Di sebuah kota kecil di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Ren dan seorang gadis bernama Aiko. Mereka bertemu untuk pertama kalinya di bawah pohon sakura yang mekar sempurna, ketika bunga-bunga merah muda berjatuhan seperti salju musim semi. Saat itu, mereka masih anak-anak, tapi pertemuan itu menumbuhkan rasa penasaran yang perlahan tumbuh menjadi cinta.
Tahun demi tahun berlalu, pohon sakura itu menjadi saksi bisu kebersamaan mereka. Saat hujan pertama, saat salju pertama, dan saat malam festival, mereka selalu kembali ke tempat itu. Aiko selalu bercanda, "Kalau kita tetap bersama sampai bunga sakura ini gugur seratus kali, kita akan bersama selamanya."
Ren mengangguk dan menyimpan janji itu dalam hatinya.
Waktu terus berjalan, dan mereka tumbuh dewasa. Hidup membawa mereka ke jalan yang berbeda; Aiko harus pindah ke kota lain untuk mengejar impiannya sebagai ilustrator, sementara Ren tetap di desa, mengurus bisnis keluarga. Jarak memisahkan mereka, tapi cinta tetap tinggal, setia bersemayam di hati.
Bertahun-tahun kemudian, Ren, kini sudah tua, kembali berdiri di bawah pohon sakura yang sama, mengenang semua kenangan. Tiba-tiba, dari kerumunan festival musim semi, muncullah seorang wanita dengan rambut yang telah beruban, tapi senyum manisnya tetap sama.
Itu Aiko.
Mereka berdiri di sana, di bawah pohon yang telah menggugurkan bunganya untuk keseratus kalinya. Tanpa kata-kata, Ren menggenggam tangan Aiko.
"Seratus kali," bisik Aiko.
Ren mengangguk, menatap bunga-bunga yang perlahan jatuh. Cinta mereka telah melewati waktu, jarak, dan usia. Cinta mereka abadi, diikat oleh janji yang sederhana tapi bermakna — janji di bawah pohon sakura.