Di desa Cikapundung Kidul, semua orang tahu bahwa sumur di belakang rumah Bu Laela angker. Sudah lama ditutup warga pakai seng dan batu bata, katanya pernah ada anak kecil jatuh ke dalamnya dan hilang. Tapi BubLaela; janda muda merangkap ketua PKK RT 04 itu, nggak pernah takut.
"Setan mah kalau ketemu saya, pasti minggir. Saya lebih serem!" begitu kata Laela tiap ngopi di pos ronda sambil pakai daster motif bunga matahari.
Sebelah rumah Laela, tinggal Kang Khalid. Duda tampan, wajah bersih, dan kalau senyum bikin jantung emak-emak tetangga copot dikit. Tapi Kang Khalid terkenal pendiam dan agak penakut, apalagi kalau soal hal mistis.
Suatu malam Jumat Kliwon, ketika hujan baru reda dan kodok bersaut-sautan, Laela sedang rebahan nonton sinetron. Tiba-tiba dari belakang rumah terdengar suara...
"Glug... glug... glug..."
Seperti suara orang berkumur sambil tenggelam.
Laela celingukan. "Siapa sih, tengah malam begini ngucek cucian?"
Ia ambil senter dan sendok sayur (karena katanya buat ngusir tuyul ampuh), lalu jalan ke arah sumur yang sudah ditutup semen dan seng. Baru juga sampai, suara berat terdengar dari dalam sumur:
"AAIIRR... NYAA... BALIKIIINNN..."
Laela menyorotkan senter ke lubang kecil di antara celah semen.
BRAKK!
Sesuatu menghantam seng dari dalam, membuat Laela melompat mundur dan hampir kepleset.
Dari dalam sumur, muncul sosok hantu perempuan rambut panjang lepek, bajunya basah kuyup, matanya melotot kayak habis nonton film Korea 12 jam nonstop. Tapi anehnya, di tangannya ada botol air mineral kosong.
"AKU HAUS... AKU HAUS... AKU MAU AIR SUMURRR!"
Laela malah nyelonong, "Lah, minum Aqua aja napa? Kagak susah, tinggal minta di warung Teh Yuyun!"
Hantu itu bengong. "Tapi... air sumur ini... buat ritualku dulu..."
Laela nyengir. "Ya udah, gue sediain galon deh, tiap Jumat Kliwon. Deal?"
Tiba-tiba, Kang Khalid keluar rumah karena dengar ribut-ribut. Dia pakai sarung setengah melorot dan mukanya pucat.
"Laela, kamu ngomong sama siapa?"
Laela mau jawab, tapi hantu itu terbang ke arah Kang Khalid.
"KHAALIDD!! KAMUUUU!!!"
Kang Khalid terdiam. Lalu jatuh terduduk.
"Ningsih...?" bisiknya.
Laela melongo. "Lhoh, kenal?"
Ternyata... Ningsih adalah mantan pacar Kang Khalid saat mereka SMA. Suatu malam, Ningsih jatuh ke sumur itu saat sembunyi-sembunyi ke rumah Kang Khalid buat ngasih kue lebaran. Sejak itu, ia hilang. Seluruh desa nyari, tapi tak ada yang tahu kalau Ningsih nyangkut di dimensi lain... karena sumur itu portal arwah penasaran.
Laela memegang dahinya. "Wah, cinta lama bersemi di sumur... ini sinetron horor atau FTV sih?"
Ningsih mengiba. "Aku hanya ingin air sumurku dibuka kembali... agar arwahku tenang..."
Keesokan harinya, Laela mengumpulkan warga. Ia pidato sambil pakai megafon.
"Demi ketenangan desa dan mantan Kang Khalid, kita buka sumurnya, tapi dengan syarat! Siapin tempat cuci kaki buat Ningsih, dan tiap Jumat Kliwon sediain teh hangat. Jangan sampe arwah haus lagi!"
Warga ketawa, tapi nurut.
Dan sejak saat itu, tiap Jumat Kliwon, warga denger suara sendal basah nyeret di belakang rumah Laela. Tapi tak ada yang takut lagi. Soalnya arwah Ningsih cuma numpang ngadem dan kadang minta WiFi.
Sementara Kang Khalid, sejak kejadian itu, rajin sholat tahajud dan tiap malam nyimpen botol air di jendela; katanya sih biar mantan nggak masuk kamar.
Laela? Masih cerewet. Tapi sekarang dia punya temen curhat gaib. Hantu pun butuh sahabat, katanya.
11 April 2025