Di kamar sempit berukuran tiga kali tiga meter, hanya ada dua hal yang menyala terang malam itu: layar monitor dan mata Ji Hoon yang menatapnya tanpa berkedip.
Tumpukan kaleng kopi instan berserakan di meja, dikelilingi kabel USB, solder bekas, dan pendingin rakitan. Di tengahnya, sebuah laptop menyala dengan satu jendela program:
>> Power Cheat Beta v0.97.1 - Debug Mode
“Sedikit lagi,” gumam Ji Hoon, jari-jarinya menari di keyboard. “Kalau ini sukses, tinggal aku presentasiin… dan lulus.”
Mahasiswa tingkat akhir jurusan Ilmu Komputer itu nyaris tidak keluar kamar selama seminggu penuh. Bukan karena antisosial—meskipun itu juga sebagian alasannya—melainkan karena satu obsesi: menyelesaikan proyek skripsinya.
Ia menciptakan Power Cheat, sebuah perangkat lunak yang mampu memodifikasi game secara real-time: menaikkan damage, mengubah jumlah item, hingga mengatur jalannya permainan. Ji Hoon membuatnya untuk menunjukkan bagaimana program bisa “menulis ulang dunia digital”—semacam cheat engine modern, tapi buatan sendiri.
Versi betanya belum stabil, tapi malam itu dia merasa… sudah waktunya dicoba.
Ia menarik napas dalam, membuka satu jendela konsol tambahan, lalu mengetik perintah:
>> Inject BetaCore.dll
>> Load System Beta
Tiba-tiba, lampu di kamar berkedip.
“Eh?” Ji Hoon menoleh ke atas. Lampu menggantung menggila seperti disko murahan. Kemudian, semua mati.
Gelap.
Hening.
Seketika, layar laptop meledak dengan percikan kecil.
>> SYSTEM BETA ERROR: Destination not found... Rewriting... Rewriting...
>> Target Host Not Found. Redirecting...
>> Syncing with Bio-signal... [Success]
Tubuh Ji Hoon tersentak. Ada rasa panas menusuk dari nape leher hingga ke tulang belakang. Ia jatuh terduduk, menggigil.
“…Apa… barusan…?”
Matanya terbuka. Tapi layar laptop sudah mati. Listrik sekompleks kosnya padam.
Namun di udara gelap, ia melihat sebuah jendela digital mengambang—tak nyata, tapi jelas di depan matanya.
>> Welcome, Developer.
>> System Beta v0.97.1 successfully installed.
>> Current Host: Ji Hoon (Human)
>> Status: Connected
Ji Hoon membeku.
“…Apa-apaan ini?”
Dan kemudian, suara tanpa bentuk bergema dalam kepalanya—datar, mekanis, dingin.
[Sistem Beta Aktif]
Pagi Hari
“…jadi bukan mimpi,” gumam Ji Hoon sambil menatap wajah lelahnya di cermin kamar mandi.
Lingkar hitam di bawah mata membuatnya terlihat seperti zombie. Semalaman ia tidak tidur, bukan karena lelah bekerja, tapi karena bingung—bingung karena sistem yang ia buat untuk game… kini hidup dalam tubuhnya.
Sesuatu yang seharusnya hanya program virtual, kini… nyata.
⸻
Di Kampus: Hanguk Institute of Technology
Gedung Fakultas Teknik Komputer tampak seperti biasa: terlalu ramai, terlalu penuh tekanan. Ji Hoon berdiri canggung di luar ruang presentasi akhir skripsi.
Di dalam, para dosen pembimbing duduk di meja panel, mengamati satu demi satu mahasiswa. Beberapa mahasiswa lain ikut hadir, entah karena penasaran… atau hanya ingin menonton drama gagal presentasi.
Layar menampilkan giliran selanjutnya:
Ji Hoon – Modifikasi Real-Time Dalam Dunia Game Melalui Manipulasi Sistem Internal: Studi Kasus Power Cheat Beta
Saat Ji Hoon maju ke depan dan menyalakan laptop, bisik-bisik mulai terdengar.
“Cheat game? Serius?”
“Kayak anak SMP lagi belajar hack game.”
“Kalau ini lulus, gue juga bisa jadi dosen.”
Ji Hoon tetap tenang. Ia membuka slidenya, menjelaskan konsep sistem, cara kerja injeksi ke memori game, dan bagaimana programnya dapat secara dinamis memodifikasi value dalam runtime.
Namun tatapan para dosen tetap sama: datar.
Salah satu dosen Pak Nam, pria berkacamata dan berperut besar berdehem.
“Saudara Ji Hoon… kamu serius dengan topik ini? Cheat game untuk skripsi?”
Beberapa mahasiswa tertawa pelan.
Namun sebelum Ji Hoon sempat membalas, seorang mahasiswi dari barisan kanan berdiri.
“Aku rasa… ini keren.”
Semua menoleh.
Gadis itu mengenakan hoodie hitam dan kacamata bulat, rambut hitam panjang diikat rapi ke belakang. Wajahnya tenang, suaranya tidak gemetar.
Namanya Ji-hye. Mahasiswi dari jurusan yang sama, dikenal karena jarang bicara tapi punya nilai nyaris sempurna.
“Kalau kalian pikir cheat itu kekanak-kanakan, berarti kalian belum lihat arah dunia teknologi hari ini,” lanjut Ji-hye. “Game sekarang bukan sekadar hiburan, tapi platform eksperimen digital. Sistem yang dibuat Ji Hoon ini… bukan cuma menarik, tapi revolusioner.”
Ruangan mendadak senyap. Bahkan dosen yang tadi bicara pun menutup mulutnya.
Ji Hoon menatap Ji-hye, sedikit terkejut. Mereka bahkan belum pernah bicara sebelumnya. Tapi kini, suaranya menyelamatkan hari Ji Hoon.
⸻
Setelah Presentasi
Selesai presentasi, meski komentar dosen tetap sinis, Ji Hoon tidak merasa gagal. Ia keluar dari ruangan dan duduk di taman kampus. Angin musim semi bertiup pelan.
Dan di sana—saat ia duduk sendirian, sistem itu muncul lagi.
>> Lokasi: Kampus - GPS terdeteksi
>> Energi stabil. Host dalam kondisi siaga.
>> Sistem Beta Siap Digunakan.
“…Kamu masih di sini,” bisiknya pelan.
Tangannya tanpa sadar bergerak, dan panel kontrol transparan muncul begitu saja di udara.
[Health: ∞]
[Stamina: ∞]
[Strength: ∞]
[Coin: ∞]
[Item: Basic UI Loaded]
[Skill Slot: Empty]
[Install External Output Device – Optional]
Ji Hoon menarik napas.
Segala tawa dan olokan pagi tadi… lenyap.
Hari ini, ia bukan hanya mahasiswa.
Dia adalah tuan rumah dari sesuatu yang jauh lebih besar.
****************
Malam menjelang, dan Ji Hoon kembali ke kamarnya dengan kepala yang penuh. Bukan karena kegagalan presentasi—meskipun komentar dosen-dosen masih terngiang—melainkan karena satu hal: Sistem Beta benar-benar nyata.
Ia menutup pintu kamar, melempar ransel ke sudut ruangan, lalu duduk di depan meja. Di depannya, sebuah jam tangan digital sederhana—murahan, bahkan cat hitamnya sudah mengelupas di bagian pinggir.
“Kalau terus muncul di depan mata kayak hologram film, nanti malah bikin aku gila,” gumamnya sambil mengelus dagu. “Gimana kalau… aku tanam UI-nya ke sini?”
Tangannya mengetik cepat di udara, memanggil kembali panel sistem.
>> Developer Mode Active
>> Settings → Output Interface → External Integration: ENABLED
>> Scanning Available Devices...
>> Device Found: JiHoon_Watch_01
>> Install Sistem UI? [Y/N]
>> Y
Jam tangannya bersinar pelan, lalu layar digital kecilnya menampilkan ikon baru: simbol segitiga biru dengan huruf β di tengah.
[Sistem Beta Terhubung]
Dan saat ia mengetuk jam itu sekali, layar kecil berubah menjadi UI elegan berwarna biru transparan. Semua statistiknya kini ditampilkan seperti menu RPG sungguhan, tapi ramping dan modern. Jauh lebih nyaman daripada jendela yang melayang begitu saja di udara.
“Ini baru namanya gaya.”
Setelah menyesuaikan antarmuka, Ji Hoon mulai menyusuri satu demi satu menu.
[Status Pribadi]
[Power Menu]
[Testing Mode]
[System Log]
[Item Vault]
Tangannya berhenti di satu bagian:
[Stamina Boost – ACTIVE]
“Kalau fitur ini beneran jalan, berarti aku bisa ngetes langsung, kan?”
Ia melirik ke luar jendela. Waktu menunjukkan pukul 17.32. Matahari mulai tenggelam, udara sore hangat.
Beberapa menit kemudian, Ji Hoon sudah berganti pakaian olahraga. Ia berdiri di lapangan kecil belakang kompleks kosnya—tempat biasa anak-anak main bola.
“Biasanya aku lari satu putaran udah ngos-ngosan.”
Ia mengetuk jamnya.
[Boost: Stamina x50 – ON]
[Limiter: OFF]
[Monitoring: ON]
Dan ia mulai berlari.
Dua putaran. Tiga. Lima. Delapan.
Keringat keluar, tapi napasnya nyaris stabil. Tubuhnya terasa ringan, jantungnya tidak sesak seperti biasa. Bahkan saat ia menambah kecepatan, langkahnya makin presisi, makin kuat.
Ia berhenti setelah dua puluh menit berlari tanpa henti. Bukan karena lelah, tapi karena terkejut.
“Ini… beneran gila.”
Kemudian ia mencoba push-up, sit-up, dan angkat beban dengan botol air besar. Di layar jamnya, sistem mencatat semuanya:
[Kalori Terpakai: 3%]
[Efek Adaptasi Otot: 600%]
[Peningkatan Fisik: +0.8 STR]
Tubuhnya bahkan terasa lebih ringan dan kencang dari sebelumnya. Hanya dalam satu sore, hasilnya seperti berbulan-bulan latihan.
Setelah mandi cepat, Ji Hoon duduk kembali di depan meja. Matanya menyipit.
“Oke… stamina lulus uji. Sekarang yang satu ini…”
Ia membuka panel Power Settings.
[Health Status: Normal]
[Override: Unlimited Mode – OFF]
>> Toggle Unlimited Health: ON
Sekilas tidak terasa apa-apa.
Untuk uji coba, ia menggigit jari dengan sedikit tekanan biasanya akan meninggalkan bekas. Tapi kali ini, kulitnya seperti… kebal.
Ia mengambil jarum kecil dari toolkit elektroniknya, menusuk ujung jarinya. Jarum bengkok. Tidak ada darah. Tidak ada rasa sakit.
“Uh… wow.”
Ji Hoon bersandar ke kursi, menatap jam di pergelangan tangan kirinya.
Layar beta-nya menampilkan satu baris kalimat:
[You are the Developer. The world is your code.]
Untuk pertama kalinya, dia tersenyum lega.
Dia tahu betul ini bukan sekadar proyek skripsi lagi. Ini… mahakarya. Sistem Beta bukan hanya alat—tapi kekuatan yang bisa membentuk ulang batas kemampuan manusia.
Dan ia baru saja memulainya…