Hai semua namaku Lea
Aku adalah anak dari CEO terkaya didunia sejak kecil semuanya yang kumiliki sangat mahal. Barang-barang yang bagus dan mewah.
Kakakku bernama Teo dia sekarang sedang bersekolah di sekolah elit diluar negeri.
Ketika aku berusia 5 tahun aku sempat didorong oleh teman sebayaku.
Pengasuhku marah lalu menceramahinya. Aku meminta agar pengasuhku tidak usah marah.
Dan inilah aku yang sudah menginjak masa remaja......
"Huff..susah juga ya tugasnya, tapi paling tidak aku bisa menyelesaikanjya tepat waktu"
"Aku bosan dirumah"
Aku menghampiri pengasuhku yang sedang sibuk menelpon.
Mila aku mau keluar sebentar.
"Eh iya nona" kata Mila
Aku pun berjalan-jalan disekitar tempat tinggal ku dengan diikuti pengawal di belakangku. Dari kejauhan aku melihat seorang anak kecil yang sedang melamun, aku mendekatinya dan dia hanya diam saja. Aku bertanya padanya.....
"Hei dik ada apa?"
"Ah tidak apa-apa kak" kata anak itu.
"Kalau kamu hanya melamun begini tidak baik" ucapku.
"Maaf Kak tapi bisakah anda menolong saya" kata anak itu.
"Menolong apa?" Ucapku.
"Ibu saya sakit dan saya tidak punya uang untuk beli obat" kata anak itu sembari menangis.
"Ini ada" ucapku.
"Kamu pakai saja, tidak usah dikembalikan" ucapku.
"Terimakasih banyak kak" kata anak itu.
"Kalau boleh tau nama kakak siapa ya?" tanya anak itu.
"Namaku Lea" jawabku.
"Akan saya ingat itu kak" ucap anak itu.
Aku mengobrol singkat dengan anak itu, lalu anak itu pamit untuk pulang. Tanpa kusadari sedari tadi ada preman yang sedang mengintai.
Preman itu mendatangiku dan mencoba merebut tasku. Namun para pengawal yang sedari tadi sembunyi akhirnya keluar dan menghajar preman itu.
"Kalian sedang apa?" Tanyaku.
"Kami sedang menghukum orang yang berani mencoba menyakiti anda" jawab para pengawal.
"Sudahlah lepaskan saja dia"ucapku.
"Dan ini aku punya beberapa uang untuk kamu, lain kali jangan berbuat seperti ini lagi ya" ucapku sambil memberikan segepok uang kepada preman itu.
"Wah makasih ya non" ucap preman.
Preman itupun pergi......
"Mengapa anda membebaskan preman itu dan malah memberi preman itu uang" ucap salah seorang pengawal.
"Tahukah kalian kalau setiap orang itu juga sama, mereka juga membutuhkan sesuatu untuk bertahan hidup, semua itu pantas diberi kesempatan kedua." ucapku.
Seketika semua pengawalku terdiam.....
Setelah itu aku memilih untuk pulang. Di rumah aku mendengar suara dari sebalik pintu. Para pengawal melaporkan nya kepada ayahku yang baru pulang. Ayahku yang mendengar kesaksian para pengawal tidak marah dan malah membiarkannya.
"Benar juga kan semua memang pantas"
Pagi harinya disekolah
Aku sering diejek karena anak dari orang kaya.
"Lea kamu kok enggak risih sih diejek terus" ucap Sena temanku.
"Enggak Sen" jawabku.
"Tapi mereka kan sudah begitu terus dari waktu kamu baru masuk, kamu kok enggak mau ngelawan atau melakukan hal lain gitu buat ngebalasnya" ucap Sena.
"Enggak perlu Sen, mereka pada akhirnya bakalan tau juga" jawabku.
"Tapi kan mereka udah keterlaluan terus juga...."
"Sudah Sen" ucapku dengan memotong ucapan Sena.
"Semua orang pantas untuk dimaafkan, kamu juga harusnya bersabar selalu,aku yakin semua ada balasannya. Tidak perlu melakukan pembalasan nanti juga tidak ada gunanya, mungkin cuman ada penyesalan yang sangat panjang. Ingat Sen penyesalan datang paling akhir. Kamu harus berfikir dua kali sebelum bertindak." Ucapku.
"Kamu ada benarnya Lea, selama ini aku tidak berfikir dua kali dan langsung membalasnya" kata Sena.
"Eh iya Lea Minggu depan kan mau perpisahan kita, kamu undang siapa buat jadi wali kamu?" tanya Sena.
"Mungkin Mila" jawabku.
"Kenapa ayahmu tidak mau?" Tanya Sena
"Bukannya ayahku tidak mau tapi dia sibuk"ucapku.
"Kamu ini baiknya kebangetan ya" kata Sena.
"Makasih ya" ucapku.
Malam harinya aku bertanya kepada ayahku apakah dia mau mewakili aku dalam acara perpisahan Minggu depan. Yang tak ku sangka dengan hati yang berdebar, ternyata ayahku mau datang keacara itu. Hatiku sangat gembira pasalnya setelah kematian ibuku di usiaku yang baru 3 tahun ayahku sudah sangat jarang mau ikut acara seperti ini.
"Selama ini aku menyalahkan diriku sendiri, aku selalu mengira kematian ibuku adalah kesalahanku"
Hari demi hari berlalu dan hari perpisahan pun tiba di sana aku melihat semua teman sebaya ku bersama orang tua mereka sementara aku masih menunggu di mana ayahku, ternyata ayahku hampir lupa kalau hari ini aku ada acara perpisahan jadi dia sesegera mungkin memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh.
Yang tak ku sukai terjadi
Ayahku meninggal dalam insiden kecelakaan di jalan raya. Saat itu aku hanya menunggu dan menunggu. Tidak ada respon, hingga Mila memberitahuku kabar yang paling aku benci. Setelah semua kejadian itu hari yang seharusnya bahagia malah menjadi duka seharusnya penuh tawa tapi harus penuh tangisan.
Kakakku yang berada di luar negeri langsung pulang.
Dia harus menggantikan ayahku dan mewarisi semuanya, namun ternyata kakakku tidak sanggup menanganinya alhasil semua saham menjadi anjlok, banyak investor kabur dan proyek yang belum ada hasilnya. Banyaknya kerugian membuat perusahaan keluarga kami bangkrut. Semua era emas itu kini telah menjadi debu. Kakakku yang sudah lelah dan bingung memilih jalan damai dengan tersenyum dan tertidur. Aku yang hanya tertinggal sendiri melihat keatas langit.
"Langit akankah aku mendapatkan kesempatan lagi, aku ingin mengembalikan kejayaan itu kembali"
Dari sini semuanya terungkap, Mila pengasuhku sebelumnya memilih pergi meninggalkan aku sendiri. Semua teman-temanku menjauhiku bahkan Sena yang sudah aku anggap teman terbaikku juga menjauhiku, aku putus sekolah, bekerja paruh waktu dan terus berusaha lagi. "Tekatku tidak akan pernah padam"
Namun disela-sela itu aku juga hanya mengeluarkan air mata merenung. Sempat berfikir untuk damai juga namun tidak jadi.
Seusai bekerja aku melihat seorang anak kecil yang bermain didekat jalan sementara ibunya sedang sibuk dengan ponselnya. Aku buru-buru datang dan menarik anak itu supaya tidak masuk ke jalan raya tiba-tiba. Ibu dari anak itu marah padaku.
"Hih apa-apaan kamu!!! Kamu mau menculik anak saya ya!!!!" Teriak ibu itu.
"Tidak Bu, hanya anak ibu tadi main-main di dekat jalan" jawabku.
"Jangan bohong ya, kamu mau nyulik anak aku kan" kata ibu itu.
"Tttiii..ddaaaakk....buu..." /Dengan nada yang ketakutan//
Semua orang di sana malah ikut mengamuk padaku aku buru-buru pergi menjauh dari mereka.
Aku kembali merenung dengan keputus asaan
"Kenapa ya apa dunia memang sesulit itu aku sudah cukup lelah dengan semuanya"
"Tapi..., biar bagaimanapun aku harus tetap semangat" di tengah keputus asaan itu ada yang mengulurkan tangan padaku sembari aku melihat ke atas ternyata seseorang itu adalah orang yang baik. Dia memberi bantuan padaku.
Aku bertanya kepadanya :
"Mengapa kamu mau menolongku" tanyaku.
"Karena semua orang pantas diberi kesempatan untuk memulai lagi" jawabnya.
Aku terkejut karena itu adalah kata-kata yang sering aku katakan kepada semua orang yang kutemui. Ternyata setelah aku lihat, itu adalah teman yang pernah mengejekku sebelumnya dan dia memberiku sedikit uang yang dia punya.
"Ini buat kamu, aku tau ini tidak banyak tapi mungkin bisa membantu" katanya.
Aku dengan senang langsung berterima kasih dan berjanji akan mengembalikan uangnya. Dia berkata tidak perlu dikembalikan karena itu murni keinginannya sendiri.
Berkat bantuan itu aku kembali bersemangat, kembali memulai dari awal dan berhasil sedikit demi sedikit. Aku membangun program yang berlangsung untuk membantu orang yang membutuhkan kesempatan lagi.
"Aku bersumpah akan membuat semua orang mendapat kesempatannya lagi"
Kira-kira apa yang bisa kalian petik dari sini?