Noa masih ingat hari itu seperti kemarin. Noa berusia 17 tahun, dan sedang duduk di kelas 12 SMA. Noa melihatnya untuk pertama kali di kantin sekolah. Dia memiliki rambut hitam yang lurus dan mata coklat yang hangat. Noa langsung terpesona oleh senyumannya yang manis.
Dia bernama Raka, dan kami memiliki banyak kesamaan. Kami sama-sama suka membaca buku, menulis puisi, dan mendengarkan musik. Kami sering bertemu di kantin sekolah, dan berbicara tentang impian kami.
Seiring waktu, kami menjadi semakin dekat. Kami sering belajar bersama, dan berbagi cerita tentang kehidupan kami. Noa merasa nyaman di dekatnya, dan Noa pikir dia juga merasakan hal yang sama.
Kami memiliki banyak kesamaan, dan kami sering berbicara tentang bagaimana kami ingin mengubah dunia dengan karya kami. Saya merasa seperti saya telah menemukan sahabat sejati.
Namun, seiring waktu, Noa mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Raka tidak hanya sekedar persahabatan. Noa merasa ada sesuatu yang lebih dalam di dalam hatinya.
Noa mencoba untuk mengabaikan perasaan itu, tapi semakin dia mencoba, semakin dia merasa bahwa perasaan itu tidak bisa disembunyikan. Noa mulai bertanya-tanya apakah Raka juga merasakan hal yang sama.
Suatu hari, Noa memutuskan untuk mengakui perasaannya kepada Raka. Noa merasa gugup, tapi ingin tahu apakah Raka juga merasakan hal yang sama.
Noa mengajaknya berjalan-jalan di taman kota, dan mengakui perasaannya. Noa merasa seperti sedang mempertaruhkan persahabatannya.
Raka mendengarkan Noa dengan tenang, dan kemudian dia mengatakan bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Noa merasa seperti sedang berada di awan.
Tapi, takdir berkata lain. Raka memiliki rencana untuk kuliah di luar negeri, dan Noa tidak bisa ikut bersamanya. Kami berdua memiliki impian yang berbeda, dan kami harus mengikuti jalan yang berbeda.
Noa merasa sedih, tapi juga merasa bangga dengan Raka. Dia memiliki impian yang besar, dan Noa yakin dia akan mencapainya.
Hari perpisahan kami tiba, dan Noa merasa seperti sedang kehilangan bagian dari dirinya. Noa memeluk Raka erat-erat, dan berjanji untuk selalu mendukungnya.
Raka pergi, dan Noa tetap di sana. Noa merasa seperti sedang menjalani hidup yang berbeda. Tapi, Noa yakin bahwa dia akan menemukan jalannya sendiri.
*Epilog*
Noa masih mengingat Raka, dan selalu berharap yang terbaik untuknya. Noa yakin bahwa Raka akan mencapai impianya, dan dia akan terus mendukungnya dari jauh.
Noa juga telah menemukan jalannya sendiri, dan sedang menjalani hidup yang baru. Noa masih memiliki kenangan tentang Raka, tapi juga memiliki harapan untuk masa depan.
Takdir memang berkata lain, tapi Noa yakin bahwa kita semua memiliki jalan kita sendiri. Noa hanya berharap bahwa kita semua bisa menemukan kebahagiaan di jalan kita masing-masing.