Di sebuah kota yang senyap ketika hujan turun, ada dua jiwa yang saling mencinta namun tak pernah bersatu. Namanya Raya dan Arga.
Pertemuan mereka sederhana, takdir mempertemukan di antara buku-buku tua dan aroma kopi yang mengendap di udara perpustakaan tua. Arga selalu duduk di pojok ruangan, mencoret-coret puisi di buku catatan usangnya. Sementara Raya datang seperti matahari pagi, membawa suara lembut dan tawa yang hangat.
Hari demi hari, mereka semakin dekat. Tanpa pernah benar-benar mengatakan, mereka tahu hati masing-masing telah terikat. Tidak ada janji, tidak ada sumpah, hanya diam yang sarat makna. Dalam diam itu, cinta tumbuh—rapuh tapi nyata.
Namun surga, entah mengapa, tak pernah menulis nama mereka dalam satu garis.
Raya dijodohkan oleh keluarganya dengan pria pilihan ayahnya. Seorang yang mapan, berpendidikan, dan dianggap lebih "tepat" untuk masa depan. Sementara Arga... hanya seorang penulis puisi yang hidup dari bayang-bayang kertas dan kopi murah. Ia tahu, dari awal ia tak akan dimenangkan oleh logika dunia.
Suatu malam, sebelum semuanya berubah, mereka duduk berdua di bawah langit yang mendung. Tak ada kata yang mereka ucapkan, hanya suara angin yang menyelinap di antara jeda napas.
"Aku cinta kamu," kata Arga akhirnya. Sederhana, namun seolah mengguncang bumi.
"Aku juga," jawab Raya pelan, hampir seperti doa yang tak ingin didengar siapa pun.
Mereka tahu, itu kali terakhir mereka bisa jujur pada perasaan sendiri. Besoknya, dunia akan memisahkan mereka. Bukan karena tak saling cinta—justru karena cinta mereka terlalu dalam, terlalu sakit jika harus bertahan dalam realita yang tak berpihak.
Tahun berlalu.
Arga menulis buku. Di halaman pertama, ia tuliskan:
"Untuk seseorang yang aku cintai, tapi langit tak izinkan menjadi milikku. Semoga hidupmu damai, meski bukan denganku."
Raya? Ia tersenyum di foto keluarga bersama pria yang dipilihkan takdir. Tapi di malam-malam sepi, ia membuka buku puisi Arga, membacanya pelan, dan menangis dalam diam.
Karena mereka tahu...
Cinta mereka nyata,
tapi surga tak pernah menjodohkan.