PROLOG
Di suatu malam yang kelam, langit dipenuhi awan gelap, seolah menggambarkan perasaan seorang gadis bernama Lila. Hidupnya yang monoton di kota kecilnya mendadak berubah saat sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Dalam sekejap, semua yang ia kenal dan cintai lenyap, meninggalkan kekosongan yang mendalam di hatinya. Namun, alih-alih berakhir, takdir memutuskan untuk memberinya kesempatan kedua.
Ketika Lila membuka matanya, ia merasa seolah terbangun dari mimpi yang aneh. Ruangan yang ia lihat sangat berbeda dengan kamarnya yang sederhana. Dinding berwarna emas dan perabotan mewah mengelilinginya. Sebuah cermin besar mencerminkan sosoknya yang baru: gaun mahal berwarna merah marun melilit tubuhnya, dan kalung berlian berkilau menghiasi lehernya. "Di mana aku?" gumamnya dengan bingung.
Seorang wanita cantik dengan rambut hitam legam dan mata tajam masuk ke dalam ruangan. "Putri Lila, akhirnya kau bangun," katanya dengan suara lembut namun tegas.
"Siapa kamu?" Lila bertanya, berusaha mengingat apa yang terjadi.
"Saya Clara, pengawal pribadi Anda. Anda berada di mansion Santoro," jawab wanita itu. "Ayah Anda, Don Santoro, telah menunggu untuk bertemu dengan Anda."
Dengan langkah ragu, Lila mengikuti Clara menuju ruang tamu yang megah. Di dalamnya, seorang pria paruh baya duduk di kursi kulit mahal. Wajahnya keras, tetapi ada sesuatu yang membuatnya terlihat bijaksana. "Selamat datang, putriku," kata Don Santoro, suaranya dalam dan menggema. "Aku tahu ini semua sangat membingungkan bagi kamu."
"Aku tidak mengerti," Lila berkata, suaranya bergetar.
"Apa sebenarnya yang terjadi?"
Don Santoro menatapnya serius, lalu menjelaskan, "Kau telah meninggal di dunia lamamu. Kini, kau adalah putriku yang baru. Ada banyak yang harus kau pelajari."
Lila merasakan ketakutan menyelimuti hatinya. "Belajar tentang apa? Aku tidak tahu apa-apa tentang dunia ini!"
"Kau akan belajar tentang bisnis keluarga, tentang kekuasaan dan tanggung jawab. Ini adalah dunia yang keras, Lila. Orang-orang di luar sana tidak segan-segan untuk menghancurkan siapa pun yang menghalangi mereka," kata Don Santoro, menggarisbawahi sifat dunia yang akan dihadapi Lila.
Hari-hari berikutnya, Lila dilatih oleh Clara. Tiap pagi, mereka berlatih di taman yang luas, yang dikelilingi pagar tinggi dan kamera pengawas. "Ini adalah dunia yang berbeda, Lila. Kami tidak hanya berurusan dengan bisnis, tetapi juga dengan pengkhianatan dan kekuasaan," Clara menjelaskan sambil menunjukkan cara menggunakan pistol.
"Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya," Lila mengeluh, merasa tertekan. "Aku tidak ingin terlibat dalam semua ini."
"Kau harus bisa. Ini adalah hidupmu sekarang," Clara menjawab tegas. "Jika ingin bertahan, kau harus kuat. Tidak ada ruang untuk kelemahan di sini."
Lila mengangguk, meskipun ketakutan masih menyelimuti hatinya. "Tapi, apa yang harus kulakukan jika aku tidak ingin terlibat dalam semua ini?"
"Kadang, kita tidak punya pilihan. Tetapi kau bisa memilih bagaimana cara kau menjalani hidup ini. Jangan biarkan orang lain mengendalikanmu," Clara menasehati dengan lembut.
Suatu malam, saat menyusuri ruang kerja ayahnya yang luas, Lila menemukan sebuah dokumen tersembunyi. Ia membacanya dengan cermat, menemukan informasi tentang kematian Don Santoro yang misterius. "Clara, lihat ini!" Lila memanggil Clara yang sedang mengawasi di luar ruangan. "Ada sesuatu yang tidak beres tentang kematian ayahku."
Clara mendekat dan membaca. "Ini adalah informasi berbahaya, Lila. Kita harus hati-hati."
"Aku tidak bisa membiarkannya. Aku harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab," Lila bersikeras, dengan semangat yang membara.
"Ini bukan permainan, Lila. Jika orang-orang ini tahu kau mencari kebenaran, mereka tidak akan ragu untuk menghabisimu," Clara memperingatkan.
"Aku tidak akan mundur. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Lila menjawab dengan tekad yang kuat.
Pencarian Lila membawanya ke sebuah pesta yang diadakan oleh keluarga Santoro. Di sana, ia bertemu dengan Marco, seorang pemuda tampan yang merupakan ketua geng rival. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sudut pesta, di mana lampu berkelap-kelip menciptakan suasana yang glamor.
"Putri Lila, apa kabar?" Marco menyapa dengan senyuman menawan. "Kau terlihat berbeda."
"Aku sedang belajar tentang dunia ini," jawab Lila, merasa tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan Marco.
"Belajar? Atau terjebak dalam permainan yang tidak kau mengerti?" Marco membalas, matanya menyelidik.
"Aku tahu apa yang aku lakukan. Kau tidak bisa menganggapku lemah hanya karena aku perempuan," Lila menantang, merasa marah dengan anggapannya.
"Kau benar, itu bukan tentang jenis kelamin. Tetapi dunia ini keras, dan tidak ada tempat untuk kelemahan," Marco menjawab, suaranya lebih serius sekarang.
"Jadi, apa yang kau inginkan dariku?" Lila bertanya, menantang.
"Informasi. Ada banyak yang bisa kita pelajari dari satu sama lain. Kita bisa saling menguntungkan," Marco menyarankan, matanya berkilau dengan ambisi.
Beberapa minggu berlalu, dan ketegangan antara keluarga Santoro dan geng rival semakin meningkat. Suatu malam, saat Lila dan Clara berada di ruang makan, suara tembakan terdengar di luar. "Apa itu?!" Lila terkejut, wajahnya pucat.
"Ini adalah bagian dari kehidupan kami. Kita harus siap," jawab Clara sambil menyiapkan senjatanya.
"Aku tidak bisa terus hidup seperti ini! Aku tidak tahu siapa yang bisa kupercayai!" Lila mengeluh, merasa terjebak.
"Kau harus belajar untuk mengandalkan diri sendiri, Lila. Dalam dunia ini, tidak ada yang bisa diandalkan kecuali dirimu sendiri," Clara menjelaskan, menekankan pentingnya kemandirian.
Lila semakin terlibat dalam intrik keluarga Santoro, mengungkap lapisan demi lapisan rahasia yang tersembunyi. Suatu malam, saat menyelidiki lebih lanjut, ia mendengar percakapan mencurigakan antara beberapa anggota mafia.
"Aku tahu kita harus menghilangkan Lila sebelum dia menemukan kebenaran," salah satu dari mereka berkata, suaranya penuh kebencian.
Lila merasa terancam, tetapi ia juga merasa bertekad. "Aku tidak akan membiarkan mereka mengalahkanku," pikirnya, memutuskan untuk melawan.
Dalam sebuah konfrontasi dramatis, Lila menghadapi para pengkhianat di ruang kerja ayahnya. "Kau pikir kau bisa mengkhianatiku dan terlepas begitu saja?" Lila berteriak, suaranya bergetar penuh emosi.
"Sekarang kau tidak lebih dari sekadar boneka," jawab salah satu dari mereka, tertawa sinis.
"Tunggu! Siapa yang benar-benar mengendalikan permainan ini? Kau atau aku?" Lila menantang, berusaha menunjukkan keberaniannya.
Namun, dalam perjalanan ini, Lila juga menemukan cinta. Marco, yang awalnya terlihat sebagai musuh, menjadi sekutu yang tak terduga. Mereka saling berbagi kekhawatiran dan harapan.
"Kau kuat, Lila. Lebih kuat dari yang kau kira," kata Marco, menggenggam tangannya dengan lembut.
"Aku tidak ingin kehilangan diriku sendiri dalam semua ini," Lila menjawab, menatap ke dalam matanya.
"Jika kau tetap setia pada dirimu sendiri, itu tidak akan terjadi. Aku akan membantumu, apa pun yang terjadi," Marco berjanji, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan Lila.
Dengan semua yang telah dilalui, Lila akhirnya menyadari bahwa kekuasaan bukan hanya tentang mengendalikan orang lain, tetapi juga tentang mengendalikan diri sendiri. "Aku adalah Putri Santoro, dan aku tidak akan mundur!" teriaknya kepada semua anggota keluarga dan sekutu.
Mereka semua tersenyum, mengenali kekuatan baru dalam diri Lila. Dan di luar jendela, langit mulai cerah, seolah merayakan kebangkitan sang putri mafia yang baru.
Kisah Lila baru saja dimulai. Ia kini bukan hanya seorang gadis biasa, tetapi seorang pemimpin yang siap menghadapi setiap tantangan yang ada di depan. Dalam dunia kejahatan yang penuh intrik, ia akan mencari kebenaran di balik kematian ayahnya dan menemukan tempatnya sendiri dalam kekuasaan.
Bersambung...
UNTUK LANJUTANNYA CARI JUDUL SESUAI YANG DI ATAS !!
APRESIASI ANDA SANGAT MEMBANTU THX ✨🔥