Hari itu sekolah sedang mengadakan ujian kenaikan kelas, dimana semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai di atas rata-rata. aku selalu berusaha belajar bersungguh-sungguh demi mendapatkan nilai di atas rata-rata tersebut. namun sepertinya hasil yang didapatkan selalu tidak seperti apa yang diharapkan.
Aku selalu saja mendapatkan nilai kecil, sungguh membuat ku sangat frustasi. Selain itu, kedua orang tua ku pun sama halnya seperti mereka selalu mengolok ku "bodoh! punya anak tapi gak berguna, pintar dikit napa?".
Kedua orang tua ku sangat keras mengajari ku, sehingga membuatku sedikit tertekan oleh ajaran tersebut. Sebelumnya aku selalu mencoba bertanya bagaimana cara menyelesaikan pertanyaan tersebut, namun ucapan ku selalu saja tidak pernah di dengarkan oleh mereka.
Disaat itulah aku mencoba untuk menyontek, aku tidak pernah bisa berpikir dengan baik. Dengan apa yang terjadi padaku, aku selalu saja takut dengan apa yang akan terjadi dimasa yang akan mendatang, termasuk ujian ini membuat ku merasa takut gagal dan tremor.
Keringat dingin ku selalu bercucuran, mataku selalu pedih saat melihat kertas ulangan yang ku genggam, hatiku berdenyut kencang yang membuatku berpikir bahwa "aku tidak akan pernah bisa mengejar mereka".
Aku selalu berusaha untuk terus belajar dari semua pengalaman ku, namun hasilnya selalu saja gagal. Mereka selalu mengatakan bahwa aku bodoh dan tidak berguna.
Namun aku tidak akan pernah putus asa, aku terus berusaha belajar walaupun harus memahaminya sendirian. Sampai dimana aku naik kelas 5, disitulah aku mulai merasakan perjuangan yang tidak sia-sia, sedikit demi sedikit aku bisa memahami semuanya.
Hari itu, hari dimana pembagian kertas ujian di sekolah ku. Ekspetasi ku memang sangat besar, karena mengharapkan nilai di atas rata-rata. Hingga pada saat aku menghampiri kelasku, aku mendengar bahwa nilai yang ku dapatkan di atas rata-rata.
"Widih ozi, dapat nilai paling besar" ucap guru tersebut sembari melirik ke arahku, lalu di jawab oleh salah satu siswi yang berada di sampingnya dengan sedikit tertawa "wah, serius bu, aku tidak percaya haha!!..".
Mendengar itu pun aku merasa sangat senang dan bahagia atas pencapaian yang tidak sia-sia ku lakukan. Namun saat kertas itu sampai pada genggaman ku, seketika hatiku hancur dengan apa yang ku lihat. Nilai yang tadinya ingin ku tunjukan kepada orang tuaku, ternyata tidak seperti apa yang ku impikan.
Kertas ulangan itu ku masukan kedalam tasku, tidak ku buka dan ku tunjukkan kepada mereka. Mereka tertawa dengan nilai yang ku dapatkan, "aku pulang!!.."
"Gimana hasilnya? Bagus kan?.." ucap orang tuaku, Aku hanya menundukan kepalaku dan masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang sedih.
Di ruangan gelap dan sunyi itu aku hanya bisa menangis, memeluk diriku dan berkata "kenapa semua orang tega kepadaku, aku hanya ingin berusaha belajar menjadi lebih baik, sedikit saja berikan hasil yang baik untukku, kenapa? Kenapa? Apa salah ku, kenapa selalu aku yang begini? Kenapa?.." ucap hatiku dengan air yang menetes di pipiku.
Tangisku tidak pernah terdengar, mereka hanya tahu bahwa aku baik-baik saja. Pengalaman ini membuat ku semakin jauh dari diriku sendiri, menganggap diriku hanyalah orang yang bodoh dan tidak bisa melakukan apa-apa, hanya diam ketika di rendahkan oleh mereka.
Aku sangat suka mendengarkan musik, aku tidak bisa tidur tanpa adanya musik atau sesuatu yang berisik seperti televisi dan kipas angin. Bahkan sebelum tidur pun aku harus merasa lelah dengan pikiran ku sendiri, dengan itu aku bisa tidur dengan nyenyak.
Porsi tidurku tidak pernah teratur, bahkan satu satunya yang membuat ku merasa lebih baik ialah dengan menggambar atau menulis.
Hingga suatu saat aku membaca sebuah kutipan "semua cara pasti ada prosesnya, jika kamu merasa berat di hari itu, percayalah, bahwa pada saat itu juga, kamu sedang tumbuh, menjadi seorang yang lebih baik dari sebelumnya, maka teruslah berjuang!!.."
Kutipan itulah yang membuatku merasa "ya, aku harus bangkit. Masa iya aku harus di bawah mereka terus, mereka tidak akan pernah berhenti merendahkan ku, sebelum pku tunjukan bahwa aku juga bisa melampaui mereka dengan caraku sendiri"
Disitulah aku mulai benar-benar bersungguh-sungguh belajar memahami segala hal, hingga pada saat aku naik kelas enam. Hasil yang ku dapatkan tidaklah sia-sia, walaupun tidak begitu tinggi. Namun itu menjadi sebuah rekor pertama ku untuk tidak pernah menyerah.
Pencapaian ini memang belum terlihat, namun aku bisa memahami bahwa "dengan berproses aku bisa tumbuh menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya".
Memang berproses itu tidaklah mudah, banyak rintangan yang harus ku hadapi. Semua yang kujalani tidaklah mulus, omongan mereka selalu saja terlintas dalam pikiran ku.
Aku ingin benar-benar sembuh dari masa lalu, namun sepertinya aku sangat sulit untuk melupakan apa yang terjadi padaku. "Bukan tidak bisa, hanya saja itu selalu kambuh pada saat aku melihat sesuatu yang membuatku teringat dimasa itu".
Aku selalu berusaha untuk menjadi diriku sendiri, namun itu sangatlah tidak mudah. Aku selalu berpikir bahwa diriku memanglah tidak pantas untuk siapapun, merasa diriku belum cukup lebih baik.
Aku selalu menyembunyikan rasa sedihku di balik kata "aku baik-baik saja" padahal di belakang aku ingin sekali bercerita tentang hidup ku yang memang tidak terlihat baik ini.
Aku selalu merasa sangat takut jika mereka tidak akan mendengarkan ku, karena apa yang aku lalui tidaklah seperti ku harapan. Melainkan perkataan yang membuatku merasa tidak lebih baik bahwa "kamu kurang bersyukur" padahal yang inginkan bukanlah itu.
Melainkan seseorang yang benar-benar ingin mendengarkan keluh kesah ku.
hari itu aku siap untuk masuk ke sekolah yang lebih tinggi lagi, ialah masa SMP "sekolah menengah pertama". Seperti yang kuduga, hari pertama bertemu dengan semua orang baru itu sangat sulit bagiku.
untuk sekedar bertanya atau berkenalan pun tidak mudah, aku hanya bisa terdiam, menunggu mereka berbalik tanya padaku.
hari perkenalan pun aku merasa gugup dan takut, keringat dinginku selalu bercucuran, ketika tatapan mereka melihat aku, aku merasa sangat takut dan Tremor (panik berlebihan).
bahkan untuk sekedar meminta bantuan pun bagiku itu sangat sulit untuk di bicarakan. Aku selalu berusaha untuk keluar dari zona ini, hanya saja itu tidak mudah bagiku.
Tidak tahu mengapa, tapi inilah adanya.
aku selalu menunjukkan senyumku di hadapan mereka, apapun aku kerjakan demi mendapatkan teman. Hingga pada akhirnya usahaku membuahkan hasil, mereka mau berteman dengan ku dengan cara itu.
mereka selalu membicarakan ku bahwa diriku baik, padahal aku tidak merasa seperti itu. Aku hanya merasa semua pencapaian ini berkat usaha dan perjuangan ku bisa berada di titik ini.
semua ini sedikit membuatku terbuka, dan mulai merasa lebih baik.
"jadi, seperti ini ya.. usaha"