## Senja di Jakarta, Sebuah Mimpi yang Terwujud
Matahari senja perlahan meredup di cakrawala Jakarta, meninggalkan jejak jingga yang memikat. Vee, dengan rambut cokelat keemasannya yang terurai lembut, menatap langit senja dari balkon apartemennya. Di usianya yang 26 tahun, Vee telah menapaki tangga kesuksesan. CEO Z Company, perusahaan rintisan di bidang teknologi yang ia dirikan sendiri, Vee dikenal sebagai sosok yang tangguh dan tak kenal lelah. Namun, di balik kesibukan dan kesuksesannya, Vee menyimpan sebuah rahasia: kerinduan akan cinta yang tulus.
Sejak kecil, Vee mengagumi sosok Rafathar, anak seorang artis terkenal. Rafathar yang tampan dan karismatik sering muncul di televisi dan media sosial, memancarkan aura yang tak tertembus. Vee terpesona oleh Rafathar yang selalu tampak dingin dan misterius, seolah tak terjamah oleh dunia luar.
Vee tak pernah membayangkan bahwa perasaan kagumnya akan terbalas, apalagi ketika Rafathar, yang baru berusia 20 tahun, telah menjadi seorang pengusaha sukses. Rafathar, yang dikenal sebagai sosok yang cuek dan tak suka di foto, mendirikan perusahaan sendiri bernama Alstar Company, sebuah perusahaan properti yang berkembang pesat.
Suatu sore, Vee diundang ke acara peresmian Alstar Company. Rasa penasaran dan deg-degan bercampur menjadi satu dalam dirinya. Ia ingin melihat Rafathar yang selama ini hanya ia lihat di layar kaca.
Saat acara dimulai, Vee melihat Rafathar berdiri di atas panggung. Wajahnya yang tampan terlihat lebih dewasa, matanya yang tajam memancarkan aura kepemimpinan yang kuat. Vee terkesima, ia tak menyangka bahwa Rafathar akan menjadi sosok yang begitu memikat.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah mendukung Alstar Company," kata Rafathar dengan suara yang tenang namun berwibawa. "Dan, saya ingin mengumumkan sesuatu yang penting."
Semua mata tertuju pada Rafathar. Vee menahan napas, jantungnya berdebar kencang.
"Saya ingin memberikan 50% kepemilikan Alstar Company kepada seseorang yang sangat saya kagumi," kata Rafathar. "Seseorang yang tangguh, cerdas, dan penuh misteri."
Rafathar menatap ke arah Vee, matanya bertemu dengan mata Vee. Vee merasa jantungnya berhenti berdetak.
"Vee, kamu adalah wanita yang luar biasa. Aku sudah lama mengagumi kamu," kata Rafathar. "Aku ingin kamu menjadi bagian dari Alstar Company, dan juga bagian dari hidupku."
Suasana hening seketika. Semua orang tercengang mendengar pengakuan Rafathar. Vee merasa seperti sedang berada dalam mimpi.
"Atar, kamu...," Vee tak mampu berkata-kata. Ia merasa terharu dan bahagia sekaligus.
"Aku tahu, kamu mungkin terkejut," kata Rafathar. "Tapi, aku sudah lama mengenal kamu, Vee. Aku pernah bertemu dengan kamu di Gramedia."
Vee teringat kejadian itu. Saat itu, ia sedang asyik membaca novel di Gramedia. Banyak lelaki yang mencoba mendekatinya, namun Vee dengan tegas menolak mereka. Saat itu, ia melihat seorang pemuda yang diam-diam memperhatikannya. Pemuda itu adalah Rafathar.
"Aku kagum dengan kamu, Vee. Kamu begitu kuat dan mandiri. Kamu tak pernah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Kamu selalu menjadi dirimu sendiri," kata Rafathar.
Vee terdiam. Ia tak menyangka bahwa Rafathar memperhatikannya sejak dulu.
"Aku tahu, kamu mungkin tidak percaya. Tapi, aku benar-benar jatuh cinta padamu, Vee," kata Rafathar dengan suara yang lembut. "Aku ingin kamu menjadi bagian dari hidupku."
Vee terkesima. Ia merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Rafathar, pria yang selama ini ia kagumi, ternyata juga mencintainya.
"Atar, aku...," Vee tak mampu berkata-kata. Ia merasa hatinya dipenuhi kebahagiaan dan rasa syukur.
"Vee, aku mohon, berikan aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintai kamu," kata Rafathar.
Vee terdiam sejenak. Ia merasa ragu. Ia takut akan perbedaan usia mereka. Rafathar lebih muda enam tahun darinya. Namun, ia juga merasa tertarik dengan Rafathar. Ia tak bisa menolak pesona dan ketulusan Rafathar.
"Atar, aku... aku akan memikirkan ini baik-baik," kata Vee akhirnya.
Rafathar tersenyum. Ia tahu, Vee membutuhkan waktu untuk memikirkan ini semua.
"Aku akan menunggu jawabanmu, Vee," kata Rafathar.
Vee mengangguk. Ia merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tak sabar untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Hari-hari berikutnya, Vee terus memikirkan perkataan Rafathar. Ia merasa ragu, namun di saat yang sama, ia juga merasa tertarik dengan Rafathar. Ia tak bisa menolak pesona dan ketulusan Rafathar.
Vee memutuskan untuk bertemu dengan Rafathar. Ia ingin mengetahui lebih dalam tentang Rafathar, tentang perasaannya, dan tentang masa depan mereka.
"Vee, aku ingin kamu tahu bahwa aku serius dengan perasaanku padamu," kata Rafathar saat mereka bertemu di sebuah kafe.
"Aku tahu, Atar," jawab Vee. "Tapi, aku masih ragu."
"Ragu dengan apa, Vee? Ragu dengan usia kita? Atau ragu dengan masa depan kita?" tanya Rafathar.
Vee terdiam. Ia tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Rafathar.
"Vee, aku tahu, kita berbeda usia. Tapi, aku yakin, usia bukanlah penghalang untuk mencintai," kata Rafathar. "Aku mencintai kamu, Vee. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama kamu."
Vee terharu mendengar perkataan Rafathar. Ia merasa hatinya dipenuhi kehangatan dan ketulusan.
"Atar, aku... aku juga mencintai kamu," kata Vee akhirnya.
Rafathar tersenyum. Ia merasa bahagia, karena akhirnya ia mendapatkan jawaban yang ia tunggu-tunggu.
"Vee, aku berjanji, aku akan selalu mencintai kamu, apa pun yang terjadi," kata Rafathar.
Vee mengangguk. Ia percaya dengan janji Rafathar. Ia yakin, cinta mereka akan mampu mengatasi semua rintangan yang ada di depan mereka.
***
Vee dan Rafathar memulai hubungan asmara. Mereka saling mengenal lebih dalam, saling mendukung, dan saling berbagi cerita. Vee merasa nyaman berada di dekat Rafathar. Ia merasa menemukan sosok yang selama ini ia cari, sosok yang bisa mengerti dan menghargai dirinya.
Rafathar juga merasa bahagia. Ia merasa menemukan wanita yang bisa melengkapi dirinya, wanita yang bisa menjadi sahabat dan pasangan hidupnya.
Mereka menghabiskan waktu bersama dengan melakukan berbagai hal, mulai dari makan malam romantis di restoran mewah hingga berlibur ke tempat-tempat yang indah. Mereka saling mencintai dan saling menjaga.
Namun, di balik kebahagiaan itu, Vee dan Rafathar dihantui oleh sebuah ketakutan. Vee takut akan perbedaan usia mereka. Ia khawatir, Rafathar akan bosan dengannya, yang sudah mulai menua.
Rafathar juga takut akan reaksi orang tua Vee. Ia khawatir, orang tua Vee tidak akan merestui hubungan mereka.
Mereka sama-sama menyembunyikan rasa takut itu di balik senyum dan canda mereka. Mereka berusaha untuk menikmati setiap momen yang mereka lalui bersama. Mereka berharap, rasa cinta yang mereka rasakan bisa mengatasi semua rintangan yang ada di depan mereka.
***
Suatu sore, Rafathar mengajak Vee untuk bertemu dengan orang tuanya. Vee merasa gugup, namun ia berusaha untuk tenang. Ia ingin menunjukkan kepada orang tua Rafathar bahwa ia adalah wanita yang pantas untuk mencintai putra mereka.
"Mami, Papi, ini Vee. Dia adalah pacar saya," kata Rafathar sambil memperkenalkan Vee kepada orang tuanya.
Ibu Rafathar, Vina, menyambut Vee dengan hangat. Ia terkesima dengan kecantikan dan keanggunan Vee.
"Oh, Vee. Kamu cantik sekali," kata Vina sambil memeluk Vee.
Ayah Rafathar, Rafael, juga menyambut Vee dengan ramah. Ia merasa senang melihat Rafathar menemukan wanita yang tepat.
"Vee, kamu anak baik. Rafathar beruntung punya kamu," kata Rafael sambil tersenyum.
Vee merasa lega. Ia merasa diterima oleh keluarga Rafathar. Ia yakin, hubungannya dengan Rafathar akan mendapat restu dari kedua orang tua mereka.
"Terima kasih, Papi, Mami. Saya juga senang bisa bertemu dengan Bapak dan Ibu," jawab Vee dengan sopan.
Malam itu, Vee dan Rafathar makan malam bersama keluarga Rafathar. Mereka berbincang tentang berbagai hal, tentang mimpi-mimpi mereka, tentang rencana masa depan mereka. Vee merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga Rafathar. Ia merasa seperti telah menemukan keluarga baru.
Setelah makan malam, Vee dan Rafathar pamit pulang. Mereka merasa bahagia, karena hubungan mereka telah mendapat restu dari kedua orang tua mereka.
"Vee, aku senang kamu diterima oleh keluarga," kata Rafathar sambil menggenggam tangan Vee.
"Aku juga senang, Atar. Aku merasa seperti sudah menemukan keluarga baru," jawab Vee sambil tersenyum.
Rafathar mencium kening Vee. Ia merasa bersyukur telah menemukan wanita yang tepat untuk mengisi hatinya. Ia yakin, hubungan mereka akan berjalan lancar dan bahagia.
***
Beberapa tahun kemudian, Vee dan Rafathar telah menikah. Mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta. Vee tetap menjalankan bisnisnya, bahkan ia semakin sukses. Rafathar selalu mendukung dan membantu Vee dalam menjalankan bisnisnya.
Kehidupan mereka semakin berwarna ketika Vee mengandung anak pertama mereka. Saat hamil, Vee mengidam sesuatu yang tak biasa: bertemu dengan Taehyung dari grup musik BTS. Rafathar, yang tahu betapa cintanya Vee pada BTS, berusaha mewujudkan keinginan Vee. Ia menghubungi agensi BTS dan mengundang mereka untuk berkunjung ke rumah mereka selama sepuluh hari.
Kehadiran BTS di rumah mereka membuat Vee sangat bahagia. Ia sering kali ingin dekat terus dengan Taehyung, bahkan sampai membuat Rafathar cemburu. Namun, Rafathar tetap sabar dan pengertian, ia tahu bahwa kebahagiaan Vee dan calon anaknya adalah hal yang terpenting.
Sepuluh hari berlalu dengan cepat. BTS pamit pulang, meninggalkan Vee yang sedikit sedih. Namun, kebahagiaan kembali menyelimuti Vee ketika ia melahirkan anak kembar yang sehat dan tampan. Mereka menamai anak laki-laki mereka Zegara King Orlanzo, yang dipanggil Gara, dan anak perempuan mereka Zenara Queen Orlanzo, yang dipanggil Zena.
Rafathar, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang dingin dan cuek, ternyata sangat clingy ketika bersama Vee. Mungkin faktor usia juga yang membuat Rafathar bersikap seperti anak kecil di depan Vee. Padahal, badan Rafathar jauh lebih besar, tinggi, dan kekar daripada Vee. Vee juga lebih dewasa, namun Rafathar akan menyesuaikan jika Vee ada apa-apa atau lagi tidak baik-baik saja. Ia akan bersikap dewasa dan melindungi Vee.
Kedekatan mereka semakin terlihat ketika Rafathar memanggil Vee dengan sebutan "Mommy" dan Vee memanggil Rafathar dengan sebutan "Baby". Rafathar bahkan sering menangis manja ketika Vee tidak memberikan perhatian padanya.
Suatu hari, Vee dan Rafathar menghadiri rapat penting di perusahaan Rafathar. Vee bersikap profesional dan fokus pada rapat, sementara Rafathar yang merasa tidak diperhatikan terus berusaha menarik perhatian Vee dengan menyenggol kaki Vee di bawah meja dan berbisik, "Mommy jangan marah", "Atar salah ya Atar minta maaf", "Mommy jangan cuekin atarrrr~". Vee yang kesal akhirnya membentak Rafathar dengan tegas, "RAFATHAR DIAM! MANA SIKAP PROFESIONAL KAMU!"
Rafathar yang kaget langsung menunduk, matanya berkaca-kaca, dan mimik wajahnya berubah sedih. Melihat Rafathar menangis, Vee merasa bersalah dan langsung berusaha menenangkannya. "Maaf ya Baby, tadi ga sengaja ya. Udah jangan nangis lagi ya. Nanti pas pulang cuddle atau peluk banyak-banyak deh. Maafin Mommy ya Baby."
Drama itu ternyata tak berhenti di situ. Rafathar terus merajuk dan akhirnya membuat rapat dibatalkan untuk sementara.
***
Waktu berlalu, dan Gara dan Zena tumbuh menjadi anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Vee, yang semakin berumur, justru terlihat semakin muda dan cantik. Ia semakin memancarkan aura kecantikan dan kecerdasan.
Rafathar, yang sangat menyukai bola, selalu mengajak Vee dan anak-anak mereka untuk menonton pertandingan sepak bola. Mereka juga sering berlibur bersama, mengunjungi berbagai negara dan tempat wisata.
Suatu hari, Vee, Rafathar, Gara, dan Zena memutuskan untuk berlibur ke Swiss. Vee, yang sangat mengagumi Cristiano Ronaldo, ingin bertemu dengan sang bintang sepak bola. Rafathar, yang tahu keinginan Vee, berusaha untuk mewujudkannya. Ia menghubungi beberapa kenalannya di dunia sepak bola dan berhasil mengatur pertemuan Vee dengan Ronaldo.
Pertemuan Vee dengan Ronaldo berlangsung dengan hangat. Ronaldo sangat ramah dan baik hati. Ia bersedia berfoto bersama Vee, Gara, dan Zena. Vee merasa sangat bahagia dan terharu. Ia tak menyangka bahwa mimpinya untuk bertemu dengan Ronaldo bisa terwujud.
Setelah berlibur di Swiss, Vee dan Rafathar melanjutkan perjalanan mereka ke Rusia. Vee, yang mengagumi Khabib Nurmagomedov, seorang petarung MMA asal Dagestan, ingin menyaksikan pertandingan Khabib. Rafathar, yang tahu keinginan Vee, langsung mencari informasi tentang pertandingan Khabib.
Mereka berhasil mendapatkan tiket untuk menyaksikan pertandingan Khabib. Vee merasa sangat terkesan dengan Khabib, yang merupakan seorang muslim yang taat. Ia kagum dengan semangat juang dan keteguhan hati Khabib.
Perjalanan mereka berlanjut ke Belanda, Korea, Jepang, dan China. Di setiap negara yang mereka kunjungi, Vee dan Rafathar selalu menikmati budaya dan kuliner khas setempat. Mereka juga selalu meluangkan waktu untuk bermain bersama Gara dan Zena.
Perjalanan panjang mereka berakhir di Arab Saudi. Vee dan Rafathar ingin mengunjungi tempat-tempat suci di Mekkah dan Madinah. Mereka ingin merasakan kedamaian dan ketenangan di tempat-tempat tersebut.
Di Arab Saudi,untuk menenangkan pikiran dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama .
Perjalanan panjang mereka telah memberikan banyak pengalaman dan kenangan indah. Vee dan Rafathar semakin mencintai dan menghargai satu sama lain. Mereka juga semakin dekat dengan Gara dan Zena.
***
Matahari senja kembali terbenam di langit Jakarta. Vee duduk di balkon apartemennya, menatap pemandangan kota yang indah. Ia merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Ia bersyukur telah menemukan cinta sejati, cinta yang mampu membawanya menuju kebahagiaan yang tak terhingga.
Vee tersenyum. Ia merasa hidupnya seperti sebuah mimpi yang indah. Sebuah mimpi yang penuh cinta, kebahagiaan, dan harapan.
***