suami istri yang menjadi korban pembunuhannya."
Raka yang mendengar itu, langsung mempercepat makannya dan segera bayar. Setelah itu ia langsung cabut dari tempat itu meninggalkan semua tas bawaannya. Ia langsung pergi ketempat Radit dan menceritakan semuanya.
"Lo sih, disuruh tinggal ditempat gue malah gamau." Ucap Radit sambil sedikit menertawakan Raka.
"Lah lo gabilang kalau ada kasus itu." Jawab Raka.
"Hehe.... Ya sorry. Gue kira lo ga takut sama hal-hal begituan."
Akhirnya pun Raka tinggal sementara dirumah Radit untuk sementara waktu dan setelah semua urusannya selesai, Raka langsung pergi lagi kerumahnya. Ia pun sampai saat ini tidak akan mau lagi menginap ketempat hotel yang murah dan bangunannya tua dan ia tidak mau lagi jika menginap harus sendiri.