Namaku Raka. Usia dua puluh tujuh. Seorang fotografer lepas yang lebih sering tinggal di jalanan daripada di rumah. Hidupku biasa saja, sampai aku bertemu dengan Dira—siswi SMA berusia delapan belas tahun yang tanpa sengaja menjadi objek fotoku saat aku sedang memotret suasana sore di taman kota.
Dia duduk di bangku, membaca buku, dengan cahaya matahari menyapu wajahnya yang polos. Aku tak sadar, jari ini sudah memencet shutter. Klik. Klik.
Beberapa hari kemudian, fotonya jadi viral. Bukan karena aku menyebarkannya, tapi karena dia menemukannya di akun Instagram-ku dan membagikannya. Dari sanalah semuanya bermula.
“Aku suka fotonya,” katanya waktu pertama kali kita bertemu secara langsung, “tapi lebih suka siapa yang motret.”
Aku tertawa, mengira itu candaan. Tapi seiring waktu, kami semakin sering berbicara. Tentang buku, film, musik, dan mimpi-mimpi yang belum sempat dijamah. Dira membuatku merasa muda lagi. Ia menyegarkan—tulus, berani, dan tidak peduli apa kata orang.
Namun dunia tidak sebaik itu.
"Aku serius sama kamu, Kak," ucapnya suatu malam. "Bukan cinta ala-ala remaja yang cepat hilang. Aku tahu apa yang aku rasakan."
Aku diam. Bukan karena tidak percaya, tapi karena takut. Takut dianggap predator, takut dianggap memanfaatkan. Takut mencintai seseorang yang usianya terpaut sembilan tahun.
Ibunya meneleponku suatu malam. Nada suaranya dingin, tajam. “Dia masih sekolah, Mas. Hidupnya belum mulai. Jangan beri dia mimpi kalau akhirnya hanya akan jadi luka.”
Aku tidak bisa menjawab. Karena dalam diamku, aku tahu—mungkin benar. Tapi rasa ini nyata.
---
Setahun berlalu. Dira lulus. Kami tetap berhubungan, meski lebih banyak lewat pesan. Aku tak ingin menahannya dari mimpi-mimpinya. Dia ingin kuliah di luar kota, dan aku mendukungnya.
Di bandara, sebelum dia pergi, dia menatapku. “Kalau kamu masih di sini empat tahun lagi, dan belum ada yang menggantikan aku… kita coba lagi, ya?”
Aku mengangguk. Tak ada janji, tapi ada harapan.
Kadang cinta harus berjarak, agar tahu siapa yang benar-benar bertahan.
---
Kalau kamu mau versi yang lebih dramatis, lucu, atau berakhir bahagia, tinggal bilang aja ya.