Pak Gareng, tukang jamu keliling yang terkenal dengan kumisnya yang lebat bak sarang burung walet, sedang pusing tujuh keliling. Bukan karena dagangannya sepi, malah sebaliknya, ramuan pening kepala buatannya laris manis. Yang membuatnya pusing adalah hilangnya jengkol kesayangannya, si Jengkol Gondrong. Jengkol Gondrong bukanlah jengkol biasa. Ia adalah jengkol warisan nenek moyang Pak Gareng, katanya memiliki kekuatan magis, mampu mengungkap rahasia alam semesta. Atau setidaknya, begitulah cerita yang beredar di Dusun Klewer, Boyolali.
Jengkol Gondrong hilang tepat setelah Pak Gareng menghadiri Festival Jengkol Se-Boyolali. Festival yang meriah, penuh dengan hidangan jengkol aneka rasa. Ada jengkol balado, jengkol semur, bahkan jengkol bacem yang disajikan di atas daun jati. Pak Gareng, merasa bangga karena ramuan jamunya menjadi salah satu sponsor utama. Namun di balik keceriaan festival, misteri hilangnya Jengkol Gondrong menghantui dirinya.
Keesokan harinya, Pak Gareng mendatangi Pasar Klewer. Pasar yang terkenal dengan keramaiannya. Aroma rempah-rempah, sayur mayur, dan tentu saja, jengkol bercampur baur di udara. Pak Gareng berharap menemukan petunjuk. Ia menanyai setiap pedagang. Ibu Sari, penjual sayur bayam, mengatakan melihat seorang pemuda jangkung dengan topi pet berlalu cepat setelah festival. Pemuda itu membawa sesuatu yang berbentuk seperti… buah jengkol raksasa?
"Aneh," gumam Pak Gareng, menggaruk kumisnya. Jengkol Gondrong memang besar, tapi tidak sebesar itu. Apakah mungkin itu hanya bayangan?
Selanjutnya, Pak Gareng menemui Mbok Darmi, penjual kerupuk gendar. Mbok Darmi, dengan mata keriputnya yang tajam, menceritakan sebuah cerita yang lebih misterius. Ia melihat seekor kucing hitam besar menghilang di balik tumpukan karung beras setelah festival. Kucing itu membawa sesuatu yang berkilauan.
"Benda itu, seperti… seutas kalung emas!" seru Mbok Darmi, suaranya berbisik penuh ketakutan. Kalung emas? Apa hubungannya dengan Jengkol Gondrong?
Pak Gareng semakin bingung. Ia memutuskan untuk mencari petunjuk lain. Ia mengunjungi Ki Ageng, dukun kampung yang terkenal bijaksana dan sedikit iseng. Ki Ageng, setelah mendengar cerita Pak Gareng, tersenyum misterius.
"Jengkol Gondrong bukan sekadar jengkol biasa, Pak Gareng," kata Ki Ageng. "Ia menyimpan rahasia di balik kulitnya yang keras. Untuk menemukannya, Engkau harus memecahkan teka-teki yang tersembunyi di sekitar Pasar Klewer."
Ki Ageng memberikan Pak Gareng sebuah gulungan kertas tua. Di atas kertas itu tertulis beberapa teka-teki:
Teka-teki 1: Aku bernyanyi tanpa mulut, menari tanpa kaki, aku membawa kabar tanpa sayap. Apakah aku?
Teka-teki 2: Lima saudara, hidup berdampingan, tetapi selalu saling mengejar. Mereka tak pernah bertemu, bahkan disaat paling dekat. Apakah mereka?
Teka-teki 3: Aku punya banyak mata, tapi aku tak bisa melihat. Aku punya banyak mulut, tapi aku tak bisa berbicara. Apakah aku?
Teka-teki 4: Aku selalu datang, tetapi tak pernah tiba. Aku selalu di sini, tetapi tak pernah hadir. Apakah aku?
Teka-teki 5: Aku ringan di tangan, namun berat dipikul. Aku berharga bagi orang kaya, namun tak berguna bagi si miskin. Apakah aku?
Pak Gareng mengerutkan kening. Teka-teki ini rumit! Ia memulai petualangan memecahkan teka-teki tersebut. Ia bertanya kesana-kemari, mengorek informasi dari setiap orang yang ditemuinya di pasar.
Setelah berjam-jam berpikir keras, Pak Gareng akhirnya menemukan jawaban untuk teka-teki pertama: Radio. Suara radio memang selalu terdengar di pasar, menjadi teman para pedagang.
Jawaban teka-teki kedua pun terungkap: Jari-jari pada tangan. Lima jari tangan memang selalu bersama, tetapi selalu berjauhan.
Jawaban teka-teki ketiga tak kalah mudah, yaitu: Buku. Buku memang penuh dengan tulisan (mulut) dan gambar(mata).
Teka-teki keempat sedikit lebih menantang. Setelah berpikir keras, ia menemukan jawabannya: Masa Depan. Masa depan memang sesuatu yang selalu datang mendekat, tetapi tidak pernah tiba.
Dan teka-teki terakhir mengarah pada: Tanggung Jawab. Tanggung jawab memang terasa ringan pada awalnya tetapi dapat membebani seiring berjalannya waktu. Tanggung Jawab memang penting bagi semua lapisan masyarakat.
Setelah memecahkan semua teka-teki, Pak Gareng masih merasa kebingungan. Kelima jawaban tersebut tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai lokasi Jengkol Gondrong. Ia kembali menemui Ki Ageng, mengembalikan gulungan kertas tua.
Ki Ageng tersenyum licik. "Jawaban teka-teki itu bukan petunjuk langsung, Pak Gareng. Tetapi huruf pertama dari setiap jawaban akan mengarahkanmu pada tempat persembunyian Jengkol Gondrong."
Pak Gareng tercengang. R-J-B-M-T... R-J-B-M-T... Ia menyusun huruf pertama dari setiap jawaban teka-teki tersebut. R J B M T… Setelah berpikir keras, ia menyadari huruf-huruf tersebut membentuk akronim sebuah nama lokasi. Rumah Jengkol Mbok Tarmi!
Pak Gareng langsung berlari menuju rumah Mbok Tarmi, seorang penjual jengkol yang terkenal pelit dan sedikit misterius. Ketika Pak Gareng sampai di depan rumahnya, ia melihat sesuatu yang membuatnya tersentak. Jengkol Gondrong tergeletak di depan pintu. Di sebelahnya terdapat selembar catatan kecil bertuliskan: "Maaf, Pak Gareng. Saya hanya ingin merasakan kekuatan magisnya, hanya sebentar."
Pak Gareng tersenyum lega. Jengkol Gondrong telah kembali. Rupanya yang mengambil Jengkol Gondrong adalah seorang pemuda yang mengira jengkol legendaris itu adalah benda ajaib. Ia hanya ingin mencoba kekuatannya sebentar, tetapi setelah menyadari bahwa ternyata Jengkol Gondrong hanyalah buah jengkol biasa meskipun besar, ia mengembalikannya. Lebih heran lagi, diketahui bahwa pemuda tersebut adalah cucu dari Mbok Tarmi.
Misteri Jengkol Gondrong terpecahkan. Meskipun tidak ada kekuatan magis yang terungkap, Pak Gareng belajar banyak hal dari petualangan ini. Ia belajar memecahkan teka-teki, menghargai kearifan lokal, dan tentu saja, menikmati aroma sedap jengkol di Pasar Klewer. Ia juga akhirnya dapat memberikan jengkol Gondrong kepada cucunya agar bisa ditanam kembali dan dirawat dengan baik.
Namun, ada satu hal yang masih menjadi misteri kecil: dari mana asal kucing hitam besar dan kalung emas yang dilihat Mbok Darmi? Apakah itu berkaitan dengan sejarah Jengkol Gondrong yang begitu panjang, bahkan hingga menjadi misteri yang tak terpecahkan? Entahlah, mungkin itu akan menjadi teka-teki selanjutnya yang harus dipecahkan oleh Pak Gareng suatu hari nanti. Yang jelas, petualangan Pak Gareng di Pasar Klewer menjadi kisah lucu nan misterius yang akan diingat oleh penduduk Boyolali hingga bertahun-tahun mendatang. Dan aroma jengkol di pasar Klewer tetap semerbak, menandakan bahwa kehidupan selalu penuh dengan kejutan yang tak terduga.