Matahari sudah menyembunyikan cahaya berganti dengan sinar rembulan yang tampak malu-malu keluar dari persembunyiannya. Manusia pun sudah mulai tampak sepi, menandakan bahwa cerita dan kesibukan hari ini telah usai.
Ziko salah satu anggota BEM di kampusnya masih saja mengikuti rapat internal bersama rekan-rekannya yang lain. Seperti biasa jika sampai malam berarti ada agenda yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Benar saja meraka tengah membahas soal penyambutan mahasiswa baru pada tahun ajaran baru nantinya.
"Ziko... Bagaimana pendapatmu?"tanya Dani selaku ketua BEM saat ini.
"Menurut saya, acara ini dibuat semenarik mungkin dan tentu saja berbahagia. Tapi sedikit saya tambahkan selama proses itu berlangsung tidak ada unsur-unsur perpeloncoan. Tidak semua hak panitia bisa memarahi peserta jika melakukan kesalahan. Ingat kita tidak ada unsur perundungan sebagaimana motto kampus kita saat ini. Mungkin itu saja, barangkali tim acara bisa menyusun rangkaian acaranya." Ziko mengemukakan pemikirannya dengan lantang. Ziko adalah penasehat BEM yang guna memberikan solusi dan memastikan organisasi ini aman dan damai.
"Oke Ziko... Saya setuju dengan pemikiranmu" Dani menyaut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Hari terus larut, rapat pun juga usai karna suasana dalam rapat itu semakin mencekam dan panas.
Hingga dini hari rapat tersebut ditunda hingga esok hari, karena kesepakatan bum sesuai. Lokasi rapat mereka di ruang kesekretariatan BEM tersebut tepatnya di Lantai dua gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (biasanya disingkat PKM).
Seperti biasanya Ziko yang terakhir menutup ruangan tersebut, setelah meastikan teman-temannya sudah pulang. Kali ini Ziko sendirian digedung itu ia berjalan menuruni tangga. Sebelum itu dirinya berhenti dilorong dekat tangga tersebut, tampak siluet seorang gadis yang tengah memunggungi dirinya.
"Hei! Kamu pulang sana, sekarang udah dini hari bentar lagi pagi!" Teriak Ziko uang bermaksud menyuruh gadis tersebut pulang. Tapi gadis itu malah masuk kesebuah ruangan yang mana ruangan tersebut telah lama ditutup kini menjadi Gudang.
"Aneh bukannya menjawab malah masuk keruangan itu, ngapain dia masuk keruangan itu? Bukannya itu hanya gudang?" gumamnya heran. Tapi dia sedikit penasaran ia mengikuti gadis tersebut.
Ziko mengintip ke dalam rungan tersebut dan dirinya kaget setengah mampus apa yang tengah Ia lihat saat ini. "Oh Damn..." Ziko mengerutu keras dan geram apa yang tengah Lihat.
Walaupun dirinya melihat melalui dari pantulan kaca yang ada diruangan itu, tetap saja ia menggeram. Bagaimana tidak dirinya tengah melihat orang sedang memadu kasih. Posisi seorang wanita menaiki laki-laki, Ziko duga pasti itu perempuan yang ia lihat tadi dilorong.
Ziko segera menggedor-gedor pintu itu tampaknya dikunci. Duk...Duk...Duk... "Ah kenapa tidak bisa buka sih! Sial berbuat mesum mereka disini nggak punya modal banget, bikin malapetaka aja di kampus ini."
Duk... Duk... Duk... Suara gedoran itu semakin keras Ziko berusaha membuka pintu tersebut. "Woi manusia laknat, buka pintu ini Gue bakalan lapor perbuatan mesum kalian, tapi sebelum itu buka dulu gue mau lihat wajah kalian!" teriak Ziko pada dua orang yang ada diruangan itu. Tapi hasilnya nihil, terpaksa Ziko menyerah dan ia melihat kembali dari jendala tapi tidak ada lagi orang yang ia maksud itu.
Ziko yang tampak putus asa dan oenasaran memutuskan meninggalkan tempat tersebut. Dirinya melihat sekeliling, ada CCTV disekitar lorong tersebut yang ia rasa bisa menjadi bukti untuk laporannya.
********
Keesokan harinya Ziko datang ke kantor teknisi kampusnya untuk meminta pengecekan CCTV. "Bang, Saya boleh ngga bantu saya untuk mengecek CCTV yang ada dilorong dekat ruangan BEM bang?" Ziko meminta izin.
"Oh boleh-boleh, memang ada apa sampai harus di cek CCTV dek?"tanya yang akrab dipanggil Bang Samad sedang mencari file yang mengarah ruangan yang dimaksud. "Ada kejadian bikin saya syok tadi malam Bang, tapi nggak bisa saya jelaskan karna belum ada bukti" Ziko masih fokus dengan apa yang Samad lakukan.
"Bang, coba Abang cek lagi CCTV yang ada dekat gudang yang ada di lorong dekat ruangan kami itu Bang" Ziko kembali menyarankan hal yang tak pernah diduga oleh Bang Samad.
Glek... Samad menelan ludahnya dengan susah payah. Plak... Ziko menepuk pundak Samad dengan pelan "Bang, buruan lihat kok malah bengong sih!" ucap Ziko dengan tidak sabarnya. "Eeh iya Ziko, bentar dicariin dulu" Bang Samad kembali menggunakan komputernya yang biasa digunakan untuk kontrol.
Setelah didapatkan Ziko yang melihat itu hanya mengerenyitkan keningnya "Bang ini beneran CCTV yang arah sanakan?" tanya Ziko bingung sebab yang ia lihat, video yang terlihat rusak yang di ibaratkan jika kita nonton film menggunakan kaset, nah kasetnya itu rusak seperti itulah pemandangan video dari kamera CCTV tersebut saat ini.
"Iya Ko. Ini CCTV sering banget diganti disekitar ini, tapi entah kenapa rusak melulu. Penyebabnya ada-ada aja, kadang kemasukan serangga, kena air hujan karna gentengnya bolong. Semua masalah sudah diatasi tapi pihak kampus dah nyerah biarin aja CCTV yang satu itu begini, setidaknya masih nyala yaah walaupun keadaannya begini..." jelas Samad.
"Hoo... Gitu ya bang, eeh bang coba majuin dikit kira-kira jam 2 an lah bang." ucap Ziko kembali yang masih fokus dan harus menajamkan penglihatannya divideo rusak itu. "Ok bentar..." Samad dengan lincah memainkan komputer tersebut.
Terlihat Ziko yang sedang ngamuk-ngamuk menggedor-gedor pintu. "Kok kamu marah-marah ngga jelas gitu dipintu itu, itukan ruangan yang udah lama terkunci. Lagian pihak kampus pun melarang membuka ruangan itu tanpa persetujuan mereka." jelas Samad yang heran.
Ziko masih kekeh meminta Samad memundurkan video rekaman itu beberapa menit lagi. Terlihat kosong tak ada siapapun dalam video tersebut, namun dimenit berikutnya terlihat Ziko menuju pintu ruangan dan jendelanya dan kembali memutarkan Ziko marah-marah.
"Buset, Ko ngapain marah-marah disana itupun tadi jam 2. Ngapain hah?" tanya Samad akhirnya menutup rekaman tersebut. Ziko masih melamun kemudian disadarkan Samad, plak... Samad menepuk pelan pundak Ziko agar kembali kesadarannya.
Bang Samad memijit keningnya, sebab ia masih belum tau apa yang sebenarnya dipikirkan Ziko. "Dah gini aja Lo duduk dulu, Abang bikinin kopi bentar, kita ngopi dulu" Bang Samad menuju pantry untuk membuat dua cangkir kopi untuknya dan Ziko.
Ziko yang ditinggal masih melamun (nggak mungkinkan gue salah lihat, tapi beneran real mereka melakukan itu. Oh damn)gumamanya dan menggerutu kembali jika mengingat adegan itu. Dirinya geram sekali kenapa bukti tidak ada untuk melancarkan pengaduannya.
Tak lama kemudian Bang Samad datang dan memberikan secangkir kopi untuk Ziko. "Dah ngopi dulu, mata Lo dah hitam kaya panda noh." ucap Bang Samad sambil menyeruput kopi miliknya. "Eh...makasih Bang.." Ziko menerima tersebut dan menyeruput kopi itu.
"Lebih baik Lo cerita deh, siapa tau Abang bisa bantu." akhirnya Samad bertanya dalam mode serius. "Gue bingung bang, kenapa bukti itu nggak ada kenapa divideo itu Gue sendiri padahal jelas-jelas melihat seorang gadis masuk ke ruangan itu" ucap Ziko akhirnya mengeluarkan keluh kesahnya.
"Gadis? Kenapa malam-malam gitu disana? Lo nggak salah liat kan?" Samad sedikit mengerutkan kening, dan memikirkan dugaannya hampir tepat dengan apa yang alami oleh Ziko. "Iya Bang seriusan Gue. Sebenarnya mau ajuin pengaduan tapi bikti masih nggak ada, makanya Gue kesal sendiri Bang." jelas Ziko lagi dengan raut wajah yang resah.
"Memang kejadian apa yang mau Lo aduin, pastiin dulu itu orang apa nggak, lagian itu dah malam masih aja kepo" ucap Samad santai membuat Ziko mengerenyitkan kening. "Mak-maksud Lo apaan bang, Lo tau sesuatu?" Ziko yang penasaran bertanya kembali ke Samad.
"Gue tau sesuatu, tapi itu ngga menyeluruh itu cerita dari senior Gue waktu Gue masih baru disini. Tapi dari pada penasaran mending Gue ceritain" Samad mengambil posisi nyaman untuk bercerita.
"Cerita ini sedikit panjang. Dulu kata senior Gue ruangan itu adalah ruang UKM Teater kampus ini, cermin yang Lo liat itu salah satu alat peraganya. Jadi dulu ada seorang gadis tapi Gue lupa namanya maklum ceritanya dah lama. Gadis itu salah satu mahasiswi terbaik di kampus ini, dia cantik, baik, dan berprestasi. Tapi suatu ketika, ada kabar mengenai dia bahwa dia dilecehkan oleh salah satu tenaga didik disini. Berakhir hamil, tapi pelaku tak ingin bertanggungjawab. Kejadian itu masih belum diketahui oleh pihak kampus. Hingga pada akhirnya, disuatu hari ada laporan ada mayat diruang Teater sebut. Tapi sayang identitasnya tidak diketahui karena wajahnya yang sudah hancur. Segala upaya mereka cari akar permasalahan tersebut dan beruntung masih belum terendus media akibat skandal ini. Pelaku sangat rapi sekali menyembunyikan bukti tersebut. Akhirnya diketahui identitas korban setelah melakukan otopsi. Namun sayangnya pelaku tak bisa diidentifikasi. Mereka tau pelaku adalah seorang dokter bedah, dan sangat rapi melakukan tindakannga bahkan bekas sayatan diperut korban dijahit rapi kembali, tapi organnya masih utuh. Hanya saja seperti dipaksa aborsi gitu deh Gue nggak tau. Pihak kampus menyerah untuk mencari keadilan pada si gadis itu, menutup semua akses tentang kasus itu. Berakhir ruangan tersebut tertutup rapat hingga saat ini, tak ada seorang pun yang berani membukanya." penjelasan Samad membuat Ziko terkaget-kaget, berbagai macam spekulasi yang seperti puzzle yang harus dia susun.
"Jadi yang Gue lihat itu bukan orang ya Bang?" tanya Ziko kembali. "Hmm... Gue nggak tau pasti sih kejadiannya kayak apa, itu bisa jadi iya, bisa jadi ngga. Kalo Lo penasaran Lo coba buka ruangan itu, periksa apakah ada jejak ditinggalkan pelaku pezina itu" ucap Samad memberi solusi.
"Benar juga, ngomong-ngomong sebenarnya itu cerita apaan sih, apa ada kejadian aneh sebelum gue terkait seorang gadis juga?" tanya Ziko penarasan. "Hfff... Banyak kejadian seperti itu terjadi tapi akhir-akhir hanya Lo yang ngerasain. Saksi melihat ada seorang gadis, berwajah datar, bisa jadi gadis yang sama yang Gue ceritain barusan." Bang Samad menghela nafas dan masih menikmati kopinya.
"Okedeh kalo gitu bang, ntar malam Gue coba cek lagi apa ruangan itu ada apa-apa, apa ngga. Takut ajakan ruangan kosong tersebut dimanfaatin oleh orang tak bermoral" Ziko menyesap kopi terakhirnya "Iya juga lagi, tapi Lo harus hati-hati. Gue cuma bilang itu aja" ucap Bang Samad.
"Pastinya Bang, makasih kopinya. Gue cabut dulu..." Ziko beranjak keluar meninggalkan Samad. "Hmm... Semoga kau berhasil Ziko..." gumamnya melihat Ziko meninggalkannya.
Ziko sedang mengikuti satu jadwal mata kuliahnya siang ini, tekadnya sudah bulat untuk memeriksa ruangan itu sendiri.
**********
Malamnya Ziko kembali ke ruangan itu dan di waktu yang sama. Kali ini ia nekad sendiri tanpa bantuan siapapun.
*Braakkk... (Ziko mencoba mendobrak pintu itu yang telah lama terkunci.)
Walaupun diwaktu yang sama kali ini Ziko masih belum melihat tanda-tanda gadis itu masuk ke ruangan tersebut.
"Aaakh... Sial, kenapa susah banget dibuka." Keluhnya masih mencoba mencongkel pintu tersebut dengan linggis.
*Kraak... brakk... (Akhirnya pintu yang sekian lama tertutup itu akhirnya terbuka.)
Ziko perlahan masuk ke ruangan tersebut. Banyak debu dan ternyata masih banyak alat peraga yang biasanya digunakan oleh anak-anak teater.
*Syuutt... Braakk... (Pintu tiba-tiba saja tertutup.)
Sontak hal ini membuat Ziko takut seengah mati. Namu sebelum Ziko bertindak ia mendengar suara-suara aneh itu lagi. Ziko mencoba menyembunyikan diri dan mengintip dengan hati-hati apa yang sesang terjadi.
"Haa..." Suara itu semakin mengerikan. Saat Ziko melihatnya...
"Huuppm.. huek..." Ziko mual sekali. Tidak tahan dengan semua ini Ziko memberanikan diri keluar dari ruangan itu, walaupun kepala gadis itu berputar 360° tampak datar. Namun sayang yang disetubuhinya adalah seonggok daging busuk.
"Aaakhhhh..." Ziko lari terbirit-birit... Meninggalkan kampus dengan motor menuju kos-kosannya.
**********
Semenjak kejadian itu, Ziko mengalami halusinasi parah, dan demam tinggi. Berbulan-bulan tidak kunjung sembuh, sehingga ia harus cuti yang diurus oleh teman dan kerabatnya prihatin dengan kondisinya.
Setelah pulang kampus selama 3 bulan. Ziko mulai pulih tidak kejang dan demam lagi. Hanya saja ia lebih banyak diam dan tidak pernah berekpresi apapun lagi...
Tamat...