Tahun 1962. Riyono dan teman-temannya bukan anak SMA zaman sekarang. Mereka remaja kampung di lereng gunung, tinggal di desa terpencil bernama Wonorejo. Rumah-rumah masih kayu jati. Malam hanya diterangi lampu teplok. Radio jadi hiburan satu-satunya.
Sore itu, mereka ngumpul di rumah besar milik keluarga Ismi—rumah joglo yang katanya dulunya bekas rumah dukun. Udah bertahun-tahun kosong, tapi Ismi nekat pengen restorasi buat jadi tempat tinggal.
Tapi waktu mereka bersih-bersih... Dika nemuin sesuatu.
Sebuah boneka dari jerami, berbentuk manusia, dengan leher yang dililit benang merah. Wajahnya digambar pakai arang. Di dadanya, ada tulisan: "JANGAN MAIN DENGAN AKU."
Tapi dasar bocah kampung doyan tantangan, mereka malah kumpul malamnya buat... main jalangkung.
Pakai batok kelapa tua, kayu lurus dari pohon kemenyan, dan arang dari tungku dapur. Mereka menggambar huruf di atas tikar dan menyalakan pelita. Udara dingin menggigit, suara jangkrik tiba-tiba lenyap. Seperti semua makhluk hidup mendadak takut.
“Jalangkung, jalangkung,” mereka mulai. “Datang tak dijemput, pulang tak diantar…”
Angin bertiup masuk dari sela jendela kayu. Api pelita berkedip. Lalu kayu penunjuk bergerak.
S E M B I L A N B E L A S T A H U N
Mereka saling pandang. “Apaan maksudnya?” tanya Efi.
Tiba-tiba, radio tua menyala sendiri. Tapi bukan suara lagu. Bukan berita.
Melainkan... suara rintihan.
"Kami dibunuh... di bawah lantai ini..."
Penunjuk bergerak liar. Mereka tak bisa melepaskannya. Darah mulai menetes dari tangan Ismi, yang memegang kayu terlalu erat. Kayu itu berdenyut seperti jantung.
Ayu menjerit, menunjuk ke sudut ruangan. Bayangan wanita tua berdiri di sana, matanya putih, lidahnya menjulur sampai dada. Di lehernya tergantung kalung tulang bayi.
"Kalian bangunkan aku... Sekarang kalian semua MILIKKU."
Satu per satu, tubuh teman Riyono terangkat ke udara, lalu menghantam tanah. Darah. Jeritan. Pelita padam. Gelap.
Saat Riyono sadar, dia sendirian. Tapi di atas tubuhnya... boneka jerami itu menggantung. Wajahnya sekarang... punya mata.
Dan dari bawah lantai rumah, terdengar suara ketukan:
Tok... tok... tok...
Jam di sudut ruangan berdetak pelan.
3:33